Mohon tunggu...
Humaniora

Tulang Tidak Berfungsi, Apakah Akan Hilang?

19 Oktober 2017   18:00 Diperbarui: 19 Oktober 2017   18:02 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Regenerasi adalah proses di mana sel-sel tubuh yang rusak digantikan dengan sel-sel tubuh yang baru. Setiap hari, ada sekitar 432 milyar sel dalam tubuh manusia, mati dan berganti dengan sel baru. Angka ini memang hanya perkiraan secara ilmiah, tapi juga tidak ada yang bisa tahu pasti jumlah tepatnya karena ukuran sel sangat kecil dan berjumlah sangat banyak, yaitu sekitar 60 sampai 100 triliun. 

Sel-sel yang ada dalam sistem pencernaan manusia beregenerasi setiap lima menit. Liver beregenerasi setiap lima bulan dan mampu memperbaiki 25 persen kerusakan sel yang dialaminya, untuk sel kulit berganti setiap empat minggu, dan jantung setiap enam sampai sembilan bulan. Bahkan, penelitian terbaru menyebutkan ada bagian otak yang sel-selnya juga beregenerasi. Kualitas sel baru yang menggantikan sel yang sudah rusak bergantung pada pola makan manusia. Semakin bergizi makanan yang dikonsumsi, maka akan semakin baik pula kualitas sel baru yang menggantikan sel yang sudah rusak, begitu juga sebaliknya.

Walaupun di dalam tubuh kita terdapat banyak sekali sel yang jumlahnya mencapai puluhan triliun, apakah menurut Anda semua sel tersebut bekerja? Tidak semua sel, jaringan, atau organ yang ada pada tubuh kita bekerja. Ada beberapa dari mereka yang tidak memiliki fungsi, yang disebut dengan organ vestigial. Vestigialitas adalah suatu karakter pada organ organisme yang tampaknya telah kehilangan seluruh ataupun kebanyakan fungsi awal organ tersebut melalui proses evolusi. 

Vestigialitas dapat terjadi pada struktur anatomi organisme, perilaku organisme, maupun lintasan biokimia organisme. Vestigialitas merupakan struktur atau organ makhluk hidup yang fungsi awalnya menjadi hilang atau berkurang sejalan dengan evolusi. Mereka adalah sisa-sisa warisan evolusi kita. Beberapa karakter vestigial ini akan menghilang pada awal perkembangan embrio, namun ada pula yang terus ada sampai dengan dewasa. Struktur vestigial sering disebut sebagai organ sisa walaupun tidak semuanya benar-benar organ. Oxford English Dictionary (OED) mendefinisikan organ sisa sebagai organ atau struktur yang tersisa atau masih bertahan dalam kondisi atau bentuk yang merosot, atrofik, atau tidak sempurna. 

Ini adalah definisi biologis yang diterima yang digunakan dalam teori evolusi. Dalam pencarian kebenaran ilmiah yang tidak pernah berakhir, banyak hipotesis diajukan, bukti ditemukan, dan teori-teori dirumuskan untuk menggambarkan dan menjelaskan apa yang sedang diamati di dunia sekitar kita. 

Bukti kuat dan langsung untuk keturunan biasa berasal dari struktur vestigial. Bagian tubuh rudimenter, yang lebih kecil dan sederhana dalam struktur daripada bagian yang sesuai pada spesies leluhur, disebut organ sisa. Mereka biasanya merosot atau terbelakang. Keberadaan organ sisa dapat dijelaskan dalam hal perubahan lingkungan atau mode kehidupan spesies. Organ-organ tersebut biasanya berfungsi pada spesies leluhur namun sekarang tidak berfungsi pada kita.

Banyak organ tubuh kita yang melakukan proses regenerasi pada waktu tertentu. Sebagai contohnya adalah lambung, limfe, jantung, hati, paru-paru, ginjal, dan usus besar. Organ tersebut adalah organ yang tergolong sangat penting bagi tubuh manusia karena mereka adalah penggerak metabolisme tubuh manusia. Organ-organ tersebut beregenerasi secara teratur karena dibutuhkan dan dianggap penting oleh tubuh. Jika organ-organ tersebut tidak melakukan regenerasi, tubuh manusia tidak akan bekerja dengan baik. 

Sel-sel pada manusia secara alami meninggal pada tingkat miliaran per hari karena baik nekrosis, kematian sel akibat kerusakan atau cedera, atau melalui apoptosis. Apoptosis adalah suatu bentuk kematian sel terprogram yang memungkinkan sel menjadi fragmen atau mati sebagai bagian dari proses biokimia yang normal yang terlibat dalam pengembangan, pertumbuhan, dan penuaan. Tanpa beberapa bentuk regenerasi sel, nekrosis dan apoptosis pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran seluruh organ dan daerah jaringan. Sebaliknya, proses regenerasi pada tubuh menumbuhkan sel-sel baru untuk menggantikan sel lain yang sudah tak bisa berfungsi lagi dengan baik.

Tak hanya organ-organ tersebut saja, tetapi tulang juga melakukan regenerasi. Jika dilihat sekilas tanpa dipahami, orang pasti berpikir bahwa tulang tidak hidup. Pada kenyataannya, tulang itu hidup karena tulang melakukan kegiatan metabolisme dengan regenerasi. Pada tulang, ada sekumpulan sel yang selalu membuat sel baru, disebut osteoblas. Osteoblas berasal dari sel osteoprogenator terletak di periosteum dan di sumsum tulang. Osteoblas memiliki kemampuan untuk mensintesis matriks kolagen, di mana proses mineralisasi berlangsung. Selain itu, sel-sel osteoblas ini penting untuk pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan tulang. 

Pada tulang, hanya osteoblas memiliki hormon (PTH) reseptor paratiroid. Ketika osteoblas diaktifkan oleh PTH, osteoblas melepaskan sitokin yang secara langsung dan tidak langsung merangsang osteoklas, yang pada akhirnya meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas. Pada tulang juga ada osteoklas yang berfungsi untuk menghancurkan tulang. Fungsi utama dari osteoklas adalah reabsorpsi dan degradasi tulang, maka osteoklas membantu untuk merombak tulang ketika menghancurkan sel-sel tulang dan menyerap kalsium. Selain itu, osteoklas membantu untuk menjaga konsentrasi kalsium darah pada tingkat yang optimal. Dalam proses pembentukan tulang, tindakan osteoklas dimediasi oleh osteoblas melalui sitokin.

Tetapi, di dalam tubuh manusia, tak semua tulang memiliki fungsi untuk tubuh. Sebagai contohnya adalah tulang ekor (Coccyx), sinus, dan gigi bungsu (wisdom teeth). Kedua contoh tulang tersebut tak memiliki fungsi apapun untuk tubuh. Tulang ekor pada manusia terdapat di ruas terakhir tulang belakang, yang juga merupakan sisa-sisa dari ekor kita. Sebenarnya, hampir semua mamalia di bumi memiliki ekor, bahkan saat mereka berada pada tahap berkembang di dalam rahim. Manusia misalnya, antara tahap 14 dan 22 dari embriogenesis manusia, satu hal yang benar-benar dapat dilihat adalah struktur pada bagian ujung embrio yang mirip seperti ekor, yang kemudian terserap karena proses autolisis (penghancuran sel). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun