Masih tercium aroma khas parfummu
Keringat bibirmu pun masih membekas di dahiku
Tanganmu nan kokoh memelukku erat
Seolah kau ingin berbisik 'selamat tinggal sayang'
Langkah sepatumu terasa berat kaulangkahkan
Pintu pagar kaupegang enggan membuka
Sorot matamu begitu tajam menghujam relung hatiku
Tampak setitik sinar bergulir menetes di pipimu
Kupandangi sosokmu menjauh semakin tak tampak
Namun harum wangimu masih melekat
Memenuhi gubuk putih peraduan kita
Kenapa hatiku tiba-tiba serasa berdebar
Waktu berjalan melambat
Gelas kaca jatuh berderai
Pertanda apakah gerangan
Tak terasa air bening bergulir menetes
Berita itu bagai petir di siang yang cerah
Ke mana engkau kasih hatiku
Mengapa hanya namamu yang kutemui
Tidakkah kau pulang hari ini
Ragamu tertidur di samudera luas
Inikah arti pelukanmu semalam
Kuikhlaskan engkau pergi pahlawanku
Hatiku menangis bersamamu Indonesiaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H