Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kendang Kecrek Hingga Bunyi Tiang Listrik, Penanda Waktu Sahur di Daerahku

5 Juni 2018   23:22 Diperbarui: 5 Juni 2018   23:34 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sahur...sahur....", teriakan membangunkan orang untuk sahur, membelah dini hari yang dingin.  Nada dan iramanya khas. Kelompok penyeru untuk bangun sahur ini adalah santri masjid Al Ikhwan. Berpakaian rumahan dan  perangkat seadanya, mulai dari kendang, kecrek  hingga panci bocor, mereka berjalan  mengelilingi perumahan warga Cigadung Kota Bandung, tempat saya tinggal.  

Dimulai dari masjid, usai santap sahur mereka  menyusuri jalan-jalan kecil yang menyintas pemukiman padat, masuk ke kompleks perumahan, keluar di jalan umum dan berakhir di masjid Al Ikhwan, tempat mereka menimba ilmu agama dan berkawan dengan sesama  santri  lainnya.

Berjumlah belasan orang, mereka tidak hanya meneriakkan kata sahur dan berdendang dengan iringan kendang kecrek dan panci bocor. Tapi juga berkeliling sambil asyik bercanda. Saling dorong mendorong dan tertawa.  Jika ada anggota baru, tidak ada tradisi perploncoan  terlebih aroma curiga.  Hanya ada suka cita. Mereka paham, bulan Ramadan merupakan waktu terbaik beribadah.  Waktunya pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.

Saya mengenal kelompok  santri  yang aktif berkeliling untuk membangunkan orang untuk sahur tersebut sebagai bukan santri mondok. Mereka adalah anak-anak warga masyarakat yang  tinggal di sekitar Masjid Al Ikhwan, tempat belajar agama Islam yang berdiri dan berkembang secara organik. Dengan kata lain dimulai dengan bangunan masjid yang tanahnya merupakan wakaf, kemudian tumbuh  sesuai kebutuhan warga masyarakat sekitar. Kebutuhan menambah ilmu dan mengamalkannya. Selain pesantren, ada PAUD dan tempat kajian agama Islam.

Di bulan Ramadan, para santri, akan memenuhi masjid dengan mengaji dan kegiatan yang menyangkut kemasyarakatan seperti mengumpulkan sponsor takjil , membagikan takjil. Melaksanakan sholat tarawih, berkeliling membangunkan warga sekitar agar tak ada yang ketiduran dan lupa makan sahur. Dan terakhir tentunya gembira raya menyambut hari Iedul Fitri yang diramaikan oleh bedug. Bukan petasan.

Adalah KH Maftuh Kholil yang berjasa menghimpun anak-anak usia sekolah untuk belajar mengaji di pesantrennya, Al ikhwan, Bandung. Ulama yang terkenal pluralis ini nenyadari bahwa modernisasi harus disikapi dengan bijak. Dilain pihak,  tidak setiap orang tua mampu membimbing anak-anaknya dalam menghadapi perubahan jaman. Karena itu KH Maftuh Kholil memberikan peluang untuk belajar agama di ponpesnya yang seiring waktu semakin bertambah luas. Sehingga lebih banyak anak yang terayomi, tidak mudah emosi dan tersulut dendam. Kemungkinan tawuranpun bisa tereduksi.

Mungkin karena  sama-sama ulama NU seperti  Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, KH Maftuh Kholil juga meyakini bahwa kegiatan membangunkan orang untuk sahur menunjukkan ghirah beragama. Anak-anak dan remaja bersemangat bersama-sama melakukan kegiatan positif. Baik sahur on the road atau bukan, harusnya ada pengayom agar mereka tetap beraktivitas sesuai jalur.

Sayangnya tidak setiap masjid memiliki kegiatan positif seperti masjid Al Ikhwan. Tidak banyak ulama yang memiliki pesantren seperti KH Maftuh Kholil. Terlebih masjid yang dibangun dengan konsep modern dan meninggalkan nilai-nilai tradisi seperti yang dianut masjid Al Ikhwan. Membuat  masjid-masjid ini tidak hanya sepi ing pamrih, juga sepi ing gawe. Kegiatan hanya nampak di waktu sholat 5 waktu. Tidak nampak anak-anak dan remaja yang mengaji dan menyuburkan masjid dengan ilmu.

Tak heran, warga masyarakat sekitar masjid tak pernah mendengar teriakan "sahur". Terlebih gelak ceria anak-anak dan remaja yang berkeliling  membangunkan sahur. Seperti di kawasan Garuda tempat saya menata kantor yayasan. Hanya terdengar sayup-sayup teriakan sahur dari loudspeaker masjid dari kawasan lain. Petugas keamanan yang berkeliling hanya memukul tiang listrik penanda sahur tiba. Atau sekedar meneriakan kata sahur secara ala kadarnya. Selebihnya senyap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun