Mohon tunggu...
Maria Anastasia Audrey
Maria Anastasia Audrey Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Reguler Kesehatan Masyarakat FKM UI

Mahasiswa S1 Reguler Kesehatan Masyarakat FKM UI

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Stres Saat Pandemi Akibatkan Makan Berlebihan, Kenali Bahayanya!

21 Desember 2021   16:10 Diperbarui: 21 Desember 2021   16:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Maria Anastasia Audrey dan Safira Diva Aranis, FKM UI

COVID-19 membuat kita lebih banyak beraktivitas di rumah, baik sekolah maupun bekerja. Beban dari berbagai tugas dan kewajiban yang ditambah keharusan untuk beradaptasi di masa pandemi menimbulkan stres. Pernahkah kalian merasa ingin sekali makan atau ngemil saat merasa stres? Perasaan ingin makan saat stres ternyata banyak dirasakan orang, lho! Salah satu cara seseorang untuk mengatasi stres yang dialaminya adalah dengan menjadikan makanan sebagai pelampiasan. Bila terus berlanjut, kebiasaan makan yang buruk ini dapat menimbulkan emotional eating. Emotional eating sendiri dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes.

Pengertian dan Dampak Emotional Eating

Emotional eating adalah kondisi ketika seseorang makan berlebihan saat merasakan emosi negatif seperti stres, sedih, cemas, rasa tidak berharga, dan ketidakpastian. Di masa pandemi COVID-19, remaja dan dewasa muda di seluruh dunia sangat rentan mengalami hal tersebut. Emotional eating dapat memicu Binge Eating Disorder dan penambahan berat badan yang berlebihan. Selain itu, emotional eating dapat diperparah oleh jam tidur yang pendek maupun kualitas tidur yang rendah. Aktivitas fisik yang berkurang selama pandemi juga memperburuk kondisi pertambahan berat badan yang berlebih. 

Mekanisme Emotional Eating serta Dampak Konsumsi Makanan Tinggi Gula dan Lemak

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alafif tahun 2021 pada mahasiswa di Universitas King Saud, Riyadh menjelaskan bahwa terdapat mahasiswa yang mengonsumsi lebih banyak makanan yang disebabkan oleh kecemasan dan depresi. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Zeigler Zachary dari Universitas Grand Canyon, Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka yang melakukan karantina makan lebih banyak karena stres.

Stres dapat menurunkan hormon penekan nafsu makan serta meningkatkan hormon pemicu nafsu makan sehingga membuat seseorang makan terus-menerus walaupun sebenarnya tidak lapar. Perubahan hormon ini selanjutnya dapat menyebabkan munculnya penyesalan atau perasaan bersalah setelah makan berlebihan. Makanan yang dikonsumsi pada orang dengan emotional eating biasanya merupakan  “comfort food” atau makanan yang menenangkan dengan kandungan lemak dan gula yang tinggi. Hal ini selanjutnya dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang dapat berujung pada obesitas. Obesitas sendiri meningkatkan risiko terjadinya diabetes melitus dan hipertensi. Pada penderita hipertensi terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah yang mengakibatkan tubuh memerlukan tekanan yang lebih besar untuk mengalirkan darah. Akhirnya, kerja jantung menjadi lebih berat dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. 

Rekomendasi untuk Mencegah Emotional Eating

Setelah mengenal bahaya dari emotional eating, maka kita perlu menghindari hal ini. Emotional eating dapat dihindari dengan beberapa cara, yaitu:

  • Kontrol stres dengan teknik manajemen stres seperti yoga atau meditasi
  • Melakukan pengecekan apakah kita benar-benar lapar atau tidak dengan mengingat kapan kita makan dan apakah kita merasa keroncongan. 
  • Mintalah dukungan dari keluarga atau orang sekitar untuk berhenti dari emotional eating
  • Alihkan perhatian dari makanan dengan cara berjalan-jalan, mendengarkan musik, menonton film, atau membaca
  • Membatasi penyimpanan "comfort food" dan perbanyak makanan sehat di rumah
  • Berolahraga secara teratur dapat mengatur berat badan serta dapat mengurangi stres maupun emosi negatif lainnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun