Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Arti Diamnya Buya Syafii Maarif?

9 Desember 2010   19:01 Diperbarui: 27 Mei 2022   19:22 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291921082538629001



[caption id="attachment_79303" align="aligncenter" width="500" caption="doc.google"][/caption]

Hanya sedikit tokoh di Indonesia yang layak jadi panutan. Dan diantara yang sedikit itu adalah Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah.

Buya Syafii Maarif, si anak kampoeng kelahiran Sumpur Kudus, Sumatera Barat yang menjadi salah satu cendekiawan muslim ini pemikirannya sering dirujuk kaum intelektual Indonesia. Dalam dirinya terpadu kesahajaan, keteladanan, konsistensi kata dan perbuatan serta sikap ketulusan. Bahkan beliau digadang-gadang sebagai tokoh plural, sehingga pada jumpa pers pembuatan trilogy film tentang dirinya, hadir Romo Frans Magnis Suseno (Guru Besar STF Driyarkara), Kardinal Julius Darmaatmadja SJ (Ketua Konferensi Waligereja Indonesia), Sudamek (Ketua Majelis Budayana Indonesia), Budi S. Tanuwijaya (Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia), Pendeta Dr. Erick Barus (Wakil Persekutuan Gereja-gereja Indonesia) dan Romo Beny Susetyo (Aktivis HAM).

Tapi rupanya semakin tinggi pohon, semakin keras angin menerpa,  Buya Syafii terkena gossip tak sedap yang berhubungan dengan penganugerahan Bakrie Award. Dikabarkan Buya Syafii mendapat apartemen mewah senilai 2 milyar sehingga beliau bungkam dan tidak kritis lagi khususnya dalam kasus Lumpur Lapindo. (Tabloid Suara Islam edisi 101, 19 November-3 Desember 2010)

Karuan saja Buya Syafii gusar, tokoh pendiri Maarif Institute ini merasa difitnah dan secara tegas menuntut agar SI (Suara Islam) mencabut berita yang berjudul “Multi Accident Award”, khususnya karena beberapa paragraf berikut 

 Ada rekayasa terselubung dalam pemberian penghargaan (Award). Syafii Maarif bungkam tidak kritis lagi setelah menerima apartemen mewah senilai 2 miliar dari Aburizal Bakrie?”. 

Dan : 

 “Di tengah perseteruan, kontroversi, dan penolakan oleh para sastrawan sampai cendikiawan atas penganugerahaan Bakrie Award, belakangan nama sekelas Ahmad Syafii Maarif seorang cendikiawan sekaligus pendiri Maarif Institute cenderung bungkam. Menurut sumber Suara Islam Syafii Maarif bungkam tidak kritis lagi setelah menerima apartemen mewah senilai 2 miliar dari Aburizal Bakrie. Ketika Suara Islam mencoba mengkonfirmasi kebenaran hal tersebut, Syafii Maarif menolak memberikan wawancara.” 

 

Tidak sekedar gusar, Buya Syafii menggelar konferensi pers pada hari Rabu Siang (8/12/2010) di kantor Todung Mulya Lubis, didampingi Dedy Julianto yang mengaku memiliki apartemen tersebut (dan meminjamkannya pada Buya Syafii), Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah,  Saleh P. Daulay dan Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Rija UL Haq.

Secara tegas kubu Buya Syafii menuntut kepada Suara Islam agar mencabut berita, dan menyampaikan permohonan maaf. Jika tidak mereka akan membawa persoalan ini ke Dewan pers bahkan ke ranah hukum.

Tetapi sayang budaya komunikasi santun yang selama ini dikenal sebagai kepribadian Buya Syafii, rupanya tidak menular pada “pembela”nya. Terbukti dari ucapan Dedy Julianto yang dikenal sebagai pengusaha batu bara dengan kasarnya mengatakan “goblok betul tabloid ini (Suara Islam,pen)”.

Selain itu dalam pernyataan resminya untuk membela dan melindungi tokoh Muhammadiyah, Saleh P.Daulay menyatakan bahwa Pemuda Muhammadiyah siap berhadapan dengan siapapun melalui jalur konfrontatif. 

Dan apa kata Suara Islam?

Redaksi SI sebenarnya telah mendengar, bahwa sesungguhnya Buya Syafii tidak ingin mengangkat persoalan ini. Kepada salah seorang redaktur senior SI dalam sebuah perbincangan di Yogyakarta, Buya Syafii mengaku tidak akan melakukan tindakan apa-apa terhadap SI. Tapi rupanya anak buah Buya Syafii dari kalangan liberal yang menginginkan masalah ini ‘dipanaskan’. Kalau sudah demikian, berarti ini merupakan percaturan lama antara dua kubu, Islam versus Liberal. Siapa yang akan menang, mari kita lihat bersama-sama. []

 

Wah wah ……situasi rupanya berubah menjadi tidak sehat, walau kita harus mengetahui penyebab awal berdasarkan keterangan Pemred Suara Islam sebagai berikut :

