Stunting, sebuah masalah yang serius dan meresahkan dalam kesehatan masyarakat global, masih menjadi ancaman yang berkepanjangan di Indonesia dan dapat mengancam masa depan bangsa. Stunting merujuk pada kondisi gagal pertumbuhan anak-anak dalam segi fisik dan kognitif sebagai akibat dari kekurangan gizi yang kronis (malnutrisi) selama periode pertumbuhan awal mereka.Â
Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan anak terhambat sehingga mereka memiliki tinggi badan lebih pendek dari standar usianya.Tidak hanya itu seoarang anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam belajar,keterbelakangan mental,dan yang lebih berbahaya adalah timbulnya beberapa penyakit kronis. Di Indonesia, masalah stunting menjadi perhatian serius karena berdampak pada kesejahteraan anak-anak dan masa depan mereka. Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan  yang signifikan dalam beberapa bidang pembangunan namun, angka stunting yang tinggi tetap menjadi tantangan yang menuntut perhatian serius.
       Menurut data dari Survei Kesehatan Nasional (SKRT) terbaru, lebih dari 30% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami stunting. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat stunting tertinggi di Asia Tenggara.Namun pada tahun 2021-2022 angka stunting di Indonesia mengalami penurunan. Angka stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022 ini adalah perkembangan positif,tetapi masih memerlukan upaya lebih lanjut.Begitu juga dengan tahun berikutnya pada tahun 2023 angka stunting di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 3,8%,sehingga  menjadi 17,8%.Harapannya pada tahun berikutnya, tahun 2024 angka stunting dapat turun lagi menjadi 14%,ini merupakan target yang harus dicapai dari tahun ke  tahun dimana angka stunting di Indonesia menurun tidak tetap atau bahkan meningkat.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik melalui dua cara utama yaitu intervensi pada ibu sebelum dan saat hamil dan intervensi pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun .Selain itu kementerian agama juga mengeluarkan kebijakan untuk 3 bulan sebelum menikah, calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu , apabila di deteksi menderita anemia dan kurang gizi maka calon pengantin dihimbau menunda kehamilan dulu demi kesehatan ibu dan bayi sampai gizi tercukupi. Jika stunting dialami setelah anak dilahirkan maka edukasi dan pemenuhan gizi seimbang pada anak sangat diperlukan. Tidak hanya itu dengan adanya program makan gratis oleh presiden tahun ini maka diharapkan kebutuhan gizi,dan pangan anak anak di seluruh provinsi Indonesia dapat terpehuni terlebih angka stunting di beberapa provinsi yang masih terbilang cukup tinggi seperti di NTT,Sumatera Barat,Papua,Aceh,NTB dan provinsi lainnya bisa mengalami penurunan.
    Â
Dwan Vilcins, peneliti dari Child Health Research Centre, The University of Queensland, Australia, dalam laporannya di Annals Global Health pada 2018 menjelaskan bahwa, masalah lingkungan seperti sanitasi yang buruk dan pencemaran lingkungan juga merupakan faktor penting dalam risiko stunting. Infeksi yang sering terjadi atau kronis dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan mengurangi asupan makanan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan stunting. Selain itu, polusi udara dan zat kimia berbahaya seperti logam berat dapat berdampak langsung pada pertumbuhan anak dan kesehatan ibu hamil.
    Â
Lebih jauh lagi, stunting juga terkait erat dengan kondisi kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia menurut data terkini menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 adalah sekitar 25,9 juta orang (kompas.id, 15 Januari 2024). Di Indonesia, kasus stunting banyak ditemukan di daerah dengan kemiskinan tinggi dan tingkat pendidikan yang rendah. (https://www.djkn.kemenkeu.go.id, 12 September 2022).
    Â
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan status sosial ekonomi rendah atau miskin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting . Hal ini terkait dengan akses terbatas terhadap sumber daya, termasuk akses terhadap makanan bergizi dan layanan kesehatan yang memadai. Kemiskinan juga dapat memperburuk kondisi lingkungan tempat anak dibesarkan, seperti sanitasi yang buruk dan pencemaran lingkungan. Dengan demikian, pemerintah diharapkan dapat mencegah masalah stunting agar tidak menjadi masalah yang genting di masa depan. Diperlukan pendekatan yang holistik dan terintegrasi.Â
Upaya pencegahan dan penanggulangan stunting tidak hanya mencakup aspek gizi dan kesehatan, tetapi juga melibatkan perbaikan lingkungan dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan sumber daya. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai intervensi kebijakan, program dan anggaran untuk mengurangi prevalensi stunting, seperti intervensi gizi pada ibu hamil dan anak usia 6 sampai 2 tahun. Namun, upaya ini harus terus ditingkatkan dan didukung dengan kebijakan yang komprehensif dan implementasi yang efektif. Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik dan lingkungan yang sehat dalam mencegah stunting. Pendidikan dan advokasi juga dapat memainkan peran penting dalam mengubah perilaku dan kebiasaan yang dapat mengurangi risiko stunting.
    Â
Perlunya upaya bersama antar sektor dan pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah stunting. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, dan masyarakat sipil dapat memperkuat upaya penanggulangan stunting melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Yang terpenting adalah dalam menghadapi kompleksitas masalah stunting, tidak ada solusi instan atau pendekatan yang dapat diterapkan secara teknis prosedural. Namun, satu hal yang menjadi kunci dalam upaya mengatasi stunting adalah dengan penanggulangan kemiskinan.
   Â
Dengan demikian, mengatasi stunting tidak hanya melibatkan upaya untuk memperbaiki asupan gizi anak dan ibu hamil, tetapi juga memerlukan pendekatan yang menyeluruh dalam memerangi kemiskinan. Hal ini karena kemiskinan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kesehatan dan nutrisi keluarga, yang pada gilirannya dapat memengaruhi pertumbuhan anak sebagai generasi Indonesia mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H