Mohon tunggu...
Maria Danurdara
Maria Danurdara Mohon Tunggu... -

The true religion is life, life with goodness and the real humanity ~ @MariaDanur\r\n

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jokowi-Ahok dan Para Tokoh Besar dalam Menghadapi Pertentangan Sebuah Keyakinan

12 Agustus 2013   21:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:23 1269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1376317664635130080

[caption id="attachment_259272" align="aligncenter" width="300" caption="doc wikimedia.org"][/caption]

Penekanan stigma terhadap kaum minoritas yang dianggap sebagai perusak eksistensi keyakinan mayoritas kini semakin tak terkendali. Adanya para pembela keberadaan minoritas yang berasal dari kaum mayoritas justru dianggap sebagai suatu bentuk kesesatan dalam memahami ajaran agama. Perbedaan pemikiran ketika mengkaji sebuah agama pasti akan melahirkan perpecahan kelompok sektarian yang berbeda-beda. Perpecahan ini memunculkan perdebatan sengit di antara para penganut setia yang tunduk kepada aturan-aturan berdasarkan pemikiran para ahli kitab. Namun bukan berarti perdebatan ini merupakan sesuatu yang sia-sia. Titik temu dari semua agama di dunia beserta sub-subnya (baca: sekte) dinilai sebagai suatu usaha menuju pencapaian puncak korelasi manusia dengan Tuhan, yaitu ketauhidan.

Seperti di dalam Kekristenan, pengikut kristus terpecah menjadi banyak sekte. Beberapa orang beranggapan terpecahnya pemikiran umat Kristen disebabkan oleh ambisi gereja Katholik terhadap tegaknya sebuah kekuasaan. Sejarah kelam umat Nasrani sebenarnya sudah banyak dikemukakan ke depan publik. Sejarah tersebut meliputi kasus penghakiman gereja Italia pada abad ke 16 terhadap ilmuwan besar Galileo Galilei akibat pandangannya yang sama dengan Nicolaus Copernicus mengenai peredaran bumi mengelilingi matahari. Pandangan Galileo dianggap sesat karena tidak sesuai dengan keyakinan gereja yang menganggap bumi sebagai pusat tata surya. Galileo pada masa itu dikucilkan hingga akhir hayatnya. Barulah pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa penghukuman itu salah, dan Galileo Galilei masuk dalam jajaran ilmuwan Gereja Katholik Roma pada tahun 2008.

Sementara itu dalam perpecahan sektarian, ada sekte yang sering dianggap telah keluar dari ajaran kristus. Seperti Adventism. Ajaran Adventism lebih dekat kepada perjanjian lama dan meyakini adanya kebangkitan al-masih yang kedua walaupun para liberalis Adventism sudah mulai meninggalkan keyakinan ini. Keyakinan hari suci seperti Sabbath pun masih berjalan karena sepuluh perintah Tuhan dalam keyakinan Adventism masih berlaku dan mutlak untuk diimani. Banyak pula ajaran-ajaran yang bertentangan dengan keputusan akidah keyakinan gereja Katholik. Ketika banyak bermunculan kaum yang merasa dirinya paling benar karena dasar teologis masing-masing, gereja justru dituding telah menentang logika karena hanya ingin mempertahankan kedudukan kuasanya di hadapan para pengikut kristus.

Begitu juga Islam yang terpecah menjadi Sunni dan Syiah akibat pertentangan hadist dan prinsip iman terhadap adanya lain kepemimpinan. Pengikut Syiah merasa bahwa Ali bin Abi Thalib adalah yang paling berhak memegang tampuk kekuasaan karena memiliki pertalian darah dengan Muhammad Saw. Namun pengikut Sunni lebih berpegang kepada Al-Qur’an dan Asunnah sehingga merasa bahwa seluruh sahabat Nabi perlu diteladani secara universal. Perbedaan ini pada akhirnya menemui suatu benturan dalam masalah fikh yang cukup prinsipal. Keberadaan Sunni sebagai mayoritas di Indonesia pada akhirnya terbentur dengan penganut Syiah yang telah menjadi minoritas. Sejatinya Syiah adalah pendatang awal persebaran Islam di bumi Nusantara. Namun karena otoritas penguasa, kenyataan ini terhapuskan dan menjadi perdebatan baru mengenai pertentangan Sunni Syiah di Indonesia. Hal ini mengingatkan kita akan pendapat tokoh sufi Islam Syekh Siti Jenar yang menilai bahwa keyakinan yang paling benar dan berhak untuk dibenarkan adalah keyakinan para pemegang kekuasaan.

Kasus kekerasan yang dialami kelompok Syiah di Indonesia sering mendapatkan pembelaan dari beberapa ulama Sunni seperti Gus Dur, Quraish Shihab, dsb. Kemudian mereka dicap sebagai ulama sesat karena tidak menekankan fatwa sesat terhadap ajaran syiah. Hal ini menyebabkan mereka berada dalam posisi arus penentang di dalam keyakinan sebagian Sunni. Menghadapi pertentangan tersebut, baik Gus Dur maupun Quraish Shihab telah menunjukkan segala kearifannya untuk mengambil keputusan yang bijak. Toleransi ditekankan dengan sangat nyata demi kerukunan antar umat beragama. Sama halnya ketika Jokowi memutuskan untuk menggandeng Ahok dalam pilgub Jakarta. Kampanye hitam ditujukan kepada Ahok yang beragama non-Muslim. Ini adalah sebuah gebrakan baru mengingat mayoritas kekuasaan selama ini dipegang oleh mereka yang mengaku beragama Islam, namun tidak dapat menghadirkan ruh agama di dalam diri mereka. Akhlak Jokowi sebagai cerminan pemimpin berkualitas dan dirindukan oleh semua kalangan telah membuka mata para pejabat yang sakit akibat dimanjakan oleh aksi penggerogotan uang Negara.

Sesugguhnya sejarah kelam kedua agama tersebut tidak harus menjadi acuan keinginan untuk memunculkan sebuah pertengkaran yang maha-dahsyat antar penganut sektarian. Sejarah kegelapan bangsa eropa di masa lalu beserta konflik di tubuh umat Islam saat ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para penganut agama untuk lebih memahami bahwa setiap agama mengajarkan kebaikan kepada umat manusia. Ketika membaca sebuah wacana kritik atas suatu agama, seringkali para pembaca merasa tersudutkan karena judul maupun paragraf kesimpulan wacana tersebut tidak sejalan dengan dasar pemikiran mereka. Padahal jika kita amati, sebuah judul yang kontroversial tidak selalu menggiring pembaca ke dalam opini miring. Kehadiran Jokowi sebagai seorang muslim yang merepresentasikan salah seorang sahabat Nabi dan Ahok sebagai sebagai sosok jujur dan tegas dalam bertindak seharusnya membuat kita semakin yakin bahwa keberagaman dan kerukunan antar umat adalah salah satu jalan menuju kehidupan yang lebih baik.

Link Rujukan Artikel di Atas

http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus

http://id.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei

http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Advent_Hari_Ketujuh

http://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar

http://forum.detik.com/daftar-50-tokoh-jil-indonesia-t42703.html

http://www.bbc.co.uk/indonesia/laporan_khusus/2012/09/120912_lapsus_syiahsampang_sejarahsyiahindonesia.shtml

http://ahok.org/berita/news/jokowi-sara-dan-black-campaign-tidak-mendidik/

-Maria Danurdara 12/8-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun