Mohon tunggu...
Maria Kinanthi Adinda Puteri
Maria Kinanthi Adinda Puteri Mohon Tunggu... Mahasiswa - siswi jurnalistik

HAI HAII, kenalin namaku Maria Kinanthi Adinda Puteri. Blog ini aku bikin khusus untuk tugas-tugas jurnalistik aku. Isi di dalam blog ini juga cuma buat seru-seruan aja. ENJOYY!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengumpat: Cara Orang Bodoh Berekspresi

13 November 2024   09:11 Diperbarui: 13 November 2024   09:18 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kenapa sih kata-kata kasar keluar saat kita emosi? Sebenarnya ini kebiasaan buruk atau  hanya cara tubuh untuk merespon tekanan? Mari kita kupas lebih dalam di artikel kali ini. 

Pada dasarnya manusia diciptakan dengan banyak emosi seperti sedih, senang, cemas, khawatir, marah, dan lain-lain. Setiap hari emosi dan perasaan manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan apa yang terjadi pada hari itu. Sekarang, hampir semua orang memiliki kecenderungan  jika mereka sedang dalam tekanan mereka akan mengumpat dan kehilangan kontrol akan emosi mereka. Namun apakah mengumpat sebenarnya cara asli tubuh untuk merespon tekanan?

Menurut Anggreni (2018), umpatan bisa didefinisikan dengan cara tubuh untuk mengujarkan kebencian. Sadar ga si beberapa orang mengumpat sebagai pelampiasan emosi yang mereka rasa dapat membantu meredakan tekanan? Meskipun sering dianggap negatif, pada kenyataannya banyak orang yang mengumpat bahkan ketika situasinya tidak begitu genting atau serius loh. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh CNN Indonesia pada 2015 lalu, data pertama sebanyak 95% responden mengaku kalau mereka sering mengumpat di depan rekan kerja mereka. Lalu pada data kedua sebanyak 51%  responden mengumpat di depan bos atau atasan mereka dan ga kalah menarik, sebesar 47% perempuan mengaku sering mengumpat. Sebaliknya, ada pula sejumlah orang yang mengumpat tanpa alasan yang jelas, mungkin hanya sebagai kebiasaan atau sekadar ungkapan spontan.

Nah, sekarang mari kita lihat dari sisi psikologis, apakah mengumpat beneran dibutuhkan? Pada dasarnya mengumpat saat berada dalam tekanan dapat dianggap sebagai respons tubuh terhadap stres. Biasanya nih ketika seseorang merasa tertekan atau frustrasi, tubuh memproduksi hormon-hormon seperti adrenalin dan kortisol yang mendorong reaksi emosional. Dalam kondisi ini, mengumpat bisa menjadi cara tubuh untuk mengurangi ketegangan secara instan. Setelah dilakukan penelitian beberapa kali, disimpulkan kalau tindakan mengumpat atau mengeluarkan kata-kata kasar sebenarnya dapat memberikan efek katarsis yang artinya  ketika seseorang akhirnya merasakan kelegaan atau pelepasan emosi. Kalau gini kan udah jelas kenapa orang jadi suka mengumpat.. Eh? Hehehe

Tapi asal kalian tahu hasil penelitian ini juga sejalan loh dengan teori bahwa mengumpat bisa membantu menurunkan rasa sakit fisik maupun emosional, karena otak memandang aktivitas tersebut sebagai "pembebasan" dari rasa sakit atau tekanan. Sebagai contoh, ketika seseorang mengalami cedera, mengumpat katanya dapat membantu mengurangi rasa sakit karena kata-kata kasar yang diucapkan mampu memicu respons adrenalin tambahan yang menambah daya tahan tubuh. Ini menegaskan bahwa mengumpat dalam kondisi tertentu bukan sekadar kebiasaan buruk, tetapi juga bagian dari cara tubuh merespons tekanan.

Walaupun kebanyakan orang menganggap bahwa mengumpat dapat memberikan rasa lega, namun  faktanya tidak selalu baik jika terus  dilakukan. Ada banyak cara loh untuk meredakan stres dan emosi pada diri sendiri tanpa harus mengumpat. Misalnya dengan latihan pernapasan, meditasi, atau olahraga ringan seperti yoga yang dapat membantu meredakan emosi dan pengontrolan diri. Adapun salah satu metode meditasi yang digunakan oleh banyak orang di Jepang untuk menenangkan diri mereka yaitu Zen. Zen dipercaya dapat membuat kita lebih tenang karena Zen adalah salah satu tipe meditasi yang  memfokuskan hanya pada dua hal yaitu diri kita dan lagu, dimana hal itu dipercaya dapat membantu kita untuk proses berdamai dengan diri sendiri. Mengubah cara kita menanggapi stres dan belajar mengelola emosi dapat membantu kita bereaksi lebih tenang, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan. 

Maka mengumpat saat berada dalam tekanan bisa dipahami sebagai respons tubuh untuk meredakan ketegangan. Namun tindakan ini tetap hanya memberi kelegaan sementara. Melatih dan belajar strategi pengelolaan stres yang lebih sehat tetaplah penting. Dengan belajar mengatasi stres tanpa mengumpat, kita bisa mengendalikan emosi lebih baik dan menjaga suasana hati tetap positif. Selain itu, teknik-teknik relaksasi tersebut dipercaya lebih efektif untuk jangka panjang karena tidak hanya meredakan stres tetapi juga meningkatkan kesehatan mental dan fisik.  Jadi masih mau kah kamu mengumpat?

Sumber:

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun