Mohon tunggu...
Maria yuliasti kalan
Maria yuliasti kalan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ekonomi Kreatif Dalam Disrupsi Teknologi

22 Juli 2023   10:43 Diperbarui: 22 Juli 2023   10:46 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Era milenial yang sering juga disebut dengan generasi zaman now merupakan generasi baru yang ditengarai dengan transformasi teknologi analog ke arah digitalisasi.  Sudah tidak asing lagi dalam kehidupan bermasyarakat kita saksikan anak-anak kecil sekarang sudah terbiasa (familier)  dengan perangkat seluler/gadget. Pola transaksi pembayaran barang dan jasa mulai bergeser dari bentuk manual ke virtual/digital.

Sebut saja beberapa aplikasi online yang saat ini kian menjamur di masyarakat seperti; Grab (car, bike, food, box), Shopee, e-toll, e-money, Tokopedia, Bukalapak, Blibli, Lazada, dll.  Dalam konteks kekinian, keberadaan generasi zaman now mengalami loncatan teknologi dan informasi sehingga dalam mengikuti perkembangan dunia mendorong intensitas terjadinya disrupsi.

Fenomena ini membongkar  batas ruang dan waktu serta mengadaluwarsakan berbagai pakem dan kemapanan yang pernah ada.  Dari perspektif ekonomi kondisi seperti ini juga menjadi sebuah kekuatan baru yang merambah dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketika disrupsi menjadi normalitas, semua yang tidak bisa didigitalisasikan justru akan menjadi hal yang penting.  Hal-hal yang tidak bisa didigitalisasi seperti daya kreativitas, imaginasi, intuisi, emosi dan estetika kian menuntut perhatian.  Dengan disrupsi teknologi dan arus globalisasi yang semakin luas cakupannya serta semakin cepat penetrasinya berpotensi adanya ledakan-ledakan pluralitas di masyarakat.

Dalam hal mengandalkan kemampuan ide kreatif, serta  memanfaatkan teknologi, informasi apabila dikerjakan untuk hal-hal yang positif dan bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak, pasti akan mampu mendatangkan keuntungan yang bernilai ekonomis. Era baru ekonomi yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya inilah yang  disebut dengan ekonomi kreatif. 

Ekonomi kreatif adalah istilah yang mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Ruang lingkupnya berkembang pada sektor kreatif seperti di industri musik, film, seni rupa, dan lain sebagainya.

Di era kecanggihan teknologi saat ini, ekonomi kreatif adalah salah satu bentuk aktivitas ekonomi yang memiliki ruang yang cukup besar untuk berkembang. Selain di bidang seni, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang produknya dihasilkan melalui proses kreatif bisa dikategorikan sebagai contoh dari ekonomi kreatif. Singkatnya, ekonomi kreatif adalah sebuah konsep untuk merealisasikan pembangunan dan pengembangan ekonomi berbasis kreativitas.

Dalam perkembangannya menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), subsektor ekonomi kreatif dapat di bagi menjadi beberapa bidang antara lain; pengembang permainan, seni kriya, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fesyen, kuliner, film, animasi, video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi, radio, arsitektur, periklanan, seni pertunjukan, penerbitan, dan aplikasi. 

Selaras dengan hal tersebut, John Howkins seorang ekonom asal Inggris mengemukakan pendapatnya bahwa kreativitas dan ekonomi sudah berjalan sejak lama, akan tetapi, hubungannya dalam memberikan nilai tambah merupakan sesuatu yang baru.  Dia memberikan contoh pada subsektor industri musik yang penghasilannya jauh lebih tinggi daripada penjualan mobil di Inggris.

Dari sudut pandang yang lain, bisa kita telisik situs Kominfo, yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia adalah sekitar 5,7%  setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi ekonomi kreatif  di tengah terpuruknya ekonomi global, masih cukup menjanjikan. 

Angkaini di atas pertumbuhan ekonomi pada sektor listrik, gas, dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, jasa-jasa, dan industri pengolahan.  Kondisi yang menggembirakan ini bukan hanya isapan jempol belaka akan tetapi di dukung dengan capaian kinerja Kemenparekraf yang berdasarkan World Economic Forum, Travel Tourism Development Index 2021, naik peringkat 32 dari 40 di tahun 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun