Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yuk, Cegah Kanker dengan Berkebun Tomat

4 Februari 2020   08:12 Diperbarui: 4 Februari 2020   23:06 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: worldcancerday2020

Berita buruk!

Dilansir dari jurnal medis The Lancet (2019), hasil survei global menunjukkan kanker telah menjadi pembunuh nomor satu menggeser penyakit jantung.

Bagaimana dengan Indonesia?

Data Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kanker merupakan penyakit penyebab kematian ketiga terbanyak setelah jantung dan stroke. 

Prevalensi penderita kanker di Indonesia adalah 1,4% dengan jumlah total 347.792 penderita. Khusus di Jawa Barat, anggota masyarakat yang menderita penyakit kanker bertambah banyak dua kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir.

Memburuknya kesehatan masyarakat akibat kanker sudah diprediksi oleh Union for International Cancer Control (UICC), sebuah organisasi kanker internasional terbesar dan tertua di dunia, yang berinisiatif mencetuskan Hari Kanker Sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Februari.

Tujuannya agar masyarakat semakin menyadari kehadiran pembunuh kehidupan ini, serta mendorong pencegahan, deteksi, dan pengobatan terhadap penyakit kanker.

Karena ketika kanker menyerang, bukan hanya pasien yang menderita, tapi juga anggota keluarga lain. Keuangan keluarga terkuras, aspek psikologis dan sosial pun terganggu, stabilitas ekonomi dapat goyah yang berimpikasi pada masa depan keluarga.

Suatu penelitian dari berbagai pusat kesehatan di Indonesia, mengenai dampak katastropik terhadap keuangan rumah tangga, menyebutkan bahwa dalam rentang waktu 6 bulan, 86 persen pasien kehilangan pendapatan atau nafkah dari pekerjaannya, 32 persen harus meminjam uang, dan 18 persen dari mereka harus menjual properti atau aset untuk menutupi pengeluaran berobat.

Salah seorang selebriti tanah air yang belum lama ini menjalani rangkaian pengobatan kanker adalah pelantun lagu "Nuansa Bening", Vidi Aldiano, selengkapnya bisa dibaca di Ngga Hanya Vidi Aldiano, Kamu Juga Bisa Terkena Penyakit Kanker!

sumber: dinkes.wonogirikab.go.id
sumber: dinkes.wonogirikab.go.id
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

 "Kesehatan selalu tampak berharga setelah kita kehilangannya" (Jonathan Swift)

Karena itu Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat melakukan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang tertuang dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.

Terdapat benang merah antara Germas dengan tema Hari Kanker Sedunia 2020, yaitu "I Am and I Will", atau ajakan melakukan gerakan perubahan dengan penuh komitmen menuju masa depan yang terbebas dari penyakit kanker.

Tiga anjuran utama Germas adalah:

  1. Konsumsi buah dan sayur setiap hari
  2. Memeriksa kesehatan secara rutin
  3. Melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari

Langkah satu dan 3 bisa kita lakukan dengan berkebun, khususnya berkebun tomat. Karena dilansir dari alodokter.com:

Tomat mengandung antioksidan alami bernama likopen (lycopene). Zat ini dapat membantu memerangi efek radikal bebas penyebab kanker. Antioksidan lain yang terdapat pada tomat yaitu polifenol, naringenin, dan chlorogenic acid.

Sedangkan manfaat berkebun, bisa dilihat dari kompas.com yang menyebutkan berkebun selama 30 menit per hari akan membakar 176 kalori. Lumayan banget kan?

sumber: mariagsoemitro
sumber: mariagsoemitro
Gardening is Cheaper Than Therapy and You Get Tomatoes

Lantai rumah sudah tertutup keramik semua gini. Bagaimana mungkin bisa berkebun?

Tapi punya lahan kosong untuk menjemur pakaian kan?

Nah, area tersebut bisa digunakan. Setiap pojok rumah yang mendapat cukup sinar matahari, bisa digunakan untuk urban farming. Urban farming hanya menunjukkan perbedaan lokasi berkebun di perkotaan dengan pedesaan.

Namun ada persamaan yang signifikan, yaitu sama-sama membutuhkan sinar matahari, air dan media/tanah. Untuk memulai urban farming,cukup pastikan ke-3 elemen tersebut ada, selebihnya pelaku urban farming bisa unjuk kreatif. 

Peralatan berkebun: 

  1. Jangan buang stik penggorengan yang rusak, pisau dapur yang tumpul, serta peralatan sejenis, karena bisa digunakan untuk menanam dan menggemburkan tanah.
  2. Bekas kemasan beras, bekas kemasan minyak goreng dan bekas pewangi pakaian bisa disulap menjadi wadah, pengganti pot yang mahal harganya. Bekas kemasan seperti ini umumnya terbuat dari plastik tebal yang tak mudah lapuk seperti polybag.
  3. Sering melihat kotak buah terbuat dari plastik dan kayu di penjual buah-buahan? Berdayakan "limbah" tersebut dengan membelinya. Kotak buah plastik umumnya bisa dibeli dengan harga Rp 5.000 -- Rp 15.000/kotak, tergantung tebal/tipisnya plastik, serta besar/kecilnya kotak. Sedangkan kotak kayu biasanya diberikan gratis oleh penjual.
  4. Kantong plastik bekas yang sering numpuk dengan sendirinya, bisa diberdayakan menjadi pengganti sarung tangan plastik, agar tangan tidak mudah kotor ketika berkebun. Juga bisa untuk alas kotak buah plastik penampung media tanam. Selain itu sangat membantu dalam penyemaian benih agar tanah tetap lembab dan benih tanaman mekar sempurna.

Media berkebun

Bisa dibeli di penjual tanaman hias. Nah supaya praktis, sebaiknya beli yang 3 in 1, atau merupakan campuran tanah, serasah/sekam, dan pupuk (kotoran hewan/humus). Jika tidak ada, beli 3 elemen media tanam ini secara terpisah, kemudian mencampurnya dengan perbandingan 1:1:1.

Bibit tanaman

Bibit tersedia di dapur, khususnya pada keluarga yang kerap memasak sendiri. Sisihkan biji tomat, biji cabai, akar bawang daun, batang kangkung/bayam juga bisa ditanam dan menghasilkan tanaman baru.

Jika keluarga Anda kebetulan jarang masak di dapur, bisa membeli benih seribuan secara online. Beli sekaligus 5 -- 10 paket karena Anda tidak bisa mengharapkan setiap benih akan tumbuh subur. Terjadi seleksi alam, beberapa tumbuh subur, lainnya kerdil, lainnya lagi dimakan hama. Sehingga jangan heran ketika mendapati hanya 10 -- 30 % tanaman yang berhasil tumbuh hingga dewasa dan dapat dipanen.

Perawatan yang dibutuhkan

Setiap mahluk hidup membutuhkan perawatan, demikian juga dengan tanaman. Karena itu saya tidak menyarankan hidroponik untuk Anda yang masuk golongan usia produktif dan sibuk. Hidroponik terlalu ribet dengan aktivitas  pemisahan benih, penggunaan pupuk pabrikasi yang harus dibeli dan seterusnya.

Berkebun organik yang saya sarankan cukup mengandalkan sinar matahari, air serta 3 elemen media tanam (tanah, sekam, pupuk organik).

  1. Langkah awal, sebarkan benih pada media tanam, lindungi dengan lembaran plastik  terhadap hujan yang akhir-akhir ini intensitasnya sangat deras, juga dari teriknya matahari yang tiba-tiba muncul.  
  2. Langkah kedua, ketika daun mulai bermunculan dan batang dirasa cukup kuat, pisahkan tanaman/beri jarak agar tanaman bisa tumbuh maksimal. Pada tahap ini, dibutuhkan banyak wadah/pot, karena itu pembenihan cukup dilakukan pada satu wadah.
  3. Tanaman sayuran umumnya hanya berusia 30 -- 60 hari, perawatan dibutuhkan dengan menyiangi/membuang tanaman lain yang akan merebut zat hara yang dibutuhkan tanaman induk. Membuang siput yang kerap melahap habis daun. Serta membantu sulur tanaman (khususnya tomat) bisa tumbuh bebas merdeka. Saya biasanya hanya menggunakan tali plastik rafia. Ikat batang tomat dan buat bridge ke tiang/tanaman berkambium yang terdekat.

sumber: worldcancerday2020
sumber: worldcancerday2020

Secara Berkala Memeriksa Kesehatan

Mencegah selalu menjadi yang terbaik dibanding mengobati, salah satunya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

Bukan aktivitas populer, walau pasal  49 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan rumah sakit milik pemerintah maupun swasta, memiliki tanggung jawab pelayanan kesehatan preventif dan kuratif. Yang diperkuat dengan UU 44/2009 Tentang Rumah Sakit.

Kanker terjadi karena pertumbuhan sel-sel abnormal yang tidak terkendali, yang ditunjukkan melalui beberapa gejala berikut:

  1. Munculnya benjolan yang  tidak lazim. Umumnya tumbuh dengan cepat dalam waktu singkat dan berbentuk tidak wajar.
  2. Perubahan pada kulit. Adanya perubahan ukuran, bentuk, atau warna tahi lalat yang tak wajar, waspadai gejala kanker kulit. Juga lakukan sendiri pemeriksaan kulit secara rutin  untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan yang tampak aneh pada kulit Anda.
  3. Masalah pada kelenjar getah bening. Terdapat di leher, paha bagian dalam, ketiak, di sekitar usus, dan di antara paru-paru. Kelenjar  getah bening merupakan struktur jaringan kecil berbentuk menyerupai kacang merah yang memegang peranan besar dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Waspadai  pembengkakan kelenjar getah bening karena bisa menjadi tanda kanker, seperti leukimia dan limfoma.
  4. Berat badan turun tanpa sebab. Penurunan berat badan bisa saja menjadi gejala kanker usus besar, pankreas, atau pencernaan lainnya. Penurunan berat badan terjadi karena penyakit sudah menyebar,  sehingga akan mempengaruhi nafsu makan dan kemampuan tubuh Anda untuk melepaskan limbah makanan dalam tubuh.
  5. Batuk atau sesak yang berkepanjangan. Waspadai batuk yang tak kunjung sembuh, terjadi dalam waktu lama dan disertai dengan sesak napas ataupun darah.
  6. Rasa sakit tanpa sebab. Sakit kepala yang tak kunjung sembuh meski sudah menjalani pengobatan bisa menjadi gejala kanker otak.
  7. Perdarahan tidak normal.  Misalnya, perdarahan vagina di luar menstruasi ataupun setelah berhubungan seksual bisa menjadi tanda kanker endometrium dan serviks.

Tidak semua jenis kanker menunjukkan gejala yang sama. Bahkan Vidi Aldiano semula akan memeriksa suaranya yang mendadak hilang. Ketika dilakukan skrining menyeluruh, dokter menemukan  benjolan pada ginjalnya.

Sumber data:

  1. hellosehat.com
  2. Parkway Cancer Centre

sumber: MariaG Soemitro
sumber: MariaG Soemitro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun