Terlepas dari intrik yang terjadi di kalangan publisher-nya, Mainz Psalter sendiri merupakan karya agung nan indah. Buku ini memadukan cetakan teks dan elemen relief tercetak (woodcraft) dwiwarna yang artistik.Â
Mainz Psalter dicetak dengan tinta hitam dan merah dengan inisial dwiwarna. Adapun huruf-huruf kapital berukuran besar pada buku ini dicetak dalam perpaduan warna biru-merah. Huruf-huruf kapital berukuran besar tersebut merupakan buah karya dari seniman yang bekerja pada Fust. Salah satu elemen inovatif lainnya adalah adanya dua tipe (versi) dari buku ini, yakni versi pendek (short issue) maupun versi panjang (long issue).
Namun, tidak seperti karya legendaris Alkitab Gutenberg yang diproduksi secara masif di Eropa - yang menandai Revolusi Gutenberg - buku Mainz Psalter nan inovatif ini memiliki jumlah eksemplar yang relatif terbatas.Â
Salah satu kopi dari buku ini masih dipakai dalam ibadah di sebuah biara hingga pertengahan abad ke-18. Beberapa fragmen dari buku ini juga agaknya masih survive hingga hari ini.Â
Dari semua eksemplar yang dicetak pada tahun 1457, baik versi long issue maupun short issue, 10 di antaranya masih tersimpan di beberapa perpustakaan di benua Eropa hingga hari ini, di antaranya di French National Library, Paris, Perancis, di Austrian National Library, Austria serta di Darmstadt University and Public Library, Jerman.Â
Jika sobat pecinta buku berkesempatan untuk mengunjungi negara-negara di atas, mungkin tidak ada salahnya untuk sesekali mengunjungi perpustakaan-perpustakaan tersebut, untuk sekedar melihat-lihat peninggalan bersejarah yang mulai terlupakan ini (Sumber: Wikipedia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H