“Tumben kau cepat pulang dan langsung ke kantor, Sir”, celetuk Madison ketika baru saja melihatku pulang. “Aku hanya ingin mengambil laptop dan beberapa dokumen penting untuk kukerjakan di rumahku karena aku akan mengambil libur seminggu, Madison”, jawabku singkat sambil berjalan ke ruang kerjaku. “Baiklah, Sir. Maaf kalau boleh tahu, anda ada perlu apa sampai meliburkan diri seminggu?”, tanya Madison. “Aku ingin berlibur ke pulau. Aku ingin menenangkan hati dan pikiranku”, jawabku. Madison mengangguk mengerti, tapi lagi-lagi ia tak berhenti bertanya, “Memangnya kau ada masalah apa sampai harus mengasingkan dirimu ke pulau selama seminggu?”
Aku dan Madison memang sudah sangat dekat sejak lama, kami bercerita apapun yang ada di hati kami. Semuanya. Tidak ada yang ku tutup-tutupi. Dia tahu saat aku jatuh cinta dan tergila-gila dengan Anneliese. Dia juga tahu keputusanku untuk meninggalkan rumah dan memilih tinggal di apartemen terpisah dari kedua orangtuaku yang tidak menyetujui hubunganku dengan Anneliese sejak pertama kali aku mengenalkannya pada mereka. Aku juga tahu bahwa hubungan dirinya dengan kekasihnya tidaklah berjalan mulus. Dirinya harus membesarkan anaknya seorang diri karena kekasihnya meninggalkannya ketika pertama kali mengetahui dirinya tengah berbadan dua dan sejak itu dia tidak percaya lagi akan cinta. Dia menganggap cinta itu hanyalah ilusi. Cinta hanya memberikan kenikmatan di awal, tetapi pada akhirnya ia akan menancapkan sebuah pisau.
“Hatiku baru saja tersakiti”, jawabku. “Sudah kubilang, laki-laki dan perempuan sama saja dalam hal cinta. Hanya mau menikmati saja, tanpa mau berkorban”, jelasnya lalu menarik kursi dan duduk di sebelahku. “Memang apa yang baru saja kau ketahui tentang kekasihmu itu?”, tanyanya. “Dia seorang dirty dancer sewaan orang-orang berduit”, jawabku kembali teringat ucapan Mr Randall ‘Dirinya milik umum, bukan milikmu saja’ yang sangat menyakiti hatiku. “Dan kau tahu siapa yang meenyewanya?”, tanyaku. Madison kaget dengan hal itu dan menggeleng-gelengkan kepala. “Mr Randall, manajer senior kitalah yang menyewa dirinya.
Orang yang sebelumnya sangat kuhormati dan kukagumi kinerjanya di kantor ternyata melakukan hal yang tak bisa lagi kupikirkan hanya demi memuaskan nafsu pribadinya”, jawabku tegas. “Apa kau bilang barusan? Mr Randall melakukan hal itu? Aku tidak percaya. Kau pasti bercanda”, jawabnya. “Memangnya ada tampang bercanda di wajahku? Kalau kau tidak percaya silakan saja kau datangi tempat pestanya di JJ Sullivan’s Irish Pub”, ujarku ketus. “Aku tidak menyangka Sir Randall melakukan hal itu, sebab selama ini dia terlihat seperti pria baik-baik pada umumnya”, jawab Madison. “Itu juga yang selama ini aku kira”, jawabku sambil menenggak segelas kopi yang tersaji di sebelah meja kerjaku lalu bergegas meninggalkan kantor setelah berpamitan dengan Madison.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI