Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secercah Harapan Musim Panas di Ohio

23 Oktober 2014   23:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:57 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Musim panas telah tiba. Tahun ini adalah tahun pertama aku kuliah di Ohio State University. Rencananya, di musim panas ini, universitasku akan mengadakan berbagai kompetisi seperti dance, science,cooking, singing dan sport untuk universitas negeri seluruh negara bagian Amerika, ‘Art, Science, Cooking and Sport Ohio State University Open Competition’.

Kelompok paduan suara ‘Timothy’s Angels’ dari Baptist Bible College, Penssylvania, yang merupakan kelompok paduan suara beken yang aku benci menjadi tandingan paling panas bagi kelompok paduan suaraku, ‘Little Collins’. “Hai, perkenalkan aku Olivia, ketua paduan suara ‘Timothy’s Angels’ , sepertinya ini kompetisi paduan suara terpanas tahun ini. Dan sepertinya, timku akan menang tahun ini, menyerahlah saja kau, karena tim kampusmu yang paling tercampakkan di kompetisi itu, tidak akan mungkin menang melawan tim paduan suara beken seperti kelompok paduan suaraku hahaha...”, kata Olivia dengan sombongnya. “Hai, jangan sombong dulu kau. Liat saja nanti di final, siapa yang akan menang!”, ujarku cukup kesal, tim paduan suaraku dipandang hina dan rendah oleh tim beken itu. “Hahaha, buktikan kalau memang timmu yang akan menang di final nanti, kau boleh mentraktir kami makan di restoran terkenal di negara bagian ini”, ujarnya sambil tertawa menyeringai. “Oke, deal”, kataku santai. Olivia meninggalkanku masih dengan tertawa. Aku sangat tidak suka terhadap kelompok paduan suara Timothy’s Angels yang sombongnya bukan main, terutama Olivia. Aku harus buktikan kalau kelompok paduan suaraku lebih hebat dari yang mereka pikir. Kelompok paduan suaraku harus mendapatkan trofi Ohio State University Open Competition itu.

Di tengah perjalananku menuju kelas Micro Economy, aku tak sengaja bertemu Emilia Tabitha, temanku yang ikut cooking competition. “Tita”, panggilku. “Catlyn, How do you do? Long time no see”, ujarnya sambil memelukku. “Iya, Tita. Oh ya by the way, bagaimana dengan persiapan cooking competitionmu?”.  “Yea, aku ikut cooking class selama 3 minggu setiap hari Rabu dan Jumat. Besok, ada tantangan membuat parfait dan konsumennya para mahasiswa Ohio State University”. “Ohya?”, tanyaku penasaran. “Yea, kami akan menyajikannya dalam sebuah rung uji . Mahasiswa/i yang mau mencicipi parfait buatan kami, para siswa cooking class, bisa membeli tiketnya ke pengajar cooking class, Madam Elise. Kamu mau?”. “Tentu, aku akan pesan tiketnya sekarang juga. Hahaha, aku sudah tidak sabar ingin mencicipi parfait buatanmu”. Tita tersenyum sambil mengacungkan jempol.

Ketika aku memasuki ruang uji anak-anak cooking class, kemewahan adalah kesan pertama. Ruang tersebut diterangi lampu gantung ,beralaskan red carpet dan perabotan yang didominasi perpaduan emas dan coklat. Aku penasaran apakah makanan yang akan disajikan pada setiap mahasiswa/i yang datang juga seenak pemandangan ruangannya.  Beberapa menit kemudian, salah satu murid cooking class, yang menjadi MC acara tersebut, Karl Bosworth,  menjelaskan sedikit mengenai awal mula diadakan cooking class dan pengujian masakan yang mereka buat kepada para mahasiswa/i. Menurut Karl, cooking class adalah semacam training untuk para peserta lomba yang diadakan pada awal musim panas di Ohio State University.  Satu-persatu pelayan datang menyajikan parfait ke meja-meja kami dan kami diberikan sebuah kertas untuk memberikan komentar terhadap 3 parfait terpilih mengenai rasa, tekstur, penampilan di gelas dan lain-lainnya untuk masing-masing peserta cooking class dan memilih parfait dengan penampilan dan sajian terbaik.

Perwakilan para mahasiswa/i  mulai memberikan komentarnya. Mahasiswi pertama yang memberikan komentar adalah Vanessa Georgia, mahasiswi fakultas Biotechnology, jurusan Food Technology. “Saya sudah mencicipi semua parfait yang disajikan oleh seluruh peserta cooking class ini. Parfait pertama yang saya coba adalah Strawberry Yogurt Crumble Parfait buatan Tifanny.  Parfaitnya secara umum enak, penyajiannya di gelas juga unik dengan 3 macam topping, buah ceri, strawberry, serta whipped cream dengan siraman saus strawberry di sekelilingnya dan crumble yang crunchy, namun di kreasi parfait anda ini, rasa yogurtnya kurang menonjol menurut saya, dan rasa Strawberry nya terlalu mendominasi. Seharusnya, saat anda memakan parfait anda, semua unsur yang ada dalam parfait anda, seperti crumble, buah, yogurt, madu atau apapun, seluruhnya harus menciptakan suatu rasa saat anda mencicipinya, dan kombinasinya harus pas, tidak ada yang dominan. Parfait kedua yang saya coba adalah Chocolate Almond Parfait buatan Celia. Putih telur seharusnya dikocok setengah mengembang, disini malah  agak terlalu mengembang, disinilah letak kesalahan paling fatal, sehingga bukan Parfait Chocolate Almond, tetapi malah menjadi Parfait rasa putih telur. Parfait Ketiga adalah Cappucino Parfait buatan Shirley, parfaitnya enak, rasa cappucino yang menjadi andalan parfait ini sangat terasa, penampilannya baik namun agak sedikit kurang rapi. Sekian komentar saya mengenai 3 parfait terpilih. Dan sajian parfait terbaik menurut saya adalah Cappucino Parfait buatan Shirley”. “Oke, thankyou atas komentarnya Vanessa. Silakan yang mau berkomentar berikutnya”, ujar Karl. Mahasiswi kedua yang memeberi komentar adalah Catlyn Stella Helena Parvez, Mahasiswi jurusan Hospitality. “Parfait pertama pilihan saya adalah parfait buatan Emilia Tabitha, Tropical Fruit Parfait. Rasa Parfaitnya enak, Yoghurt dan berbagai macam buah langsung berasa di mulut ketika dilahap, penampilannya juga keren dengan disertai potongan daun mint dan potongan buah yang unik. Parfait kedua adalah Mango and Raspberry Parfait buatan Valerie Agatha. Tampilan parfaitnya cukup cantik, namun gelatine nya kurang meleleh, selebihnya sudah baik termasuk rasa mangga dan raspberry yang cukup kuat. Parfait ketiga adalah parfait buatan Valentino Abram, Apple Sundae Parfait. Apelnya enak, manis, namun rumnya terlalu kuat disini, seharusnya rum hanya sebanyak ½ sendok teh saja, namun secara penampilan sudah baik. Parfait terbaik menurut saya adalah parfait buatan Tabitha”. “Terimakasih, komentarnya Catlyn. Sepertinya persaingan semakin ketat, komentar semakin pedas. Semakin penasaran, siapa sebenarnya yang berhak keluar sebagai juara kali ini. Kita tunggu komentar berikutnya. Ada  yang mau memberi komentar lagi selain 2 mahasiswi tadi? Sampai sejauh ini, kita belum mendengar komentar dari  para cowok nih. Ayo, jangan malu-malu kaum adam untuk berkomentar!”, ujar Karl lagi membangkitkan semangat. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya seorang mahasiswa berani mengutarakan komentarnya. Gerald Palvino, Mahaiswa jurusan Entrepreneurship, menyampaikan komentarnya. “3 Parfait pilihan saya pertama adalah Spiced Orange Parfait buatan Nadine Elisa Walter.  Secara penampilan sudah baik, tetapi secara tekstur, parfaitnya masih sedikit keras, kurang lembut dan kurang renyah. Yang kedua Chocolate Parfait buatan Georgio Laurentz., parfaitnya sudah baik penampilannya, Coklat, Chantily Cream dan biskuitnya benar-benar terasa, Good Job! Yang ketiga adalah Kiwi and Almond Parfait buatan Mark Schuez Alfonso, tampilannya rapi dan baik, hanya kombinasi kiwi dan almond untuk parfait sebetulnya kurang begitu pas. Mengingat kiwi rasanya asam, orang cenderung memilih dessert lain yang rasanya manis dan gurih sebagai pencuci mulutnya.  Dari ketiga orang tersebut, parfait yang terbaik menurut saya adalah milik Georgio Laurentz”, ujarnya sebagai penutup komentar hari itu. Pembicaraan mengenai siapa yang berhak menyandang gelar juara kali ini. Setelah pembicaraan panjang akhirnya saat pengumuman tiba. Dan akhirnya.......Tabitha keluar sebagai jura pertama, Georgio Laurentz juara kedua dan Shirley sebagai juara ketiga. Betapa aku sungguh bahagia. Sahabatku menjuarai  tantangan pembuatan parfait kali ini. “Catlyn, tunggu...”, teriak Tabitha memanggilku yang sudah beranjak cukup jauh dari ruang uji. “Makasih ya lyn sudah berpartisipasi di acara cooking class ini dan makasih banget lhoh tadi komentar kamu, bisa bikin aku jadi juara pertama kali ini”. “Sama-sama, Tha. Aku ke ruang kesenian dulu ya, mau ada latihan untuk singing competition”. “Oke,jangan lupa nonton cooking competition juga ya nanti”. “Oke lah, bye”. “Bye”

Di Hall gedung Lawson, Olivia sedang berkumpul bersamakelompok paduan suaranya. “Guys, kita harus atur strategi supaya  kelompok paduan suara Little Collins tidak dapat memenangkan kompetisi nanti. Masa paduan suara beken seperti kita tidak bisa memenangkan kompetisi? Iya gak? Masa kalah dengan kelompok paduan suara Little Collins yang abal-abal itu”.  “Benar juga katamu. Kita gak boleh kalah! Kita musti menang. Gengsi donk kalau  paduan suara kita sampai kalah. Selama ini, kita selalu menjuarai berbagai kompetisi, mulai dari tingkat daerah sampai internasional. Lalu, apa rencanamu?”, ujar Paul.  “Kita hembuskan spekulasi terhadap Little Collins, kalau mereka itu tidak pernah mengaransemen lagu dan gerakan-gerakannya plagiat artis barat, tidak kreatif” . “Oke, hmm, bagaimana menyiarkan spekulasi ini? Lewat hp? Atau pasang di papan pengumuman kampus? Atau bagaimana?”. “Kita tempel saja di papan pengumuman kampus. Pas kondisi sepi banget. Kamu pura-pura izin ke toilet saja pada saat tengah-tengah kuliah, pasti daerah sekeliling papan pengumuman kampus sepi. Nah terus, pasang deh tu pengumuman. Deal?”, ujar Oliv panjang lebar. “Oke, Deal”, ujar Paul sambil menjabat tangan Olivia dan mengedipkan matanya.

Setelah itu...di ruang kesenian

“Teman-teman, ushakan tampil maksimal ya saat singing competition nanti, jangan peduliin ejekan dan hinaan orang lain. Dia belum tentu bisa lebih baik dari kita”, ujar Verosa. “Iya,Ver. Memangnya ada apa Ver, kog sampai ngomong begitu?”, tanyaku penasaran. “Kamu gak tau Lyn? Kelompok paduan suara kita dihujat habis-habisan, dibilang kita gak pernah aransemen lagu lah yang seharusnya wajib buat semua yang ikut paduan suara, dibilang plagiat gerakan-gerakan artis barat lah”. Aku terbengong. “Siapa yang bikin spekulasi itu?”. “Siapa lagy Lyn kalo bukan paduan suara beken, Timothy’s Angels itu?”, ujar Verosa naik pitam. “Astaga, ya sudahlah, kita tidak boleh menyerah. Anggap saja ini cobaan dari Tuhan, supaya kita tetap bisa menjalani kewajiban kita dengan penuh semangat. Ayo berlatih. Lomba tinggal menghitung hari.Abaikan saja kata-kata mereka”, ujarku menyemangati. “Oke, Little Collins, ayo semangat, kita pasti bisa juara!”, sorak Verosa. Mereka tidak menyadari, pembicaraan mereka didengar oleh Olivia. “hmmm...lihat saja nanti pada saat pelaksanaan Little Collins, kalian tidak akan mampu bertahan hingga juara. Kalian akan menangis karena tak bisa mengalahkan paduan suara bekenku hahaha”. Ternyata, Olivia sudah membuat rencana rahasia untuk menjatuhkan Little Collins di hari kompetisi.

Lama berselang, hari kompetisi pun tiba

“Hari ini adalah hari yang paling dinanti se-Ohio State University. Kita akan memulai kompetisi musim panas kali ini. Dimulai dengan singing competition, lalu dilanjutkan dengan science competition dimana ada berbagai praktik ilmu pengetahuan alam mulai dari tingkat sederhana sampai tingkat rumit yang ditampilkan, lalu dilanjut dengan cooking competition dengan tema European Foods, dan terakhir adalah Sport competition dimana ada pertandingan sepakbola, basket, bela diri, voli, baseball dan kasti. Sekarang mari para peserta singing competition untuk mengambil undian siapa yang akan tampil lebih dahulu.Silakan...”,kata Luciana sebagai MC pembuka kompetisi itu. Semua ketua paduan suara mengambil undian. Kelompok Timothy’s Angels mendapat urutan pertama, lalu disusul Little Collins, D’Grunge, Doolittle, Stars Wood, Frankers, Gala Night, Parisian, The V, Summer Light, The Ladies, The Front Men, dan The Boys  4. Penampilan pertama, Timothy’s Angels, cukup sempurna dan memukau. Mereka mengambil tema Summer Paradise sebagai tema kostum, lagu dan gaya. Mereka tampil dengan outfit berwarna cerah, lagu-lagu yang ceria dan gaya yang mencerminkan liburan asyik dan menyenangkan. Kami semua melakukan standing applause atas penampilan mereka yang begitu wow. Giliran kelompok paduan suara kami. Kami mengusung tema keep calm, dengan outfit yang didominasi warna pastel dan gaya lembut dan anggun. Saat kami mulai bernyanyi banyak penonton melempari kami dengan kertas, botol plastik,dan benda-benda lainnya sambil menghujat kami. Kami heran, kenapa bisa seperti ini. Ricuh sekali. Kami terpaksa menghentikan nyanyian kami. Kemudian, pihak penyelenggara berkata dengan lantang “Apa-apaan ini? Little Collins, kalian didiskualifikasi karena menimbulkan kekacauan saat pentas”. Aku tersentak kaget. Apakah itu benar? “Ayo, turunlah dari panggung dan kembali pada aktifitas kalian masing-masing!”, teriak pihak penyelenggara lagi. Kami semua menuruni panggung sambil berurai air mata. Kami tak menyangka, hasilnya akan seperti ini. Pupus sudah harapanku untuk mendapatkan trofi Ohio State University Open Competition ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun