Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peringatan International Plastic Bag-Free Day, Ngaruh Ngga Sih?

29 Juni 2011   17:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:04 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Maukah Anda Berdiet Kantung Plastik?"][/caption]

Hari Bebas Kantung Plastik Sedunia tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2011. Tahun ketiga setelah di tahun perdananya 12 September 2009 diikuti lebih dari 100 kota di Inggris yang berpartisipasi. Kemudian pada tanggal 3 Juli 2010 dilaksanakan oleh hampir seluruh negara di dunia seperti Spanyol, Dubai, India, Filipina, Tanzania, Afrika Selatan dan tentu saja : Indonesia.

Kegiatan hari Bebas Kantung Plastik Sedunia umumnya diisi dengan kampanye bahaya kantung plastik dan menghindari produk plastik sekali pakai, termasuk di dalamnya kuis, berbagi pengetahuan seputar daur ulang, lomba menulis surat pada Gubernur bertopik seruan regulasi kantung plastik,booth foto kampanye menolak kantung plastik dan tips ber-zerowaste.

Apa sih alasan membuat hari kampanye bebas kantung plastik? “Kantong plastik terbuat dari turunan minyak bumi, oleh karena itu membuang-buang kantong plastik berarti membuang-buang sumber daya alam.. Selain masalah estetika dan kesehatan,limbah dari kantong plastik merugikan lingkungan, "kata Yuyun Ismawati dari BALIFOKUS.

"Penggunaan dan distribusi kantong plastik harus dilarang karena kantong plastik hanya digunakan selama 5-15 menit, tetapi membutuhkan waktu sekitar 500-1000 tahun untuk terurai.Plastik mencemari saluran air, sungai, pantai, merusak biota laut dan ekosistemnya. Membakar nyapun menimbulkan masalah tersendiri karena plastik (khususnya PVC) menghasilkan dioksin, suatu racun yang berpotensi menumpuk dalam tubuh manusia sehingga meningkatkan risiko kanker.

Alex Ryan dari komunitas Say No to Plastic menambahkan : “Setiap hari retail membagikan kantung plastik gratis bagi konsumennya tetapi penanganannya menjadi beban kolektif publik karena mencemari lingkungan”.

Menilik begitu besarnya “dosa kantung plastik” , sejauh mana keberhasilan gerakan kampanye anti kantung plastik? Jawabnya : “Masih jauh panggang dari api!”alias masih jauh langit dari bumi ( walaaah ...ini sih 100 % lebay ^_^ ).

Kok bisa ?

1.Tidak membumi. Masa? Silakan perhatikan seremonial lingkungan hidup. Hanya berisi pejabat, anggota dan pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) serta pemerhati lingkungan. Rakyatnya mana? Sebagai contoh peringatan Hari Lingkungan di Tahura Bandung. Rakyat yang diwakili para pemulung asyik memulung plastik bekas peserta tanpa mengerti sedang ada acara apa sih? Padahal acara seperti ini akan berhasil baik apabila bertujuan kampanye juga. Dampak positif pelestarian lingkungan hidup kan bukan untuk segelintir orang tapi untuk rakyat. Karena itu ajak dong pemulung yang bersliweran disekitar lokasi acara. Gengsi? Maka visi dan misi Anda gagal total bung!

[caption id="attachment_119690" align="aligncenter" width="300" caption="Pemulung Kecil yang Bersliweran di hari Lingkungan Hidup (dok. Maria Hardayanto)"][/caption]

2.Tidak tepat kultur. Nenek moyang kita memang tidak mengenal kantung plastik apalagi budaya menggunakan produk sekali pakai. Tetapi ini jaman emak-emak bertelfon-ria menggunakan BB seperti cerita Kompasianer Neny Silvana. Karena itu sulit sekali untuk emak-emak seperti saya mengingat harus membawa tas belanja. Era dimana kecepatan, ketepatan dan kepraktisan sangat diperlukan terkadang harus menabrak rambu kesadaran pemahaman lingkungan terdalam. Sehingga solusinya adalah membawa tas reusable untuk persiapan belanja yang terkadang hanya dapat dilakukan di sela-sela waktu yang sempit(gambar). Tapiaduh mak harganya tidak menjangkau masyarakat bawah : Rp 60.000/pcs karena terbuat dari polyester. Ada sih tas reusable yang berharga lebih murah karena terbuat dari laken alias plastik juga, Rp 25.000/pcs tapi mudah mbrudul dan berbulu. Bandingkan dengan kantung plastik yang gratis dan langsung dibuang apabila jelek tanpa merasa bersalah , toh ngga beli!

[caption id="" align="aligncenter" width="259" caption="Tas Reusable polyester (dok. GI)"][/caption]

3.Kastanisasi. Tanpa sadar kaum pencinta lingkungan hidup “tinggal di menara gading”. Tidak percaya? Tanyakan kepada pengguna jalantempat dilaksanakannya acara sosialisasi lingkungan hidup. Mayoritas masyarakat akan menjawab tidak tahu acara apakah yang tengah berlangsung. Selain itu LSM lingkungan hidup biasanya mengambil jarak dengan pejabat publik dan perusahaan swasta khususnya dalam acara hari Bebas Kantung Sampah Sedunia, mereka akan menghindari perusahaan swasta yang berpotensi memproduksi sampah plastik. Karena itulah mereka seperti hidup dalam menara gading . berusaha menjaga kemurnian gerakan tapi melupakan bahwa perubahan lingkungan hidup adalah perubahan gaya hidup. Sehingga harus merangkul semua pihak.

4.Edukasi belum memadai. Merubah perilaku memang membutuhkan waktu yang lama. Tapi bagaimana mungkin perilaku menggunakan kantung plastik sekali pakai akan berakhir apabila seruan anti kantung plastik hanya di dengungkan setahun sekali. Kebiasaan  harus dirubah dengan pembiasaan. Peran pemerintah dalam membantu kampanye akan sangat berarti tetapi tanpa peran pemerintahpun edukasi lingkungan dapat dilaksanakan. Khususnya karena kurikulum pendidikan Jawa Barat memuat Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) 2 jam per minggu. Tapi sayangnya karena guru PLH umumnya ditunjuk tanpa pembekalan yang cukup maka pendidikan Lingkungan Hidup berjalan ditempat. Kampanye lingkungan hidup juga dapat dilaksanakan disetiap acara yang berkaitan dengan lingkungan hidup , bahkan setiap hari Minggu di acara Car Free Day. Pengenalan mudah memisah sampah juga dapat di lakukan dengan merubah  sebutan tempat sampah menjadi Tempat Sampah Mudah Membusuk dan Tempat Sampah Sulit Membusuk.  Sehingga tidak membingungkan dan memaksa  pembuang sampah harus berpikir  sebelum membuang sampah. Aktifitas mengelola sampah memang harus dikondisikan mudah dan menyenangkan.

Tulisan saya kali ini mungkin “pedas”! Tapi beberapa kali kunjungan ke pihak lain membuktikan bahwa justru ada banyak pelajaran yang didapat dari mereka. Sehingga introspeksi diri harus selalu dilakukan untuk melangkah lebih baik lagi.

Ibarat pertandingan sepak bola, pihak Chelsea pasti mempelajari taktik dan gaya permainan Manchester United (MU) sebelum bertanding. Demikian juga pelatih Persib, pasti mempelajari taktik serangan dan gaya bertahan Persija sebelum menurunkan pemainnya. Nah, mengapa LSM lingkungan hidup tidak mencari taktik yang tepat untuk mengedukasi masyarakat, merangkul pejabat publik dan bersahabat dengan perusahaan swasta tanpa merasa ternodai^_^

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kantung Plastik Penyebab Sampah Bertumpuk"][/caption] sumber gambar : disini dan disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun