Mohon tunggu...
Maria Kristanti Sambuaga
Maria Kristanti Sambuaga Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer

Bookworm

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mainz Psalter, Buku Cetak Pertama yang Dipublikasikan

14 Agustus 2019   04:00 Diperbarui: 14 Agustus 2019   10:11 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terlepas dari intrik yang terjadi di kalangan publisher-nya, Mainz Psalter sendiri merupakan karya agung nan indah. Buku ini memadukan cetakan teks dan elemen relief tercetak (woodcraft) dwiwarna yang artistik. 

Mainz Psalter dicetak dengan tinta hitam dan merah dengan inisial dwiwarna. Adapun huruf-huruf kapital berukuran besar pada buku ini dicetak dalam perpaduan warna biru-merah. Huruf-huruf kapital berukuran besar tersebut merupakan buah karya dari seniman yang bekerja pada Fust. Salah satu elemen inovatif lainnya adalah adanya dua tipe (versi) dari buku ini, yakni versi pendek (short issue) maupun versi panjang (long issue).

Namun, tidak seperti karya legendaris Alkitab Gutenberg yang diproduksi secara masif di Eropa - yang menandai Revolusi Gutenberg - buku Mainz Psalter nan inovatif ini memiliki jumlah eksemplar yang relatif terbatas. 

Salah satu kopi dari buku ini masih dipakai dalam ibadah di sebuah biara hingga pertengahan abad ke-18. Beberapa fragmen dari buku ini juga agaknya masih survive hingga hari ini. 

Dari semua eksemplar yang dicetak pada tahun 1457, baik versi long issue maupun short issue, 10 di antaranya masih tersimpan di beberapa perpustakaan di benua Eropa hingga hari ini, di antaranya di French National Library, Paris, Perancis, di Austrian National Library, Austria serta di Darmstadt University and Public Library, Jerman. 

Jika sobat pecinta buku berkesempatan untuk mengunjungi negara-negara di atas, mungkin tidak ada salahnya untuk sesekali mengunjungi perpustakaan-perpustakaan tersebut, untuk sekedar melihat-lihat peninggalan bersejarah yang mulai terlupakan ini (Sumber: Wikipedia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun