Mohon tunggu...
Maria Angela Filiastriana
Maria Angela Filiastriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Psikologi di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konten Pendek Berdampak Panjang: Pengaruh Aplikasi TikTok Terhadap Kondisi Short Attention Span di Generasi Muda

7 Januari 2025   07:05 Diperbarui: 7 Januari 2025   07:04 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Era digital telah membawa perubahan yang signifikan ke dalam kehidupan manusia. Teknologi dan internet menjadi suatu hal yang kini tidak terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. Kemajuan zaman dan efek pandemi tentu turut berperan aktif dalam menambah maraknya pembuatan teknologi-teknologi baru yang dibuat untuk membantu dalam menanggulangi dampak pandemi covid-19 yakni fase lockdown yang dialami oleh masyarakat dari seluruh belahan dunia. Dalam dunia digital nampaknya semua orang berlomba-lomba untuk membuat aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan untuk saling menghubungkan antar manusia menggunakan sistem dalam jaringan, selain itu marak pula aplikasi-aplikasi yang tercipta dengan tujuan memberikan hiburan untuk mengisi waktu luang berlebih yang kita semua miliki selama berdiam di rumah.

Salah satu aplikasi hiburan yang kemudian muncul dan marak digunakan adalah aplikasi TikTok. Aplikasi TikTok merupakan suatu aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah video konten pendek dan berinteraksi dengan pengguna lainnya. Aplikasi TikTok kemudian ramai digunakan oleh generasi muda sebagai sarana untuk mengekspresikan diri dan memenuhi kebutuhan interaksi sosial yang hilang pada saat pandemi. Konten yang ada di aplikasi TikTok juga sangat beragam, dibantu dengan sistem algoritma yang canggih membuat banyak orang terpikat. Hal tersebut dikarenakan algoritma ini menampilkan konten-konten yang sesuai dengan minat pengguna. Konten yang sangat beragam sepertinya membuat hampir mustahil untuk tidak menemukan setidaknya satu konten yang menarik dan sesuai dengan minat anda. Namun, muncul perbincangan di kalangan masyarakat tentang dampak negatif yang dibawa oleh TikTok terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah permasalahan fokus di masyarakat, terutama generasi muda yang tampaknya banyak memiliki rentang perhatian yang pendek.

Rentang perhatian yang pendek atau short attention span adalah kondisi dimana seseorang memiliki kesulitan untuk fokus dan sangat mudah terganggu ketika melakukan suatu hal tertentu dalam jangka waktu yang lama. Istilah short attention span sendiri muncul pertama kali pada studi psikologi dan pendidikan di pertengahan abad ke-20. Para psikolog pada waktu itu menemukan permasalahan ini pada beberapa individu terutama anak-anak. Penelitian pada anak-anak tersebut kemudian mengarah pada pengembangan konsep gangguan perhatian, seperti Attention Deficit Disorder (ADD) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Namun, apakah itu berarti penggunaan TikTok membuat munculnya gangguan mental seperti ADD atau ADHD? Short attention span yang kini dialami oleh banyak orang memang merupakan suatu hal yang serupa dengan gejala gangguan mental tersebut. Namun, ADD dan ADHD sendiri merupakan suatu gangguan mental akibat masalah perkembangan saraf yang terjadi sejak masa kanak-kanak. 

Berdasarkan analisis dan penelitian, salah satu penyebab short attention span yang menjadi fokus utama adalah pengaruh teknologi. Hal tersebut terjadi karena kemajuan era digital yang membuat aliran informasi menjadi jauh lebih cepat dan lebih mudah diakses dibandingkan sebelumnya. Banyak individu yang kemudian menjadi terbiasa akan gangguan yang konstan dari informasi-informasi instan, notifikasi yang terus muncul, dan kebiasaan untuk multitasking. Keberadaan aplikasi TikTok secara spesifik juga turut mengambil bagian dalam permasalahan ini karena konten yang diunggah di TikTok adalah konten yang dikemas bentuk video pendek berdurasi 15 detik hingga 3 menit. Padahal, penggunanya cenderung menghabiskan waktu yang lama menggunakan aplikasi itu. Sehingga, dalam kurung waktu 5 menit saja mungkin mereka telah menyaksikan 10-15 video dengan topik yang berbeda-beda. Hal ini membuat otak penggunanya terbiasa akan pergantian topik dengan cepat, sehingga kemudian menjadi sulit untuk berfokus pada satu hal saja. Jadi, penggunaan TikTok berlebih memang bisa menjadi alasan di balik permasalahan short attention span yang banyak dialami oleh generasi muda.

Kondisi short attention span sendiri akan sangat merugikan individu yang memilikinya. Selain butuh waktu dan usaha untuk mengatasinya, hal ini juga karena short attention span dapat mengurangi produktivitas, menghambat proses belajar, meningkatkan stres, mengganggu kesehatan, komunikasi, dan hubungan interpersonal. Untuk mengatasi short attention span terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan. Hal tersebut adalah dengan melakukan kegiatan yang memerlukan fokus lebih lama, seperti membaca buku, bermain puzzle, menyusun Lego, membuat kerajinan atau karya seni. Selain itu pembatasan akses ke platform seperti TikTok, Instagram, Youtube, atau media sosial lain juga dibutuhkan untuk membentuk lingkungan dan kondisi belajar yang kondusif.

Dengan demikian, era digital memang telah membawa perubahan besar dalam cara manusia mengonsumsi informasi dan juga memunculkan tantangan seperti short attention span, di mana kemampuan untuk fokus jangka panjang menurun. Platform digital dengan konten cepat dan instan membuat otak terbiasa pada rangsangan singkat, sehingga sulit mempertahankan konsentrasi pada tugas yang memerlukan perhatian dalam jangka waktu panjang dan mendalam. Dampaknya mencakup penurunan produktivitas, menghambat proses belajar, meningkatkan stres, dan sebagainya. Oleh sebab itu untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan manajemen penggunaan teknologi yang bijak, pembatasan waktu layar, dan keseimbangan antara aktivitas digital dan non-digital agar teknologi tetap menjadi alat yang mendukung, bukan menghambat perkembangan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun