Mohon tunggu...
Maria Agnes Indah Puspitowaty
Maria Agnes Indah Puspitowaty Mohon Tunggu... Sekretaris - Ex-Sekretaris Gereja Katolik di Yogyakarta

"Aku adalah aku. Aku bukan Dia. Tapi aku mau seperti Dia"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pahlawanku Nanggala-402

27 April 2021   08:00 Diperbarui: 27 April 2021   08:09 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tercium aroma khas parfummu
Keringat bibirmu pun masih membekas di dahiku
Tanganmu nan kokoh memelukku erat
Seolah kau ingin berbisik 'selamat tinggal sayang'

Langkah sepatumu terasa berat kaulangkahkan
Pintu pagar kaupegang enggan membuka
Sorot matamu begitu tajam menghujam relung hatiku
Tampak setitik sinar bergulir menetes di pipimu

Kupandangi sosokmu menjauh semakin tak tampak
Namun harum wangimu masih melekat
Memenuhi gubuk putih peraduan kita
Kenapa hatiku tiba-tiba serasa berdebar

Waktu berjalan melambat
Gelas kaca jatuh berderai
Pertanda apakah gerangan
Tak terasa air bening bergulir menetes

Berita itu bagai petir di siang yang cerah
Ke mana engkau kasih hatiku
Mengapa hanya namamu yang kutemui
Tidakkah kau pulang hari ini

Ragamu tertidur di samudera luas
Inikah arti pelukanmu semalam
Kuikhlaskan engkau pergi pahlawanku
Hatiku menangis bersamamu Indonesiaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun