Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer Budi Brahmantyo, Selamat Jalan

29 April 2018   08:00 Diperbarui: 29 April 2018   11:06 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budi Brahmantyo (dok instagram @bubrah19)

Tiba-tiba dada saya terasa sesak. Usai membaca berita duka dari akun facebook Supardiyono Sobirin yang  mengabarkan bahwa Budi Brahmantyo berpulang, mendahului kami untuk menghadapNya. Rasanya baru kemarin almarhum mengirim message: " Mbak, gimana caranya posting di Kompasiana?" Ternyata kejadian lama, 8 tahun berselang.

Siapa Budi Brahmantyo?

Sosok ini bukan sekedar dosen Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama lengkap Dr. Ir. Budi Brahmantyo M Sc, almarhum merupakan  pakar ilmu bumi yang aktif membangun kesadaran masyarakat tentang kebumian lewat aktivitasnya di berbagai organisasi dan komunitas. Tulisannya  bersliweran di media cetak mengenai hasil riset dan keprihatinannya akan bumi yang semakin sakit. Khususnya di wilayah cekungan Bandung.

Bersama pakar ilmu bumi lain, almarhum aktif dalam Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB).  Lewat diskusi dan kajian, mereka  konsisten menyuarakan pentingnya cekungan Bandung sebagai kawasan yang khas sehingga  pengelolaannya  harus lepas dari batas-batas wilayah administratif.

Berikut kutipan wawancara terakhirnya dengan harian Pikiran Rakyat:

 "Tentang KBU, kita mestinya tidak hanya bicara tentang fungsi resapannya. Yang harus diwaspadai juga adalah potensi air permukaannya. Selama alih fungsi di KBU tidak terkendali, banjir bandang bisa terjadi kapan-kapan," tutur Budi Brahmantyo..

Ujarannya seolah bersambut. Sebulan usai wawancara warga Bandung dikejutkan dengan banjir bandang di Cicaheum. Wilayah yang sebelumnya dianggap aman dari banjir. Membuktikan betapa rentannya Kota Bandung jika tidak ada upaya pelestarian lingkungan di cekungan Bandung.

Mengapa  Budi Brahmantyo bergabung dengan Kompasiana?  Nampaknya untuk melampiaskan kesukaannya menulis sekaligus berbagi banyak tanpa harus berlama-lama mengirimnya di media cetak.

Tulisannya sarat humaniora, gaya hidup dan  wisata, sesuai perjalanannya dalam wisata geotrek  maupun hobinya bersepeda dan lari.  Selalu komplit sehingga pembaca tidak hanya paham tapi juga mendapat manfaat dari tulisan yang dibacanya.

Tulisan "100 Cerita Serem Tentang Batu Akik" misalnya berkisah mengenai obrolannya dengan Mang Okim, sahabatnya di KRCB. Mang Okim  merupakan geologiwan sejak lulus dari Teknik Geologi ITB tahun 1967.

Budi Brahmantyo dan Mang Okim (dok. Kompasiana.com)
Budi Brahmantyo dan Mang Okim (dok. Kompasiana.com)
Hati-hati bagi yang baru berkecimpung di dunia batu mulia. Batu sintetis banyak beredar dan sangat mirip dengan batu mulia alamiah. Bahkan agar dianggap batu mulia alamiah, ditawarkan tidak tanggung-tanggung dengan harga yang fantastis, seperti batu dari Makkah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun