Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Barbie, Kehadiranmu Mengancam Kelangsungan Hidup Harimau

16 Juni 2011   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_116941" align="aligncenter" width="640" caption="Gbr: MH"][/caption] Keampuhan dampak jejaring sosial media sudah dirasakan akibatnya oleh banyak pihak. Dampak manis berhasil dicicipi Justin Bieber sedangkan Ariel Peterpan justru mendapat sebaliknya. Hal tersebut rupanya mengilhami Greenpeace untuk kampanye anti illegal logging yang terjadi di Indonesia. Mereka menggunakan ikon yang terkenal yaitu Barbie.

Kemasan Barbie yang terbuat dari kertas didakwa menggunakan bahan baku mixed tropical hardwood (MTH) berasal dari Indonesia. Salah satu dari dua perusahaan besar pembuat bubur kertas disebutkan tanpa tedeng aling-aling : Sinar Mas! Tujuannya juga jelas yaitu menghentikan illegal logging karena berdampak luas. Seperti kita ketahui hanya 8 % bahan baku kertas di Indonesia berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI) sedangkan sisanya sebanyak 92 % berasal dari illegal logging.

Pembeli boneka Barbie seolah diingatkan bahwa membeli boneka Barbie sekarang berarti merestui penebangan liar seluas pulau Bali setiap tahunnya. Melegalkan pelanggaran hukum yang bermakna korupsi. Mempertaruhkan percepatan perubahan iklim. Dan berarti juga membiarkan harimau Sumatera punah karena areal habitatnya hancur dan hilang.

Garis kepedulian Greenpeace terhadap masalah kepunahan harimau Sumatera bersinggungan dengan kampanye kepedulian deforestasi dan kepunahan harimau yang dilakukan oleh World Wide Fund for Nature ( WWF ). Melalui WWF Forest Friend dimana anak-anak muda bersaing ketat untuk menjadi duta dan mengawali restorasi hutan Sumatera, terpilihlah Rima Putri Agustina dari Indonesia dan Lena Gottschalk dari Jerman serta menghasilkan 63.780 pohon untuk ditanam.

[caption id="" align="aligncenter" width="311" caption="Rima dan Lena (dok. Rima Putri Agustina)"][/caption] sumber gambar :disini

Gaya persaingan WWF Forest Friend memang bukan seperti Miss Universetetapi persaingan membuat miniblog yang berisi kampanye lingkungan hidup untuk memilih mereka. Setiap 1 suara (vote) berarti 1 pohon untuk ditanam di Taman Nasional Tesso Nilo Sumatera.

Rima dan Lena mulai menanami Taman Nasional Tesso Nilo dengan berbagai jenis pohon lokal dari tanggal 28 Maret- 2 April 2011 untuk memenuhi target awal penanaman seluas 30 hektar dan target akhir 106 hektar. Karena sebagai kawasan konservasi hanya 29 % habitat harimau Sumatera hidup di dalamnya hingga keberadaannya terancam punah.

Idealnya agar bisa lestari dalam jangka 100 tahun minimum kawasan konservasi menampung 250 ekor harimau dengan luas minimum habitat 1 ekor per 100 kilometer persegi. Luas habitat kawasan konservasi saat ini, hanya 58.321 kilometer persegi. Padahal luas habitat potensial mencapai 144 ribu kilometer persegi.

“Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yangmengalami kepunahan dua sub species harimau sekaligus”, ungkap pemerhati fauna Universitas Gajah Mada (UGM)Dr Satyawan Pudyatmoko Tiap tahun diperkirakan 100 ekor harimau di seluruh dunia diburu dan dibunuh. Dagingnya dikonsumsi sedangkan kulitnya dikoleksi. Bisnis harimau merupakan bisnis hewan liar kedua setelah kera. Sehingga populasi harimau Sumateraterancam punah menyusul nasib harimau Jawa dan Bali. Jumlahnya kini hanya sekitar400-500 ekor. Padahal ditahun 1970-an jumlahnya masih mencapai 1.200 ekor.

Kampanye anti illegal logging dengan menggunakan Barbie dan kisah kasihnya dengan Ken diharapkan akan membuat banyak pihak berempati terhadap kepunahan hutan yang berimbas pada populasi harimau dan percepatan perubahan iklim.

Agar pemerintah Indonesia, produsen pulp danprodusen Barbie peduli. Khususnya apabila pembeli bisa mendesak produsen Barbie kemudian produsen Barbie mendesak perusahaan pulp menghentikan illegal logging. Bagai rantai kepentingan yang saling terhubung menuju perbaikan. Karena tidak mungkin boneka Barbie dijual tanpa kemasan.

Tetapi akan effektifkah kampanye Greenpeace? Di Indonesia, sertifikat HTI kan mudah didapat. Katanya lho ini katanya ........^_^

Setuju?

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun