Ini himbauan bagi insan yang memiliki peluang mencari kebebasan tapi sungkan meminta kebenaran. Adapun situasi yang sudah dihadapai terlalu berat dipikul atau tidak ringan dimintai pertolongan? Kita hidup dimana kesulitan bukan lagi beban, kemudahan tidak lagi milik si empunya keberuntungan dan kemunafikan tidak lagi dan tidak bukan senantiasa melipir dihadapan. Apa yang kita punya sehingga mereka mampu berkata bahwa hidup ini dilandasi dua persen sukacita satu setengah mili dukacita dan sisanya tergantung dunia. Ukuran apa yang mampu menafsirkan kesungguhan hati manusia dalam memperoleh kesabaran dan kesempurnaan. Ya memang, aku tidak peduli bagaimana mahluk berlari dan menepi hanya saja aku tahu tak ada yang harus dipercaya dari situasi yang diatur oleh si pencipta kondisi.
      Lalu bagaimana kriteria penulisan yang apik? Apakah harus mampu dimengerti bagai bayi baru belajar menapaki bumi? Tidak kan? Secara tersirat semua kamu analisa menurut kemampuan kamu dan seisi pendapatmu. Siapa yang butuh argument singkat dan tak beralasan, bukankah hanya sebagai pemanis di alas tak berudara? Kamu mengerti bagaimana hidup menyimpang dari rencana lalu kamu kecewa dan hanya berkata "ya sudah mau bagaimana lagi" Pikiran ini tidak luput dari semua yang salah dan mempertimbangkan yang benar. Hanya untuk menilai dimana semua itu akan berakhir di suatu penghakiman. Tidak dia, tidak mereka, tidak kamu hanya diri sendiri yang mempersiapkan pertanggungjawaban.
      Sapaan untuk kamu yang baru terjun ke dunia baru mu. Alinea-alinea ini sebagai perwakilan bahwa penulis baik-baik saja hanya butuh beberapa kata untuk ungkapan kalau semesta masih dipihaknya. Meskipun jika pada kenyataannya dia butuh asupan energi dari ilmu pengetahuan hanya tulisan acak yang menjadi benteng pertahanan dari kebosanan. Aku tau kalau semua yang hidup tidak dikategorikan sebagai yang mati begitupun sebaliknya. Artinya, tidak ada lagi kebohongan demi kebaikan artinya kamu berhenti dari pergerakanmu yang dirancang tanpa alasan. Siapakah manusia sempurna yang mampu berkata dia baik-baik saja, bukankah untuk membuktikan bahwa dia tidak perlu uluran tangan mu yang hampa?
      Untuk frasa yang kesekian melatih hati tanpa rintangan. Kamu hidup terus terang untuk siapa dan bagaimana? Atau hanya untuk menghargai usaha sang pencipta? Dimana bumi ini mengacu pada satelit atau kamu tidak paham bagaimana hidup di era elit. Tamparan rindu bagai air menetes pada batu lambat laun menimbulkan luka yang tak bisa tertutup dimakan waktu. Jika boleh salah satu prajurit mundur tanpa mandat raja bolehkah aku melakukan demikian. Namun demikian aku hidup bukan untuk diperintahkan melainkan berkarya sesuai pikiran dan menyerahkan essay milik semesta. Â
Picture is taken from Pinterest https://id.pinterest.com/pin/1759287345737818/Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H