Bila dikaitkan satu persatu kata yang terdapat pada Filosofi Ki Hajar Dewantara maka akan kita temukan koneksi antar materi sebagai berikut:
Kata mengelola dapat ditemukan dalam modul 3.1 yaitu tentang pengelolaan sumber daya dengan proses pengambilan keputusan. Dalam mengelola sumber daya seorang pemimpin pembelajaran harus mampu berkolaborasi dengan semua pihak agar mampu menemukan sumberdaya yang dimiliki sekolah dan mengelolanya untuk kepentingan murid.Â
Kata kekuatan dan potensi merupakan pengejawantahan dari modul 3.2, bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset biotik maupun abiotik .Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah.Â
Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Seorang pemimpin pembelajaran seyogyanya mampu menggunakan pikiran positif dalam mengembangkan potensi dan kekuatan yang ada.
Kata melalui tuntunan merupakan wujud keterkaitan pengelolaan sumber daya dengan materi coaching untuk supervisi akademik yang dibahas pada modul 2.3 , dimana seorang pemimpin pembelajaran harus mampu menyelesaikan masalah dengan menggali potensi murid melalui tuntunan dari guru.
Kata Murid adalah hal yang dituju dalam proses pendidikan dan dibahas di awal Pendidikan Guru Penggerak yaitu pada Modul 1.1. Disini guru diingatkan kembali pada  filosofi Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Kata bertumbuh merupakan wujud dari adanya visi yang akan dituju. Dimana visi seorang guru haruslah mengarah pada pembentukan karakter murid seperti yang tergambar dalam Profile Pelajar Pancasila. Ini merupakan wujud keterkaitan dengan modul visi guru penggerak pada modul 1.3
 Bahagia merupakan wujud emosi manusia. Seseorang yang belajar dengan hati Bahagia maka akan dapat mengambil makna positif dari pembelajaranya. Dan hal ini dapat dipelajari dalam modul pembelajaran social emosional pada modul 2.2
Kata manusia dalam pernyataan diatas diartikan sosok guru yang memiliki nilai dan peran yang penting dalam proses pembelajaran. Nilai dan peran guru memiliki pengaruh yang besar dalam proses pengelolaan sumber daya sekolah. Dengan nilai dan perannya sosok guru dapat mengoptimalkan pengelolaan sumber daya sekolah. Hal ini dipelajari dalam modul 1.2
Sesuai dengan kodratnya menunjukkan bahwa setiap anak memiliki keunikan. Sehinngga guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan murid sesuai dengan keunikan mereka. Untuk bisa memahami hal tersebut maka pada modul 2.1 diberikan materi tentang pembelajaran berdeferensiasi.
Sedangkan kata anggota masyarakat merupakan pengimplementasian dari program-program yang berdampak positif kepada murid. Disini dapat diartikan bagaimana sekolah dapat menyiapkan program yang dapat mengantar peserta didik agar dapat "survive" dalam berinteraksi di masyarakat, diterima dan bahkan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini dijabarkan dalam modul 3.3