Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dijual: Rongsokan Golden Gate!

1 Desember 2011   01:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:59 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

[caption id="attachment_152819" align="aligncenter" width="565" caption="rongsokan Golden Gate"][/caption] Runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara, golden gate-nya Kalimantan Timur yang membelah sungai Mahakam masih menimbulkan banyak tanya. Apa penyebabnya? Pembangunan jembatan sudah direncanakan matang. Bahkan study banding ke Amerika, Negara yang golden gatenya di-copas-pun sudah dilakukan. Tapi jembatan yang dibangun mulai tahun 1995 hingga 2001 dan diprediksi memiliki kekuatan 40-50 tahun ternyata ambrol pada hari Sabtu 26-11-2011 pukul 17.50 silam. Aroma korupsipun merebak. Termasuk saling tuding antara pihak kontraktor yang menangani pembangunan dan pihak pemelihara bangunan. Demikian juga pihak Kementerian Pekerjaan Umum yang menyatakan bahwa pemeliharaan jembatan Kukar tidak mengikuti pedoman teknis PU karena bukan milik PU melainkan milik Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Bagaimana mungkin sesudah berumur 10 tahun dan ambrol, jembatan Kukar dinyatakan tidak mengikuti pedoman teknis PU karena pedoman tehnis jembatan bentang panjang belum dilegalisasi? Bagaimana mungkin persoalan infrastruktur yang harusnya mendukung kesejahteraan masyarakat berbalik menjadi "pembunuh" hanya karena masalah legalisasi? Ada lagi yang membuat kening mengernyit. Menteri PU, Djoko Kirmanto dalam suatu wawancara di Metro TV menyatakan hasil investigasi ambrolnya jembatan diharapkan bisa diperoleh dalam waktu seminggu (7 hari). Padahal ada banyak hal yang perlu diselidiki. Apakah perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan dan pemanfaatan sudah sesuai prosedur standard? Apakah yang menjadi penyebab ambrolnya jembatan? Apakah berasal dari fondasi? Kegagalan kabel utama? Pemegang kabel utama? Hanger? Atau rangka dek? Begitu banyaknya yang harus diteliti. Sehingga mustahil bisa diperoleh hasil dalam waktu seminggu. Pakar Kontruksi ITB, Wiratman Wangsadinata malah tidak berani menyebut waktu. Sedangkan Guru Besar Rekayasa Struktur ITB, Bambang Budiono menyebutkan waktu setahun untuk memperoleh data akurat sebelum menarik kesimpulan. Karena apabila kejadian yang sama terjadi di Amerika, dibutuhkan waktu kurang lebih selama itu. Ditambahkan juga bahwa jembatan Kukar seharusnya masih bisa bertahan selama 75-100 tahun seperti rekannya di California yang sudah berumur sekitar 120 tahun. Untuk mendukung hasil penelitian, ITB mengirimkan tim yang beranggotakan : ahli uppper structure, ahli lower structure, ahli material, ahli transportasi, ahli air yang berkoordinasi dengan pusat mitigasi bencana ITB. Sesudah dilakukan penelitian, bagaimana dengan perbaikan jembatan? Memerlukan waktu berapa lama? "Yeeee....... memangnya jembatan kayu.  Jembatan lama ya jadi rongsokanlah ma. Jembatan rusak berat karena tidak ditutup ketika sedang dipelihara sehingga menimbulkan efek dinamik dan meningkatkan beban berkali-kali dan runtuh secara progresif". "Jadi Kabupaten Kalimantan Timur harus membuat jembatan baru ?" "Iya" "Para korban harusnya bisa protes dong. Ini kan bukan bencana alam juga bukan kecelakaan lalu-lintas biasa". "Harusnya bisa, ma". "Nama ITB taruhannya lho. Alumni ITB kan yang membangun jembatan Kukar". "Bukan ma, alumni ITB hanya  punya jatah infrastruktur pulau Sumatera dan pulau Jawa. Selain itu ya universitas lain" "Ha kok gitu ?" Anak saya pun tersenyum. "Mama kaya ngga tau aja". (wawancara penulis dengan si anak sulung yang sedang mengerjakan Tugas Akhir (TA) Struktur Bangunan Tehnik Sipil ITB sekaligus memulai S2nya/program fast-track  ^_^ ) **Maria Hardayanto** sumber gambar : disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun