Mohon tunggu...
Maria Goretti Octavia Pepe
Maria Goretti Octavia Pepe Mohon Tunggu... Guru - Kampung Sawah

Bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Perkembangan Erik Erikson

22 November 2021   23:48 Diperbarui: 23 November 2021   00:12 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembentukan karakter yang baik dimana orangtua sangat berperan dalam hal ini merupakan salah satu bekal untuk masa depan anak. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi anak, baik itu dalam menghadapi suatu masalah dalam lingkungan sosial anak itu sendiri maupun ketika anak menghadapi masalahnya sendiri. Orang tua pasti ingin anaknya  mempunyai kemampuan  menghadapi segala masalah dalam hidupnya, berjuang dengan kemampuan sendiri. Sangatlah penting  mempelajari pembentukan karakter anak,dalam hal ini, teori Erik Erikson tentang perkembangan psikologi anak.

Ada delapan tahapan perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson yang berurutan dan juga telah ditentukan yaitu tahapan perkembangan psikososial dimana dalam hal ini mulai dari lahir sampai dengan dewasa. Pada setiap tahapan tersebut orang akan dapat menghadapi krisis psikososial yang bisa menghasilkan sisi positif atau pun negative dari setiap tahapan perkembangan kepribadian tersebut. Berikut delapan tahapan perkembangan menurut teori Erik Erikson :

Kepercayaan vs Ketidakpercayaan. Pada tahap perkembangan ini dimulai pada usia lahir-18 bulan. Ini merupakan sikap dasar yang dimiliki bayi pada saat ia mempercayai lingkungan sekitarnya. Ketika anak  berada dalam lingkungan yang ia percayai, maka anak tersebut akan dapat berkembang menuju pada perkembangan yang positif. Apabila lingkungan dapat memenuhi segala kebutuhannya maka kepercayaan pada diri anak akan terjadi. 

Misalnya ketika anak tersebut lapar, maka akan segera dipenuhi dengan memberi makan, atau ketika ia haus maka akan diberi minum, begitu juga ketika ia ingin merasa aman maka akan diberikan dengan kasih sayang. Jika kepercayaan itu terus dipupuk, maka anak tersebut akan dapat melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya. Tetapi apabila anak tersebut dibesarkan dalam lingkungan yang kasar atau tidak baik, tidak memperhatikan lingkungannya maka dapat menyebabkan rasa tidak percaya terhadap lingkungannya. Dalam hal ini bayi masih sangat tergantung pada orang-orang disekitarnya terutama pada orang tua ataupun pengasuh.

Otonomi vs Rasa Malu dan Keragu-raguan. Pada tahapan ini dimulai pada usia 18 bulan-3 tahun atau pada masa kanak-kanak. Pengembangan rasa kontrol pribadi atas keterampilan fisik dan rasa kemandirian lebih difokuskan pada tahap ini. Pada saat ini anak mulai belajar untuk mandiri. Mereka belajar untuk melakukan segala sesuatu dan juga bertindak sesuai dengan apa yang mereka sukai. Mereka senang untuk mengekspresikan dirinya. 

Sebagai orang tua kita hanya bisa dapat membiarkan mereka untuk memberikan pilihan dan juga mengontrol supaya anak dapat mengembangkan otonomi nya. Kegiatan yang dapat melatih kemandirian anak yaitu diantaranya toilet training. Pada anak usia dini diperlukan kesabaran dari orang tua dan pengasuh agar toilet training dapat berjalan dengan baik.

Inisiatif vs Rasa Bersalah. Tahap perkembangan ini dimulai pada usia 3 tahun-6 tahun.  Di sini anak mulai menunjukan kekuatan serta kontrol akan dunianya melalui  permainan langsung dan  interaksi sosial. Ketika anak berhasil pada tahap ini, maka anak tersebut akan mempunyai kemampuan untuk dapat memimpin orang lain. 

Namun apabila ia gagal maka yang ada adalah perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu dan juga kurang inisiatif. Karena itu jika anak pada tahap ini melakukan kesalahan, kita sebagai orang tua maupun pendidik sebaiknya dapat melakukan hal-hal bijak yang akan membuat anak merasa nyaman, Kita tidak boleh menyalahkan anak, tetapi kita tanyakan secara baik-baik. Dengan demikian anak akan merasa dihargai dan juga diperhatikan. 

Misalnya ketika anak memukul temannya. Kita hendaknya menanyakan terlebih dahulu kepada anak mengapa ia melakukan hal tersebut? Kita bisa menjelaskan kepada anak kalau memukul itu adalah perbuatan yang tidak baik. Dan juga kita bisa menanyakan kepada anak bagaimana kalau kita sendiri yang dipukul? Bagaimana rasanya? Dengan penjelasan yang dilakukan secara tenang dan baik, pastinya anak akan dapat menerimanya dan akan ada tindak lanjut dari anak tersebut yaitu ia akan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah ia lakukan. Anak meminta maaf kepada kepada teman yang sudah ia pukul. Sekali lagi disini peran orangtua dan pendidik sangatlah besar dalam perkembangan anak.

Ketekunan vs Rasa Rendah Diri. Tahap perkembangan keempat yaitu Ketekunan vs rendah diri dimulai pada usia 6 tahun-12 tahun dimana ini merupakan masa anak memasuki dunia nyata, masa yang berlangsung selama awal sekolah. Anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap kemampuan dan juga keberhasilan mereka melalui interaksi sosialnya. 

Ketika anak-anak didukung dan didorong oleh orang tua maupun guru di sekolah, itu akan membangun perasaan kompeten dan juga rasa percaya akan keterampilan yang dimilikinya. Namun apabila ia tidak didukung, maka ia akan merasa ragu dengan kemampuan yang dimilikinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun