Selain CFC, bahan perusak ozon (BPO) yang  juga bertanggung jawab terhadap perusakan ozon  adalah nitrogen oksida (N2O). Merupakan hasil sampingan dari proses pembakaran, misalnya emisi pesawat terbang dan halon (digunakan dalam cairan pemadam kebakaran), methyl bromide, carbon tetrachloride, dan methyl chloroform.
Penilaian kemampuan BPO merusak lapisan ozon secara disebut Ozone Depleting Potential (ODP). Nilai ODP dari beberapa bahan ODS biasanya dibandingkan relatif terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan CFC. Semakin besar nilai ODP bahan-bahan tersebut semakin berpotensi untuk merusak lapisan ozon. Di udara, zat ODS tersebut terdegradasi dengan sangat lambat.Â
Setelah 20 tahun, bagaimana perkembangannya? Peneliti asal Amerika Serikat, Susan Solomon mengungkapkan bahwa penipisan lapisan ozon di Antartika mulai pulih.
"Pemulihan total mungkin tidak akan tercapai hingga tahun 2050 atau 2060 namun kita mulai melihat di September lubang ozon sudah tidak separah sebelumnya. "
Beda pendapat dengan Susan Solomon, Dr Paul Newman dari NASA justu menyatakan sebaliknya. (sumber)
Namun satu hal yang pasti, masyarakat kurang mendapat sosialisasi mengenai BPO dan langkah-langkah agar lapisan ozon tidak semakin menipis. Pengguna produk beraerosol tidak peduli menggunakan CFC atau propelan lain. Pembeli yang akan membeli lemari es tidak paham non CFC yang tertulis dalam spesifikasinya. Dan bahkan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nur Masripatin mengatakan:
. "Negara maju sudah meninggalkan segala hall yang dapat menciptakan gas rumah kaca. Sedangkan negara berkembang butuh waktu lebih lama," (sumber)
Ya jika sosialisasinya aja ngga ada, kapan pulihnya lapisan ozon?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H