Hiji dua hiji dua tilu
Eta terangkanlah ..... Eta terangkanlaaahhh
Eta jiwa yang berkabut
Eta yang penuh dosa
Ampunilah ..... ampunilaaahhh
Ampunilah zikiri dosa mas Tono
Familier dengan syair lagu di atas? Sekitar seminggu ini, "Eta Terangkanlah" bersliweran di jagat media sosial, mulai dari Twitter, Instagram dan Facebook. Mirip "om telolet om" yang viral begitu saja seolah menengahi kejemuan akan berita korupsi, artis terjaring narkoba, kenaikan harga-harga hingga membengkaknya utang Indonesia.
Kilas balik ke belakang, fenomena ini sebenarnya bukan sesuatu yang aneh. Kita mengenal uro-uro, nyanyian di tengah kisah pewayangan. Cerita pewayangan seperti Mahabarata yang penuh silang sengkarut. Ada Yudistira yang menjadikan istrinya Drupadi sebagai taruhan judi. Kali lainnya Drupadi harus menjadi istri dari 5 orang kakak beradik (Pandawa). Kemudian Kurawa bersaudara mengusir Pandawa ke hutan, padahal ayah Kurawa kakak adik dengan ayah Pandawa, lho.
Ribet banget pokoknya, tapi tiba-tiba nyes dengan munculnya uro-uro. Almarhum eyang saya penggemar kisah pewayangan yang didengar dari radio dua bandnya. Beliau sering bercerita tentang isi uro-uro yang kurang saya mengerti karena dinyanyikan dengan langgam Jawa Kromo Inggil. Menurut eyang putri, uro-uro berisi nasihat-nasihat dan peringatan secara halus yang biasanya lebih mengena pada sasaran.
Demikian juga dengan syair lagu "Eta Terangkanlah" yang berisi nasehat hendaknya mohon ampun atas dosa-dosa. Tak heran karena lagu ini plesetan dari lagu Opick yang berjudul Khusnul Khotimah. Opick menulisnya di Madinah ketika sedang di makam dan terinspirasi tentang kematian:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!