Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tinggal di Kampung? Siapa Takut?

13 Juli 2022   11:12 Diperbarui: 13 Juli 2022   11:14 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krik, krik ......senandung jangkrik berpadu alunan nada serangga malam menemani jam kerja saya di malam hari. Orchestra malam yang penuh aroma mistis.

Terasa asing, walau telah lebih dari 3 bulan, saya pindah untuk menemani ananda yang istrinya mendapat amanah mengajar di salah satu PTN, dan menghuni suatu kawasan di kabupaten Sumedang.

Suasananya sungguh berbeda dengan perkotaan. Gagap budaya terjadi sejak mata membuka di pagi hari. Di perkotaan, hanya sepelemparan batu, penjual sarapan pagi siap memenuhi kebutuhanmu. Tidak hanya satu, tapi banyak. Ada 5 orang penjual bubur ayam, belum lagi kupat tahu, nasi kuning, gorengan dan masih banyak lagi.

Di sini? Tak ada satupun! Di perkotaan, cukup berjalan 5 menit menuju supermarket, saya bisa memenuhi kebutuhan harian. Saat pindah ke apartemen, terdapat minimarket di samping lobby dan deretan food court di area belakang, di samping swimming pool.

Namunnn...., bukan berarti ini neraka dunia. Justru sebaliknya, anak saya bisa menerapkan gaya hidup frugal living agar bisa bebas finansial sedini mungkin.

Mengutip penjelasan Samuel Ray, HR Professional dan Content Creator di sini, yang dimaksud frugal living adalah hidup cermat, caranya dengan memilah-milah, mana yang penting dan mana yang kurang penting.

Selama tinggal di perkotaan, kami menjadi boros. Rencana belanja minyak goreng ke minimarket, eh bertambah dengan belanja camilan, minuman serta barang lain yang dibeli mumpung promo. Juga jajan di foodcourt, sementara makanan/minuman yang sama bertengger dengan manis di dalam lemari pendingin kami.

Di sini kami terpaksa belanja via online, sehingga harus cermat berbelanja dengan memperhitungkan biaya kirim yang lumayan mahal. Bepergian pun harus direncanakan dengan cermat, agar bisa menghemat biaya transportasi online.

Dengan kata lain, asalkan ada akses internet, apapun bisa dilakukan.

Manfaat Internet sungguh terasa. Tak jarang dalam suatu waktu kami larut dalam pekerjaan yang berhubungan dengan internetnya Indonesia. Anak saya rapat di ruang tengah, saya mengikuti webinar di dalam kamar dan menantu saya mengajar di lantai atas.

Uniknya topik kami sama, yaitu: sampah! Saya beraktivitas sebagai trainer pengelolaan sampah. Anak saya sedang mengerjakan proyek pengolahan sampah. Sementara isitrinya menjelaskan pada para mahasiswanya tentang sampah organik dan sampah anorganik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun