'Tidak ada ciptaan yang sia-sia, melainkan manusia yang karena tidak mengerti atau sombong membuatnya tidak mampu melihat keindahan dan manfaatnya untuk kebaikan manusia sendiri'1. Kutipan tersebut tampaknya cocok disematkan pada tanaman Cannabis Sativa atau yang akrab disebut ganja.
Selama ini kita hanya mengenal ganja sebagai psikotropika karena mengandung zat tetrahidrokarbinol (THC) yang membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang berkepanjangan tanpa sebab). Namun, dibalik itu batang ganja juga dapat digunakan sebagai energi untuk inivasi berkelanjutan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor pengganti minyak bumi yang persediaannya kian lama kian menipis dan harganya semakin melonjak. Â
Jack Herer, seorang aktivis ganja dan penulis buku The Emperor Wears No Clothes mengatakan bahwa ganja dapat diubah menjadi biomassa yang dapat dikonversi menjadi metana, metanol atau bensin yang biayanya jauh lebih kecil dibandingkan biaya yang diperlukan saat ini untuk bahan bakar minyak, batu bara atau energi nuklir2.Â
Perbandingan sederhana kandungan energi yang terdapat dalam tanaman ganja menunjukkan bahwa satu ton biomassa kering senilai $40 (biaya yang wajar saat ini) sebanding dengan minyak seharga $10-$13 per barel3.
"Setiap setengah hektar lahan ganja, dapat menghasilkan 1000 galon metanol", lanjut Herer. Hal ini senada dengan Ayhan Demirbas, seorang peneliti asal Turki dalam bukunya Green Energy and Technology Biofuel : Securing the Planet's Future Energy. Melihat hal ini, penggunaan ganja sebagai bahan bakar akan mencukupi untuk kebutuhan suatu negara tanpa ada ketergantungan minyak.
Ditambah lagi, ganja merupakan tanaman yang bisa tumbuh di semua iklim termasuk di iklim kering sekalipun tanpa mengganggu lahan produktif untuk tanaman pangan dan tidak memerlukan perawatan khusus. Indonesia merupakan salah satu negara dengan iklim tropis yang subur sangat cocok sebagai lahan tanam ganja. Kualitas ganja di Indonesia khususnya wilayah perbukitan di Aceh tentunya tidak perlu diragukan lagi.
Pertanyaan yang terlontar di benak anda berikutnya adalah bagaimana teknik memanfaatkan batang ganja sebagai bahan bakar kendaraan bermotor? Teknik yang dapat kita terapkan untuk mengolah ganja untuk bahan bakar kendaran bermotor adalah teknik pirolisis.
Teknik pirolisis adalah teknik menerapkan panas tinggi untuk biomassa atau tanaman organik dan materi pohon dengan sedikit atau tidak adanya udara. Proses ini akan menghasilkan bensin, etanol, gas non-terkondensasi, asam asetat, aseton, metana dan metanol yang penting sebagai unsur bahan bakar kendaraan bermotor dengan efiensi konversi mencapai 95%-97%4.
Karena cap negatif yang sudah melekat pada tanaman ini, Indonesia pun tidak serta merta dapat mengembangkan perkebunan ganja tanpa penjagaan keamanan yang ketat. Indonesia bisa mencontoh sistem pengamanan yang diterapkan oleh Medifarm yang berbasis di Sunshine Coast, Australia baru-baru ini.
Para staf perkebunan yang akan bekerja disana harus melakukan pemeriksaan mendetail termasuk pemeriksaan latar belakang oleh Kepolisian Federal Australia.
Perkebunan pun dijaga ketat oleh kepolisian senior dan personil militer senior selama 24 jam. Tidak sembarangan orang diperbolehkan berkunjung kesini sebab akan ada pemeriksaan identitas dan harus menandatangani formulir menjaga kerahasiaan yang dilakukan sebelum menuju lokasi5.Â