Peristiwa bencana alam merupakan serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu, disebabkan oleh faktor alam dan non alam. Bencana alam yang sering terjadi adalah gunung meletus, salah satunya terjadi pada gunung lewotobi laki-laki tepatnya di Desa pululera, kecamatan Wulanggitang, kabupaten Flores Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur pada tanggal 31 januari 2023 pukul 10.21 WITA dengan kolom abu yang diamati 700 m diatas puncak  ( 2.284m diatas permukaan laut) menurut laporan dari PPGA Lewotobi laki-laki. Peristiwa ini cukup membuat penduduk disekitar kaki gunung tertekan. Lebih dari 2.000 warga dipindahkan ke posko pengungsian serta tempat-tempat penampungan sementara setelah meningkatnya aktivitas gunung lewotobi.Â
Beberapa video kegiatan pengungsian yang beredar di sosial media menunjukan bahwa masyarakat sangat tertekan dan belum siap untuk meninggalkan desa mereka. Aktivitas gunung merapi sangat meresahkan warga karena beberapa hari setelahnya muncul gemuruh dan lontaran lava pijar diikuti oleh gempa dengan frekuensi rendah selama beberapa kali, sehingga semakin banyak warga yang mengungsi dan posko pengungsian pun bertambah. Aktivitas gunung berapi ini berlangsung satu bulan dan banyak bantuan serta banyak tenaga TNI/Polri dan organisasi profesional seperti kementerian sosial serta penggalangan dana untuk membantu meringankan beban para korban bencana.Â
Peristiwa bencana alam seperti gunung meletus biasanya muncul secara tiba-tiba, hal ini membuat kita akan panik , cemas dan takut. Hal ini berakibat pada munculnya stres, namun stres ini berasal dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan yang disebut dengan stres lingkungan. Stres lingkungan merupakan karakteristik stresor atau stimulus lingkungan berasal dari alam yang  menimbulkan tekanan, mengancam dan berpotensi menjadi masalah pada diri seseorang. Sehingga diperlukan respon adaptif dari orang-orang yang sedang mengalaminya dengan beberapa tahapan untuk mengenali penilaian kognitif apakah stimulus mengancam atau membahayakan. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari tahap reaksi, tahap resistensi dan tahap kelelahan.Â
Sehingga dalam peristiwa gunung meletus di lewotobi berdampak pada munculnya stres yang berasal dari lingkungan  karena masyarakat merasa terancam dan berada dalam situasi berbahaya.Â
 - Tahap Reaksi, pada awal terjadi peristiwa gunung meletus, tubuh akan memberi signal dalam kondisi bahaya melalui indra. Biasanya mucul gejala fisik seperti otot-otot menegang, keringat keluar, dan jantung berdebar.
- Tahap Resistensi,  Masyarakat akan menginterpretasi stressor dalam penilaian  kognitif yang membantu mereka untuk menentukan strategi coping yang tepat untuk ancaman yang sedang dihadapi. Pada tahap ini masyarakat mulai menerima kenyataan bahwa ada persitiwa bencana  yang membuat mereka harus mengungsi dan pergi meninggalkan desa mereka. Pada tahap ini juga masyarakat akan merasakan respon tubuh  perlahan kembali normal, namun tetap dalam kondisi waspada terhadap ancaman.
-Tahap kelelahan, Jika pada tahap resistensi masyarakat tidak berhasil mengatasi stressor tersebut maka masuk pada tahap kelelahan karena tubuh telah mengerahkan semua energi untuk bertahan. Sehingga muncul dua kemungkinan, mereka berhasil mengatasi stresor maka dikatakan mampu beradaptasi namun jika tidak muncul stres berkepanjangan.Â
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat mengalami stres lingkungan apabila stressor atau stimulus yang muncul melebihi kapasitas diri sebaliknya jika masyarakat mendapat dukungan yang cukup, maka masyarakat dikatakan mampu beradaptasi. Oleh karena penting sekali untuk memberikan dukungan emosional, psikososial dan motivasi kepada para korban bencana sehingga mereka merasa aman dari situasi yang berbahaya.  Tak hanya itu dukungan secara materil pun akan sangat membantu mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H