Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Quo Vadis" Perkembangan Biodigester Sampah di Kota Bandung

5 Oktober 2017   13:45 Diperbarui: 5 Oktober 2017   14:07 2943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu biodigester yang mangkrak (dok. @mariagsoemitro)

Biodigester sampah? Betul, merupakan instalasi tempat bakteri metanogen bersemayam yang dengan senang hati  akan mengolah sampah organik  menjadi  biogas. Bisa dibayangkan berapa banyak masalah perkotaan dapat  terselesaikan dengan adanya biodigester sampah? Sampah berserakan hilang, kota bersih dan resik. Diganti biogas untuk memasak makanan di dapur serta slurry untuk pupuk berkebun.

Terlebih bagi Kota Bandung,  kota yang pernah mendapat julukan Bandung Lautan Sampah dan mendapat predikat Kota Terkotor pada tahun 2006. Sungguh tepat sasaran ketika pada  tahun  2015, suatu perusahaan energi menyalurkan corporate social responsibility (CSR)-nya, yaitu  100 buah biodigester yang diharapkan dapat mengolah sampah Kota Bandung menjadi energi.

Paling tidak ada 4 manfaat yang bakal diperoleh:

Reduksi sampah

Sebanyak 1.600 ton sampah diproduksi penduduk Kota Bandung.  PD Kebersihan hanya mampu mengangkut 1.200 ton ke TPA, sisanya berceceran  di jalan, lahan kosong dan aliran air. Tidak saja menyebabkan banjir tapi juga  mencemari air. udara dan tanah. Andaikan program biodigester sukses dilaksanakan maka masalah sampah akan tertangani.

Pengguna biodigester wajib memisah sampah sehingga masalah sampah selesai sejak di hulu. Sampah organik masuk biodiogester, sampah anorganik bisa dijual ke pengepul/bank sampah.

Target  energi  baru terbarukan (EBT)

Hingga akhir tahun 2016, capaian bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) baru mencapai 7,7 %, sementara menurut target pada tahun 2025 harus mencapai 23 %. Dengan adanya geliat warga masyarakat dan pihak swasta dalam mengimplementasikan EBT maka akan terjadi percepatan dalam kurun waktu  8 tahun ini. (sumber)

Target  penurunan emisi GRK

Pada KTT Perubahan Iklim 2015, Presiden Jokowi  menegaskan komitmen Indonesia, yaitu  mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 % pada tahun 2030 sebagai upaya mengatasi perubahan iklim. Kontribusi Indonesia tersebut diharapkan dapat  mendorong terciptanya kesepakatan mengikat demi membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celcius.

Dengan dikelolanya limbah organik menjadi biogas, maka program biodigester turut berpartisipasi dalam mewujudkan tekad pemerintah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun