[caption id="attachment_233804" align="aligncenter" width="568" caption="mentimun (dok. Maria Hardayanto)"][/caption]
Sebetulnya resolusi hijau di tahun 2013 dengan berkebun sayuran organik adalah milik kompasianer @Christian Natalie. Menjadi profile picture facebooknya, sehingga saya menduga dia tidak main-main. Apalagi manfaat berkebun sayuran organik memang banyak, yaitu:
- Meningkatkan konsumsi sayuran. Saat ini konsumsi sayuran penduduk Indonesia baru mencapai 80 % dari anjuran sehat gizi sebesar 65,5 kg/kapita/tahun.
- Konsumsi makanan sehat. Menanam sendiri sayuran akan menjamin bahwa sayuran yang kita konsumsi terbebas residu pestisida yang biasanya masih disemprotkan beberapa hari menjelang panen. Juga terbebas dari kontaminasi air limbah karena sayuran sering ditanam di saluran dekat pabrik atau lahan terlantar dimana bersliweran kendaraan roda empat dan dua.
- Menyehatkan tubuh karena berkebun berarti juga berolah raga. Hanya dengan berkebun, kita dapat membakar 63 kalori per 10 menit. Padahal kegiatan berkebun seperti memangkas tanaman, membersihkan gulma, menyiram tanaman dan memberi pupuk, jarang menghabiskan waktu hanya 10 menit. Minimal 1 jam kita gunakan untuk berkebun, itu artinya kita sudah membakar 378 kalori.
- Murah dan mudah. Modal awal berkebun hanya pot/polibag/kaleng bekas, tanah, kompos dan benih sayuran. Selebihnya adalah modal kerja dalam bentuk ketelatenan merawat dan menyiram. Itupun nggak ribet, hanya sekali-kali mencabut rumput/tumbuhan liar yang ingin merebut jatah zat hara sayuran.
- Meniadakan sampah plastik. Sayuran organik banyak dijual di toko swalayan, kita bisa membelinya dengan harga 3-5 kali lipat sayuran biasa, Tapi hidup organis sulit dicapai karena sayuran organik tersebut menimbulkan sampah plastik berikutini:
[caption id="attachment_233806" align="aligncenter" width="443" caption="sayuran organik di toko swalayan (dok. Maria Hardayanto)"]
Walau nampaknya berkebun sayuran organik akan mudah, tetapi menurut perkiraan saya sulit dilaksanakan @Christian, mengingat dia belum menikah dan masih kost. Tidak mungkin menyimpan di kamar, karena itu dia harus bernegosiasi dengan ibu kost yang pastinya akan berbalik senang apabila melihat banyak tanaman sayuran di teras rumahnya. Tanaman sayuran memang tidak dianjurkan hidup bebas dalam cuaca tidak menentu seperti sekarang. Terlebih ketika hujan mengguyur deras yang mengakibatkan akarnya membusuk. Mereka harus mendapat atap khusus terbuat dari paranet (semacam greenhouse) dan tentu saja hal tersebut tidak dianjurkan bagi pemula dan bukan pemilik rumah ^-^.
[caption id="attachment_233808" align="aligncenter" width="506" caption="kangkung (dok. Maria Hardayanto)"]
Beberapa strategi yang bisa dilakukan mereka yang ingin mencoba berkebun sayuran organik sebagai berikut:
- Bergabung dengan komunitas berkebun. Setelah awal tahun 2011 Ridwan Kamil menggagas Indonesia berkebun dengan konsep 3 E (Ekologi, Edukasi dan Ekonomi) maka kini sudah terdapat 23 komunitas di 23 kota yang melakukan kegiatan berkebun, silakan bergabung dengan mereka. Karena banyak sekali keuntungan yang diraih diantaranya bisa saling bertukar ilmu dan pengalaman (penggiat kan umumnya bukan praktisi, berkebun hanya sekedar hobi), saling support ketika tiba tiba merasa jemu dan berbagi modal benih sayuran. Harga benih sayuran variatif serta tidak dapat dibeli eceran, adanya rekan sesama penggiat bisa membantu tukar menukar benih juga menghemat biaya pembelian benih sayuran.
- Memilih jenis sayuran yang mudah ditanam, tidak ribet perawatannya, tetapi indah ketika sudah tumbuh rimbun di pot. Beberapa tanaman sayuran yang membutuhkan kawat untuk ‘bersandar’ (mentimun dan kacang panjang) serta perawatan khusus lainnya sebaiknya ditunda dulu, pilih saja tanaman selada, kangkung, terung, cabai merah, cabai rawit, seledri, bawang daun dan masih banyak lainnya.
- Rajin berselancar untuk menemukan variasiberkebun yang kreatif. Misalnya dengan menggunakan bekas botol gelas plastik di bawah ini. [caption id="attachment_233807" align="aligncenter" width="490" caption="berkebun sayuran organik dok. http://media-cache-ec2.pinterest.com/upload/122441683588632448_auSpTOzG_b.jpg"]
1357411377630289609
- Jangan mudah menyerah ketika tiba-tiba tanaman mati atau tidak tumbuh subur. Banyak sekali penyebabnya, mulai dari penyakit hingga menjadi santapan tikus. Tikus sering menyantap daun sayuran yang rasanya kriuk-kriuk sedangkan hama akan menyerang daun dan akar tanaman. Ada banyak pestisida nabati, namun umumnya sulit ditemukan dikota besar seperti daun brotowali, daun mimba, daun babadotan. Bahkan daun teh basisebagai salah satu pestisida alami makin langka ditemukan karena umumnya penduduk urban lebih menyukai teh celup. Jadi buang saja tanaman yang mati/sakit. Lebih baik dikompos agar kita mempunyai modal kompos untuk kegiatan bertanam selanjutnya. Banyak cara mengompos, bisa memilih kotak takakura atau komposter berikut:
[caption id="attachment_233810" align="aligncenter" width="400" caption="komposter (dok. Supardiyono Sobirin)"]
- Rencanakan masak bareng dengan sesama teman penggiat berkebun. Cara ini cukup ampuh untuk membangkitkan semangat dan mempererat tali silaturahmi. Khususnya karena tanaman sayuran hanya berumur pendek, sekitar sebulan. Sehinggakegiatan memasak dapat sering dan intens dilakukan.
Di akhir tahun 2011, istri presiden, ibu Ani Susilo Bambang Yudoyono mewacanakan gerakan perempuan peduli lingkungan dengan pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai tempat peresapan air, meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Slogan bagus yang terlalu melambung di awan, apabila tanpa langkah kongkrit hingga tahun 2012 berakhir.
Karena itu yuk, kita lakukan yang termudah. Berkebun dengan tetangga, kerabat dan mungkin juga teman kantor atau kelompok alumni sekolah. Sesudah capai merumpi atau bernostalgia, kan asyik mengurus kebun, bertanam sayur organic dan memasaknya bersama-sama. Pasti rasanya enak, dijamin^-^
**Maria Hardayanto**
[caption id="attachment_233840" align="aligncenter" width="485" caption="Â terung dan kangkung dalam polybag (dok. Maria Hardayanto)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H