Film Indonesia sekarang tidak lagi melulu soal kehidupan percintaan saja. Keluarga Cemara (2019) dan NKCTHI (2020) jadi salah satu terobosan baru yang bisa relate dengan kehidupan para penonton di rumah.
Permasalahan Isu Komunikasi
Film Keluarga Cemara (2019) dan NKCTHI (2020) memiliki kisah yang berlatar belakang sama yaitu mengenai sebuah keluarga. Keluarga Cemara (2019) menghadirkan permasalahan dimana kemiskinan menjadi suatu hal yang menyulitkan kehidupan berumah tangga.Â
Sementara untuk NKCTHI (2020) Konflik yang terjadi dalam keluarga Narendra ini berawal dari stereotip dari Ayah kepada anak-anaknya dimana Angkasa sebagai anak pertama yang harus selalu melindungi adiknya. Aurora sang anak tengah yang diberi kesan cuek atau acuh terhadap masalah di keluarga. Awan sebagai anak bungsu yang dianggap anak manja, belum bisa mandiri seperti kakak-kakaknya.Â
Permasalahan Film Sebagai Komunikasi Massa
 Yandy Laurens selaku sutradara dari film Keluarga Cemara ini memang menyukai isu-isu keluarga dan sebuah hubungan. Ia senang memulai sebuah cerita-cerita yang memang berhubungan langsung dengan masyarakat. Cerita-cerita tersebut yang kemudian diolah berdasarkan perspektifnya sendiri.
Sementara NKCTHI, memberikan kesan yang "related" di hati para penonton karena "keluarga" dan segala macam lika liku permasalahan di dalamnya. Sang sutradara, Angga Dwimas Sasongko dan tim mengangkat cerita tentang keluarga juga berdasarkan cerita-cerita dari banyak orang yang dirangkum melalui media sosial NKCTHI.Â
Menilik "Keluarga Cemara" & "NKCTHI" dari Teori Psikoanalisis
Menurut Syawal dan Halealudin (2018, h. 2) teori Psikoanalisis dapat dipahami sebagai teori yang berhubungan dengan kepribadian seseorang. Psikoanalisis melihat sebuah motivasi, berbagai emosi yang muncul dalam diri setiap individu. Teori ini melihat bahwa kepribadian seseorang akan terlihat ketika dia bertemu dengan berbagai konflik dalam hidupnya.
Menurut Freud (dalam Hall, 2019, h.38 ) kepribadian dibagi menjadi 3 yaitu