  Bismillaahirrahmaanirrahiim,  Assalaamu'alaikum wr.wb.  Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb Pencipta Alam Semesta. Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Rekan-rekan wartawan yang kami hormati,  Perkenankanlah kami menyampaikan tanggapan atas keberatan Ahmad Syafii Maarif terhadap pemberitaan Suara Islam sebagai berikut:  Menurut hemat kami, Ahmad Syafii Maarif seharusnya menjelaskan dengan gamblang: Mengapa beliau menolak dikonfirmasi (istilah wartawan Suara Islam, tabayyun) tentang benar atau tidak telah memperoleh apartemen Rp 2 milyar dari Aburizal Bakrie?   Ada dua wartawan yang telah kami utus untuk mewawancarai Syafii Maarif, yaitu Abdul Halim dan Jaka. Halim telah mencoba menghubungi melalui sms pada tanggal 24 dan 25 September 2010, tapi tidak dijawab. Justru pada sms tanggal 24 September itu dijawab orang lain yang mengaku disuruh Syafii Maarif untuk menjawab dengan initial MUL, yang menuntut Halim menarik smsnya kepada Syafii Maarif  dengan "ancaman" apabila tidak dilakukan akan menghadapi upaya hukum atas dirinya. Sungguh ganjil sekali, kami sebagai wartawan cuma bertanya (tabayyun) kepada Syafii Maarif: mengapa dihadapi orang lain, dengan ancaman pula?   Naluri wartawan kami menyuruh kami tidak menyerah begitu saja, bahkan rasa ingin tahu kami semakin kuat. Setelah Halim tidak berhasil, dilanjutkan Jaka selama minimal 7x (!) berusaha menghubungi Syafii Maarif baik melalui sms maupun telepon ke HP beliau, tapi sama saja tidak dilayani juga. Kami berusaha bersabar selama dalam rentang waktu lebih dari 2 bulan untuk terus menghubungi Syafii Maarif, dan itu jelas menghambat kerja kewartawanan yang kami lakukan.  Lantas, apa yang salah pada Suara Islam  sehingga Syafii Maarif tidak bersedia untuk melayani pertanyaan wartawan kami? Apakah karena Syafii Maarif memandang Tabloid Suara Islam  hanya tabloid kecil yang dibaca terbatas kalangan tertentu saja sehingga tidak perlu diladeni? Atau apa? Kami sungguh merasa tidak dihargai, dilecehkan dan dianggap nobody oleh Syafii Maarif.   Pemuatan berita itupun kami lakukan masih dalam koridor jurnalistik yang benar. Suara Islam  menyampaikannya dalam kalimat menggunakan tanda tanya (?). Selanjutnya kami menyebutkan, "menurut sumber Suara Islam", serta upaya mengkonfirmasi Syafii Maarif tapi ditolak.   Suara Islam  sangat menyesalkan sikap Syafii Maarif dan/atau kuasa hukumnya yang tidak menyinggung-nyinggung akan menggunakan HAK JAWAB sebagaimana diatur dalam UU PERS, tetapi justru siap-siap mengajukan somasi dan pengaduan ke Dewan Pers serta kemungkinan jalur hukum lainnya. Namun demikian, Suara Islam  mempersilakan saja Syafii Maarif menjalankan hak-haknya.  Kami mengikuti dengan cermat konferensi pers yang digelar Syafii Maarif di kantor kuasa hukumnya. Di situ kami mendengar ungkapan caci-maki kepada Suara Islam, misalnya kata-kata "bodoh" dan lain-lain. Juga penggunaan ancaman konfrontasi (fisik), oleh orang-orang yang duduk bersebelahan dengan Syafii Maarif dan kuasa hukumnya.   Kami tidak bisa menutupi rasa tercengang kami, bagaimana mungkin kata-kata kasar dan tidak pantas serupa itu dimunculkan dalam suatu konferensi pers oleh Syafii Maarif dan di kantor seorang lawyer senior yang selama ini mengaku memperjuangkan, menghargai dan menghormati kebebasan pers serta dikenal tokoh anti kekerasan?. 

Billahi taufiq wal hidayah

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 

Siapapun tahu, orang sekelas Buya Syafii tidak mungkin menghendaki perpecahan sesama anak bangsa. Walaupun sebagai tokoh, beliau kerap mengkritik dengan tegas bahkan pada teman sendiri. Tetapi menghina ? Apalagi mengancam? Kiranya jauh dari kepribadian beliau.

Diamnya beliau ketika dikonfirmasi memang harus dijawab. Sehingga tidak menimbulkan dugaan keliru. Dan anak bangsa menunggu harap-harap cemas lakon berikutnya.

Karena seperti tertulis diatas, tokoh pemersatu yang memiliki komitmen kebangsaan  kuat hanyalah segelintir. Dan dari yang segelintir itu, janganlah berkurang satu orang ………..


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun