Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pacarku Fashion Addicted

16 Oktober 2014   01:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rangkaian mimpi indah menghampiriku di tengah malam yang sepi dan dingin, di kala ku terlelap. Mimpi tentang pacarku, Sheila, waktu pertama kali kami memadu kasih. Rasa cinta dan kasih sayang tumbuh diantara kami berdua, cinta antara dua insan bebeda suku dan keyakinan, tenggelam dalam hangatnya perbedaan yang dapat kami lalui tanpa halangan. Aku menikmati mimpi itu, cintaku bersama Sheila sungguh indah. Sheila serupa bidadari yang jatuh dari surga, tidak hanya cantik rupanya, namun juga cantik hatinya. Sheila mengajariku memaknai kehidupan yang sesungguhnya, mengajari cinta yang sesungguhnya; cinta yang apa adanya. Aku mencintainya, tanpa sedikitpun pernah memintanya menjadi seperti yang kuingini. Namun, rangkaian mimpi itu sirna seiring mulai bangunnya sang mentari dari tidur panjangnya.

Aku meratapi percintaanku yang amat menyedihkan, tidak seperti yang terangkum dalam mimpi semalam, begitu indah. Sheila tidak lagi seperti dahulu, Sheila yang cantik,mencintaiku apa adanya, menghargaiku, namun sekarang Sheila egois, glamour dan materialistis. Ia sepertinya hanyut dalam bujuk rayu temannya yang menyukai kehidupan serba mewah. Kehidupaan percintaanku di ambang kehancuran. Aku sanksi harus mengakhiri hubungan cintaku dengan Sheila atau tetap mempertahankannya dan menyadarkan Sheila dari tingkah laku buruknya, karena aku masih mencintainya.

“Alex, siang nanti ke mall yuk, refreshing setelah seminggu berkutat dengan ujian-ujian yang memualkan”, kata Sheila kepadaku. “Shei...”, ucapanku terputus. “Kenapa sayang? Ayolah, sudah lama kita tak jalan bersama”, pinta Sheila memelas. Aku sebenarnya malas pergi dengan pacarku. Bukan karena aku tidak mau, tapi karena Sheila selalu lapar mata ketika di mall. Dia selalu mengingini membeli sesuatu, entah itu barang-barang lucu, barang sedang trend atau barang kesukaannya. Dia kadang memintaku untuk membelikan barang-barang tertentu yang dia suka. Lama-lama aku bisa kere kalau terus begini. “Sayang, jawab dong! Malah bengong”, bentak Sheila karena begitu kesal dicuekin. “Sheila, aku hari ini nggak bawa banyak duit, lagian duitnya bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berguna seperti membeli buku, atau...”. “Ah, sudah, kamu itu kebanyakan ceramah kayak ustadz tau gak. Pokoknya kamu anterin aku ke mall hari ini. Hari ini di mall deket kampus kita ada fashion show dari desainer Yefta Saputra, aku mau nonton fashion show nya dan mau meet n greet sama dia”. Humpfttt... Aku terpaksa mengalah lagi. Aku menuruti keinginannya ke mall, walau aku sebenarnya aku tidak begitu berminat. Demi satu. Demi cintaku pada Sheila yang coba kupertahankan.

Setelah kelas terakhir di hari Rabu siang itu, aku bergegas menjemput Sheila yang sudah menunggu di hall gedung kampus fakultasnya. Lalu mengajaknya masuk ke mobilku dan kubawa meluncur ke mall dekat kampus yang dia inginkan.

Begitu selesai registrasi, aku dan Sheila segera memasuki area fashion show yang sebentar lagi dimulai. Fashion Show kali ini mengusung tema zamrud di khatulistiwa, mengilustrasikan warna hijau yang sedang menjadi tren busana tahun ini, begitu kata Sheila. Sheila memang selalu update dengan tren terbaru. Dia juga tak lupa menonton fashion show desainer-desainer terkenal, bahkan dia tidak segan dan ragu membeli barang-barang yang berhubungan dengan fashion yang sedang tren atau karya terbaru desainer-desainer terkenal meski dengan harga yang relatif mahal. Jujur, aku tidak begitu tertarik dengan dunia fashion. Aku lebih tertarik pada dunia olahraga atau dunia komputer. Namun aku berusaha menikmati keseluruhan acara fashion show kali ini demi menyenangkan pacarku. Aku tidak mau membuat pacarku sedih atau emosi karena aku tidak mendukung kesukaannya. “Lex, habis ini ada acara meet n greet. Ayo ke backstage, kita bisa ketemu sama Barly Asmara, foto-foto, ngobrol-ngobrol singkat gitu”, ujar Sheila sambil menarik tanganku. Aku duduk-duduk saja di kursi-kursi yang sudah disediakan di backstage. Sedangkan Sheila, asyik berfoto ria dengan Yefta Saputra, salah satu pose dari sekian banyak foto yang dia lakukan bersama desainer kondang tersebut, membuat hatiku panas. Yefta merangkul Sheila! Dia merangkul erat pinggang Sheila, sembari Sheila menyandarkan kepalanya di dada Yefta. Sheila kelihatannya begitu menikmati pose itu dan tidak menyadari bahwa aku ada disitu, melihatnya berfoto mesra. Setelah melakukan obrolan singkat dengan desainer kondang itu, Sheila pamit meninggalkan backstage dan kembali padaku.

Aku langsung mendekati Sheila sambil berkata “Sheila, apa yang kamu lakukan dengan Yefta tadi?”. Sheila terlihat terbata-bata menjawab “eee...aku cuman sekedar foto-foto  doank kog. Kenapa memangnya?”. “Kamu tidak tahu apa dan bagaimana foto kamu begitu menyakiti hatiku? Kamu berfoto mesra dengan desainer kondang itu, Sheila, di hadapan aku! Bisa-bisanya kamu pura-pura tidak tahu!”, ujarku sambil menahan tetesan air mataku. “ehhmm... Alex...ehhmm....”. “Kamu tahu kan, aku ini pacar kamu, aku bela-belain mengikuti semua kemauan kamu, karena, aku cinta sama kamu. Aku berusaha mempertahankan hubungan ini.  Sedangkan kamu? Kamu malah bermesraan dengan orang lain! Apa sudah tidak ada lagi cinta di hati kamu untukku?”, ujarku pelan sambil menitikkan air mata. “Alex, maaf deh, tadi aku tidak bermaksud apa-apa, dan Yefta refleks merangkulku. Mungkin karena rasa sayang dia terhadap fansnya. Kamu tidak perlu cemburu begitu. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Yefta, aku sayang hanya sama kamu”, Sheila berusaha menjelaskan. Aku mengangguk. “Oke, aku percaya sama kamu, maafkan aku sudah terlalu curiga sama kamu”, kataku sambil mengecup pipi Sheila.

Hari berikutnya, aku memasuki gerbang kampus dengan menggandeng tangan Sheila dan masuk ke kelas kami masing-masing. Sheila terkejut, tiba-tiba teman sekelasnya, Gabby memberi secarik undangan. “Gab, ini undangan buat aku?”. “Iya, Shei. Aku mengundang kamu ikut dalam pesta ulangtahun aku minggu depan. Kenakan busana yang bagus ya, soalnya nanti ada party costume contest”, kata Gabby riang. “Sip Gab. Aku pasti datang kog”.

Ding Dong... Sheila membuka pagar rumahnya, dan ternyata itu pacarnya, Alex yang sengaja tidak memberitahukannya jika ia akan datang. “Pagi sayangku”. “Kamu, datang kog gak ngabarin dulu? Ya sudah, sini masuk”. “Sayang, aku mau kasih kejutan aja sama kamu, jadi aku datang kesini, gak ngabari kamu dulu, hehe”. “Iya, iya, syaang, aku minggu depan mau ada acara ulang tahun Gabby, teman aku. Aku mau tunjukin kamu nih, gaunnya bagus apa gak. Bentar ya”, Sheila berjalan ke kamar mengambil gaunnya. “ini gaunnya, sayang. Bagus gak menurut kamu?”, tanya Sheila sambil menunjukkan gaun hijau berdetil payet bunga dan jaring-jaring di lengannya itu. “Ehmm... bagus kog sayang, kalau mau, pakai aja. Kamu cantik kok pakai gaun itu”, pujiku, membuat pipi Sheila bersemu merah. “Bye the way, kamu beli dimana baju itu?”, tanyaku penasaran. “Oh, ini aku beli di butiknya Yefta, di Kemang. Ini lagi nge-trend soalnya, pasti teman-temanku  senang deh melihatku”. Aku menggangguk.

Pada hari H ulang tahun Gabby, aku mengantar pacarku ke tempat pestanya di Hotel Mulia Senayan. Aku sekedar melihat dari luar, keren sekali pestanya. Begitu mewah, aku lihat, tamu undangan juga berpakaian sangat bagus. Aku sampai merasa minder, karena hanya mengantar pacarku dengan pakaian sederhana. Ketika menjemput pacarku, pacarku bercerita, ia mendapatkan penghargaan ‘Queen of Fashion’, berkat gaunnya yang jadi tren saat ini,. Aku hanya tersenyum saja dan tidak menanggapi lebih jauh. “Sayang, aku mau ngomong bentaran aja, boleh?’, pintaku. “Boleh dong, mau ngomong apa?”. “Hmm, Shei, aku minta kamu hidup sederhana saja ya, seperti dulu”, ujarku pelan. “Memang salah ya aku bersikap seperti ini? Kamu gak suka pacar kamu fashionista?”. “ee, bukan begitu. Aku lebih suka kamu yang tampil sederhana seperti dahulu, lebih cantik,natural, tanpa berlebihan”.   Sheila merenung sejenak. Apa yang dikatakan Alex ada benarnya juga. Aku selama ini sudah terlalu berlebihan. Aku menghabiskan banyak uang untuk mendatangi fashion show, membeli busana yang sedang tren, hanya untuk meng-update penampilanku, tanpa berpikir mendalam betapa banyak waktu dan uang yang aku korbankan. Aku banyak terpengaruh Gabby, yang modis dan cantik luar biasa, dia yang memperkenalkanku pada fashion dan menjadi ‘fashion addicted’, yang ternyata tidak disukai pacarku, yang menilai aku terlalu berlebihan.  Haruskah aku berubah? Menanggalkan ‘fashion addicted’ itu? Tapi bagaimana kalu aku dijauhi oleh teman-temanku karna penampilanku terlalu ‘old style’? Aku cukup lama berpikir dan akhirnya aku memutuskan untuk menghilangkan stigma negatif yang mungkin muncul setelah perubahanku ini. Aku yakin, pacarku pasti memotivasiku untuk bertindak lebih baik, tidak hanya demi dia, tapi juga untuk hidup aku ke depannya. Aku yakin,dengan perubahan ini, aku pasti menjadi manusia yang lebih baik. Aku menyetujui kata-kata pacarku. “Iya, Lex. Ternyata, apa yang kamu bilang itu benar. Aku selama ini sudah terlalu tergila-gila sama fashion, aku terlalu egois ; memaksa kamu mengikuti semua keinginan aku dan materialistis. Dan untung kamu mengingatkan aku untuk berubah, sebelum terlambat. Aku janji akan menata hidupku lagi dengan wajah baru dan tidak akan ulangi kebiasaan itu lagi. Aku ingin menjadi gadis sederhana seperti dahulu”, Ujar Sheila dengan penuh penyesalan. “Nah, gitu dong. Kamu tetap cantik meski  tidak jadi fashion addicted lagi. Sheila yang cantik dalam kesederhanaan”. Sheila mencubit pipiku. “Makasih ya, Lex, kamu baik banget. Kamu berusaha menyadarkan aku dari sikap burukku selama ini. Kamu mengajari aku untuk tetap sederhana dan tidak berlebihan. Aku gak tau lagi harus bilang apa sama kamu. Aku sayang sama kamu”, kata Sheila. Dan hubungan pacaran kami menjadi sehat kembali. Thanks God! Kau telah banyak membantu aku dalam kesulitan mempertahankan cinta ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun