Mohon tunggu...
Inovasi

Tumbuhan Hidup Ribuan Tahun, Hewan Hanya Ratusan Tahun?

19 Agustus 2017   10:57 Diperbarui: 20 Agustus 2017   22:50 2732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Light Microscope modern mampu memberikan pembesaran (magnifikasi) sampai 1.000 kali dan memungkinkan mata manusia dapat membedakan dua buah obyek yang berjarak satu sama lain sekitar 0,0002 mm (disebut daya resolusi 0,0002 mm). Seperti diketahui mata manusia yang sehat disebut-sebut mempunyai daya resolusi 0,2 mm. Pada pengembangan selanjutnya diketahui bahwa kemampuan lensa cembung untuk memberikan resolusi tinggi sudah sampai pada batasnya, meskipun kualitas dan jumlah lensanya telah ditingkatkan.

Belakangan diketahui bahwa ternyata panjang gelombang dari sumber cahaya yang digunakan untuk pencahayaan berpengaruh pada daya resolusi yang lebih tinggi. Diketahui bahwa daya resolusi tidak dapat lebih pendek dari panjang gelombang cahaya yang digunakan untuk pengamatan. Penggunaan cahaya dengan panjang gelombang pendek seperti sinar biru atau ultra violet dapat memberikan sedikit perbaikan, kemudian ditambah dengan pemanfaatan zat-zat yang mempunyai indeks bias tinggi (seperti minyak), resolusi dapat ditingkatkan hingga di atas 100 nanometer (nm). Hal ini belum memuaskan peneliti pada masa itu, sehingga pencarian mode baru tentang mikroskop terus dilakukan.

Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa dan cermin terdapat elektron seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.

Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932 mikroskop elektron semakin berkembang lagi. Sebagaimana namanya, mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang gelombangnya lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik. Mikroskop electron mampu pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. Mikroskop elektron baik digunakan untuk mengkaji spesimen sel mati, sedangkan mikroskop cahaya lebih cocok digunakan untuk mengkaji spesimen sel hidup. Terdapat dua jenis mikroskop elektron yang digunakan saat ini, yaitu Mikroskop Elektron Transmisi (transmission electron microscope, TEM) digunakan untuk mengkaji struktur ultra internal sel; dan Mikroskop Elektron Payar (scanning electron microscope, SEM) digunakan untuk mengamati permukaan spesimen.

Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga menggunakan lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop optik. Kekhususan lain dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam kondisi hampa udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa terhindarkan. Dengan mikroskop elektron yang mempunyai perbesaran lebih dari 10.000 kali, kita dapat melihat objek mikroskop dengan lebih detail. Perkembangan mikroskop ini mendorong berbagai penemuan di bidang biologi, seperti penemuan sel, bakteri, dan partikel mikroskopis yang biasa kita kenal dengan virus. Penemuan virus melalui perjalanan panjang dan melibatkan penelitian dari banyak ilmuwan. Penemuan berbagai jenis mikroskop dapat membantu berjalannya kehidupan seperti sekarang dan membantu para ilmuwan untuk lebih banyak menemukan penemuan-penemuan tentang hal baru.

Dalam kehidupan, apakah Anda pernah berpikir, mengapa ada makhluk hidup yang dapat bertahan hidup sampai beratus-ratus tahun bahkan beribu-ribu tahun? Lalu, makhluk hidup apakah yang dapat hidup selama itu? Kita pasti pernah mendengar bahwa ada pohon yang sudah berumur seribu tahun. Faktanya, ada Pohon The Sisters Olive Trees of Noah (Batroun District, Libanon) merupakan sekumpulan 16 pohon zaitun yang diperkirakan telah hidup selama 6.000 tahun, Pohon Jomon Sugi (Yakushima, Jepang) berusia 5.000 tahun sampai tercatat dalam daftar warisan dunia UNESCO, Pohon Castagnu de Centu Cavaddi (Mount Etna, Italia) telah bertahan hidup selama 4.000 tahun di kawasan gunung berapi yang terkenal aktif di dunia, Pohon  cemara Llangernyw Yew (North Wales) sudah hidup sejak zaman perunggu kuno, Pohon Patriarca da Floresta (Brazil) berusia 3.000 tahun, Pohon General Sherman (California) telah hidup selama 2.500 tahun, dan masih banyak pohon lainnya yang berusia sampai ribuan tahun.

Sedangkan untuk hewan yang berumur panjang terbukti dengan adanya seekor kerang yang diberi nama Ming telah hidup selama 507 tahun, kura-kura bernama Adwaita berusia 250 tahun, ikan koi bernama Hanako berusia 226 tahun, penyu bernama Jonathan berusia 184 tahun, lobster bernama George berumur 140 tahun, dan masih banyak lainnya.  Umur tumbuhan jika dibandingkan dengan umur hewan dapat mencapai lebih dari sepuluh kalinya. Coba Anda pikirkan, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Mengapa tumbuhan dapat hidup selama beribu-ribu tahun, sedangkan hewan hanya mencapai ratusan tahun?

Dapat diduga bahwa keberadaan tumbuhan dapat lebih terjamin daripada hewan. Dalam arti habitat hewan lebih memungkinkan suatu hewan bertemu dengan para predator. Sedangkan tumbuhan tidak saling memakan tumbuhan lainnya. Kemungkinan organisme hewan untuk mati jauh lebih besar jika dibandingkan dengan organisme tumbuhan. Kemungkinan hewan mati dapat disebabkan oleh kekurangan makanan, kegagalan proses reproduksi, diburu oleh manusia, terkena wabah penyakit, dimakan predator, dan lain-lain. Sedangkan kemungkinan tumbuhan mati dikarenakan karena termakan hewan, kekurangan air, diburu oleh manusia, dan lain-lain.

Tetapi para ilmuwan tidak dapat menjelaskan secara singkat mengapa tumbuhan bisa bertahan hidup lebih lama jika dibandingkan dengan hewan. Tetapi, para ilmuwan telah mengumpulkan banyak bukti menarik yang dapat membuktikan persoalan tersebut. Proses penuaan pada Biologi berbeda dalam beberapa hal penting pada tumbuhan dan hewan, seperti yang dijelaskan Howard Thomas dari Aberystwyth University di Wales tahun lalu dalam jurnal New Phytologist. Semakin tua suatu sel, maka semakin banyak pula permasalahan yang akan terjadi pada suatu sel tersebut. Misalnya, sel dapat mengalami proses pembelahan, DNA pada sel juga kadang-kadang bermutasi. Hal-hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel, atau bahkan berkembang menjadi sel kanker. Akibat-akibat dari proses mutasi ini akan didapat jika organisme semakin tua umurnya. Sel dapat berusaha untuk memperbaiki kerusakan ini dan membunuh sel-sel yang telah rusak. Tetapi, sel hewan akan membutuhkan lebih banyak energi karena akan digunakan untuk keperluan lain, contohnya untuk bergerak aktif, melakukan proses reproduksi, dan lain-lain. Sedangkan sel tumbuhan tampaknya tidak harus berurusan dengan tantangan ini.

Pohon yang sudah berusia ribuan tahun tidak memiliki proses mutasi lagi di dalam selnya jika dibandingkan dengan pohon yang usianya lebih muda. Ada kemungkinan bahwa mereka kekurangan mutasi karena semacam permasalahan evolusi yang terjadi pada tumbuhan tua. Jika beberapa sel mengalami mutasi, sel lain yang berada dalam kondisi lebih baik akan mengambil alih dan terus menumbuhkan jaringan sehat. Thomas juga menunjukkan bahwa tumbuhan tidak berjebak dalam proses antara memperbaiki sel-sel yang rusak dan tetap tumbuh sebagai organisme normal. Hal tersebut dikarenakan tumbuhan memproduksi makanannnya dengan bantuan dari sinar matahari, karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan kloroplas yang sudah terkandung dalam selnya. Sedangkan hewan harus mencari makanannya sendiri dan tidak dapat memproduksi makanannya sendiri. Karena itu, tumbuhan memiliki lebih banyak energi yang dapat digunakan untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan, serta untuk memperbaiki sel-sel rusak dalam tubuhnya. Karena itu pula, sel tumbuhan juga memberikan kesempatan pada dirinya sendiri untuk bertahan hidup lebih lama, sementara hal tersebut tidak terjadi pada sel hewan.

Hewan terdiri dari dua jenis sel, yaitu sel somatik yang bertugas untuk membtnuk sebagian besar tubuh; dan kumpulan sel kuman kecil yang biasa dikenal dengan sel sperma atau sel telur yang dapat menghasilkan hewan baru. Divisi itu terbentuk pada awal pengembangan embrio hewan dan tidak akan pernah berubah. Sedangkan tumbuhan tidak memiliki semacam pembelahan antara sel somatik dan kuman. Saat tumbuhan berkembang dan tumbuh, mereka menambahkan modul baru, yang masing-masing dapat menghasilkan sel kuman. Beberapa dari modul tersebut mungkin mengalami stres atau bahkan mati, namun modul lainnya terus bertahan dan akan terus bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun