Selain itu, jika ditilik dari sosok sang ayah dari segi penggambaran tokohnya yang bekerja sebagai petinju bisa dikatakan bahwa laki-laki dari sisi maskulin adalah sosok yang kuat, perkasa, mampu melindungi, dan sebagainya.
Tetapi, saya memandang lebih dari itu. 27 Steps of May berusaha menumpas sekat antara sosok laki-laki dan perempuan. Mengingat bahwa korban bisa jatuh tidak memandang dari segi apapun.Â
Selain itu, bahwa laki-laki juga bisa memiliki hati yang lembut, merasakan sendu yang mendalam terlihat dengan jelas bagaimana kegeraman seorang ayah yang gagal melindungi puterinya.
27 Steps of May juga menampilkan bahwa tidak hanya seorang perempuan yang harus bisa memasak, laki-laki juga. Terlihat bagaimana ayah May merawat anaknya yang bungkam dirisak tangis batin yang mendalam. Anak dan bapak hidup saling melengkapi di situ, tidak ada pengkategorian peran, semuanya bisa dilakukan secara bersama-sama. Seperti ketika membuat boneka, dan sebagainya.
Film ini sebagai rujukan mawas diri akan pentingnya proteksi diri dan gebrakan aksi kepedulian sosial untuk berbagai lapisan masyarakat dalam mengurangi kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan yang silih berganti berdatangan setiap hari tanpa kita sadari.
Selain itu, film ini untuk mengetuk terbukanya pintu hati kita agar tidak menyudutkan penyintas pelecehan seksual dan pemerkosaan. Kita perlu melihat dengan berbagai pertimbangan kondisi psikologis penyintas. Bagaimana kehidupan datar si penyintas pasca insiden tersebut terjadi. Bahkan mungkin akan lebih baik, kita merangkulnya.
Tidak usah pandang bulu, asahlah kepekaan kita untuk menolongnya, setidaknya 27 Steps of May mampu berusaha mengajak kita untuk merasakan kondisi depresi dan trauma seseorang. Memahami menurut saya merupakan kunci penting untuk mampu membuka diri dan menyediakan rumah aman bagi para penyintas.
Saya merasa mendapatkan nilai kehidupan yang baru, ketika mengenal Ling Feng, Yu Temu, May, dan diri saya sendiri. Sejatinya kita harus memerangi hal-hal buruk yang bertentangan dengan diri kita. Sebab, itu merupakan suatu langkah untuk menerangi indahnya hidup kita di masa depan.
Salam.
Daftar Pustaka
Ayun, P. Q. (2015). Sensualitas dan Tubuh Perempuan dalam Film-film Horor di Indonesia (Kajian Ekonomi Politik Media). Jurnal Simbolika, 16-23.