Mohon tunggu...
Maria Elma
Maria Elma Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi saya menyanyi walaupun suara saya tidak merdu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kisah Perjuangan Hidup Lansia Penerima Bantuan Sosial PKH di Kabupaten Kubu Raya Pontianak

8 April 2024   11:08 Diperbarui: 4 Juni 2024   12:28 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang nenek bernama Misnari berusia 65 tahun adalah salah satu warga di Desa Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat yang mendapatkan bantuan sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH). Bantuan sosial berupa Program Keluarga Harapan (PKH) yang nenek Misnari dapatkan sebesar Rp 300.000-Rp 400.000 yang diterima dalam 3 bulan sekali. Uang PKH yang ia dapat biasanya digunakan untuk membeli beras, gula, kopi dan lain sebagainya. 

Ia tinggal bersama anak sulungnya yang bernama Jono. Jono telah memiliki seorang istri dan 3 orang anak, anak pertama bernama Adi yang merupakan anak dengan istri pertamanya. Namun sekarang mereka telah cerai dan Jono menikah lagi dengan istrinya yang sekarang dan dikaruniai 2 orang anak. Pekerjaan Jono adalah sebagai kuli bangunan pada suatu toko bangunan, penghasilannya perhari sebesar Rp 100.000-Rp 150.000 dan anaknya yang bernama Adi juga bekerja sebagai kuli bangunan di toko yang berbeda dengan pendapatan perharinya Rp100.000. Penghasilan tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, sayur-sayuran dan lauk-pauk.

Nenek Misnari adalah seorang janda, suaminya telah lama meninggal dunia karena penyakit liver. Nenek Misnari dan almarhum suaminya berasal dari jawa. Ketika anak yang bernama Jono berusia 2 tahun ia dan suaminya merantau ke Kalimantan Barat. Pada saat itu mereka memilih tinggal di Trans Sekadau, dan bekerja sebagai petani. 

Bertahun-tahun mereka hidup sebagai petani di Trans Sekadau hingga anak-anak mereka telah menikah dan hidup masing-masing. Pada tahun 2010 suami nenek Misnari sakit liver dan dirawat di RSUD Sanggau. Namun, nyawa suami nenek Misnari tidak dapat diselamatkan. Setelah kematian suaminya nek Misnari pergi ke Pontianak dan tinggal dengan anaknya yang bungsu. Namun, beberapa tahun kemudian ia pindah dan tinggal dengan anak sulungnya yang bernama Jono sampai sekarang.

Di Pontianak Nenek Misnari bekerja sebagai petani, setiap hari ia pergi ke sawah dengan diantar oleh anaknya atau cucunya. Namun ketika pulangnya ia berjalan kaki karena tidak dijemput. Sawah tersebut bukanlah milik nek Misnari melainkan milik orang lain yang nenek sewa sengan sistem bagi hasil. Setiap 1 anggar nek misnari harus memberikan 6 kg beras kepada pemilik lahan dan nenek Misnari memiliki 14 anggar. 1 anggar sama dengan 1/33 hektar atau kurang lebi 303 meter persegi yang berarti nenek Misnari harus menyiapkan 84 kg beras untuk pemilik lahan pertanian. Hasil panen nek Misnari tidak dijual melainkan untuk di konsumsi sehari-hari. 

Kondisi rumah tempat tinggal nenek Misnari beserta anak dan cucunya cukup baik, dengan dinding seluruhnya tembok, atap rumah seng dan lantai rumah plaster semen. Jumlah ruangan didalam rumah ada 5 terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang TV dan 1 ruang dapur yang diterangi dengan lampu listrik dengan daya 450 watt.

Nek Misnari tidak memiliki handphone, hanya ada TV dengan ukuran 14 inch. Selain itu anak nek Misnari juga memiliki 2 kendaraan bermotor yakni milik anaknya Jono dan Adi cucunya untuk bekerja. Untuk minum sehari-hari mereka mengunakan hasil tadah air hujan yang nantinya akan dimasak sebelum diminum dan untuk memasak beras nek Misnari menggunakan rice cooker dan bahan bakan untuk masak sehari-hari menggunakan kompor gas. 

sumber: diambil sendiri oleh Maria Elma pada 27 februari 2024
sumber: diambil sendiri oleh Maria Elma pada 27 februari 2024

Untuk tempat mandi dan cuci keluarga nek Misnari menggunakan sumur sedangkan untuk tempat buang air mereka memiliki WC sendiri. Ia selalu bersyukur untuk apa yang telah Tuhan berikan. Ditambah lagi dengan adanya bantuan PKH yang biasa ia gunakan untuk membeli kopi, gula, minyak goreng dan lainya. 

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada 27 februari 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun