Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Benarkah Harga Hamburger Lima Juta Rupiah?

27 November 2012   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:37 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_225973" align="aligncenter" width="500" caption="dok. http://1.bp.blogspot.com/-iPlpwMJEdp0/T-hg1WDg4sI/AAAAAAAAAEA/1dHByfAe1V0/s1600/hamdp.jpg"][/caption]

Berapa rupiah harga satu hamburger ? Rp 25.000? Rp 50.000? Tanpa kita sadari, setiap hamburger yang kita santap ternyata bernilai lebih mahal. Cara perhitungannya dengan berpedoman virtual water di bawah ini:

[caption id="attachment_225974" align="aligncenter" width="462" caption="virtual water dok. http://www.sciencemediacentre.co.nz/wp-content/upload/2009/09/virtual-water3.jpg"]

13539624041231815819
13539624041231815819
[/caption]

Mengapa? Karena air merupakan sumber daya yang bersifat terbatas. Sehingga nilai suatu produk harus dihitung berpatokan pada virtual water atau perkiraan jumlah air yang diperlukan untuk proses produksi suatu produk pertanian atau  industry.

Sehingga apabila kita hitung berdasarkan harga air dalam kemasan galon  seharga Rp 11.000/19 liter, maka perhitungannya akan menjadi:

Rp 11.000/19 liter x 2.400 liter = Rp 1.389.473,68

Sedangkan perhitungan dalam kemasan gelas akan lebih mahal yaitu:

Rp 500/240 mlx 1.000 x 2.400 liter = Rp 4.999.999 atau sekitar lima juta rupiah.

Wow, mahal bukan? Memang seharusnya sebesar itulah nilai yang harus kita bayar. Tetapi berhubung “nilai” air belum mendapat standarisasi seperti harga bahan bakar minyak (BBM) maka kita sering menghambur-hamburkannya.

Ah masa semahal itu? Bukankah air begitu berlimpah sehingga menimbulkan banjir dimana-mana. Dan bukankah ada air seluas samudera?

Sayangnya air tersebut tidak dapat serta merta digunakan karena kita biarkan menguap atau mengalir ke saluran air untuk bergabung dengan aliran sungai yang berakhir ke lautan.

Padahal  hanya 3 % air tawar dari total volume air di bumi sebanyak 1,4 milyar km3 , sedangkan sisanya (97 %) adalah air asin.

Dari 3 % air tawar tersebut, sebanyak  68,7 % berupa es yang menutupi  kutub utara dan selatan serta di puncak-puncak gunung dan pegunungan tinggi sebagai es abadi. Sebanyak 30,1 % adalah air tawar yang tersimpan dalam tanah hingga kedalaman 5 km. Sisanya sebanyak 0,9 % berupa air tawar yang terdapat di tanaman, uap air di udara dan awan sehingga tidak dapat langsung segera dimanfaatkan oleh manusia.

Praktis hanya 0,3 % air tawar yang terdapat di bumi berupa air permukaan di danau, waduk, situ dan sungai yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia. Padahal seperti kita ketahui sungai telah menjadi sampah raksasa berisi limbah manusia, hewan, sampah domestik dan pabrik. Beberapa waduk tidak terpelihara hingga tercemar. Demikian juga danau, beberapa diantaranya mengering dan berubah menjadi pemukiman penduduk.

135396516592499328
135396516592499328

Karena itu masalah air adalah masalah krusial yang harus diidentifikasi dan dideskripsikan sebagai isu yang tak kalah penting dengan emisi gas rumah kaca secara internasional.

Sumber daya air antar negara ibarat kekayaan. Beberapa negara memiliki air yang berlimpah, sedangkan negara-negara lainnya kering kerontang. Hampir seperempat suplai air bersih ada di Danau Baikal, Siberia. Dengan sumber daya air mencapai 31 % dari total sumber daya air global. Amerika Latin memiliki 12 kali lipat air lebih banyak per jiwa dibandingkan Asia Selatan. Negara- negara seperti Brazil dan Kanada memiliki jauh lebih banyak air daripada yang dapat mereka manfaatkan. Sementara Negara-negara di Timur Tengah mengais-ngais untuk mendapatkan air.

[caption id="attachment_225976" align="aligncenter" width="485" caption="60 % penduduk Angola kesulitan air bersih dok. http://www.demotix.com/from/africa/angola"]

13539634361289870501
13539634361289870501
[/caption]

Jika suatu bangsa kekurangan air, bukan  tidak mungkin akan terjadi konflik dan kekacauan. Beberapa tahun lalu di Darfur, Sudan bagian barat, dunia menjadi saksi betapa air bisamenjadi sumber perang saudara yang mengerikan.

Pada 2025, diperkirakan lebih dari 3 milyar jiwa penduduk dapat hidup dengan keadaan stress air yaitu hubungan kritikalitas pemanfaatan air terhadap persediaan sumber daya air. Bahkan 14 negara diestimasi akan berubah status dari mengalami stress air menjadi kelangkaan air. Masalah akan bertambah parah di Timur Tengah dan Afrika Utara dimana ketersediaan air turun hingga 500 meter kubik per orang per tahun, dan lebih dari 90 persen penduduk di daerah tersebut akan menderita kelangkaan air.

[caption id="attachment_225977" align="aligncenter" width="432" caption="Di musim kemarau, warga Jampang Tengah Sukabumi Jabar gunakan air selokan dok.pjtv.co.id "]

13539635871380672036
13539635871380672036
[/caption]

Think globally, act locally. Prof. Suprihantono, Staf Pengajar Program Studi Teknik Lingkungan  ITB menyarankan pemeliharaan sumber daya air melalui aspek teknis , aspek kebudayaan dan sosial. Yaitu agar masyarakat tidak membuang limbah ke sungai dan menebang pohon sembarangan.

Recycling grey water bagi hotel-hotel sebaiknya mulai  diterapkan karena Suprihantono pernah meneliti dan menemukan bahwa apabila semua flat di Jakarta mendaurulang grey water maka akanmenghemat 100 liter per detik air setiap tahunnya  atau sama dengan 40 sumur bor.

Setiap rumah juga diwajibkan membangun sumur resapan atau biopori. Karena pemahaman hak air dan hak atas air harus dimiliki setiap anggota masyarakat. Hak air adalahhak untuk dilindungi dariperusakan dan pencemaran. Sedangkan hak atas air adalahbahwa semua warganegara harus dijamin untukmemperoleh air bagi kehidupannya.Hak air dan hak atas air adalah elemen dasar dari demokrasi air.

Vandana Shiva (2003), seorang pemikir dan aktivis lingkungan hidup mengatakan paling tidak ada 9 landasan demokrasi air:

1.Air adalah anugerah alam. Kita menerima air dari alam dengan cuma-cuma. Kita berhutang kepada alam, karena telah menggunakan anugerah ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan kita. Jadi kita harus menjaganya tetap bersih dan dalam jumlah yang cukup. Pengalihan air yang akhirnya menciptakan daerah-daerah gersang dan rawan kekeringan mencederai prinsip-prinsip demokrasi ekologis.

2.Air sangat mutlak bagi kehidupan. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua mahluk. Semua mahluk dan ekosistem mempunyai hak atas jatah air mereka di permukaan bumi ini.

3.Kehidupan dan air saling bergantung. Air menghubungkan semua mahluk dan semua bagian di muka bumi ini melalui siklus air. Kita semua mempunyai kewajiban untuk menjamin bahwa tindakan-tindakan kita tidak menyebabkan kerusakan pada mahluk lain atau orang lain.

4.Air harus gratis untuk kebutuhan pangan. Karena alam memberi kita air dengan cuma-cuma. Membeli atau menjualnya untuk mendapatkan keuntungan merupakan tindakan yang mencederai hak manusia atas anugerah alam.

5.Air itu terbatas dan bisa habis apabila digunakan secara semena-mena dan tidak berkesinambungan. Termasuk pengambilan air dari ekosistem melebihi kemampuan alam untuk menyediakannya kembali. Serta mengkonsumsi air melebihi jatahnya yang sah sehingga melanggar hak orang lain untuk memperoleh bagian yang sama.

6.Air harus dilindungi.  Semua orang mempunyai kewajiban untuk melindungi air dan menjaga kelestariannya.

7.Air adalah milik umum. Air bukanlah buatan manusia. Air tidak dapat dibatasi dan tidak mempunyai batas. Karena air pada dasarnya milik umum maka air tidak bisa dimiliki sebagai hak pribadi dan dijual sebagai komoditas.

8.Tidak seorangpun berhak merusak sumber daya air, menggunakannya secara berlebihan, mengotori atau mencemari system perairan.

9.Air tidak boleh diperdagangkan. Secara fungsi, air berbeda dengan sumber daya dan produk lain. Air tidak boleh diperdagangkan atau diperlakukan sebagai komoditas.

**Maria Hardayanto**

Sumber data :

tulisan tata  kelola air, ada disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun