Delhi, India, kini tercatat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Berdasarkan laporan dari situs iqair.com pada Rabu (5/6/2024), Delhi memperoleh nilai 272 pada indeks kualitas udara yang diperbarui secara real-time pada pukul 09.30 WIB. Nilai tersebut menempatkan Delhi dalam kategori "Sangat Tidak Sehat" (Very Unhealthy), yang menunjukkan bahwa kualitas udara ini sangat merugikan kesehatan manusia, karena dapat mengurangi daya tahan tubuh saat beraktivitas di luar ruangan.
Polutan utama yang menyebabkan buruknya kualitas udara di Delhi adalah PM10 dengan konsentrasi mencapai 405 µg/m³. Hal ini sudah termasuk tingkat yang mengkhawatirkan, karena menurut BMKG, Nilai Ambang Batas (NAB) PM10 di udara bebas hanyalah 150 µg/m³. PM10, atau Particulate Matter 10, adalah partikel udara padat dengan ukuran lebih kecil dari 10 µm. PM10 dapat berupa partikel-partikel seperti asap, debu, jelaga, garam, asam, dan logam yang berasal dari sisa-sisa pembakaran.
Delhi, sebagai pusat industri dan ekonomi di India dengan populasi 10.927.986 jiwa menurut survei real-time worldometers, menjadi penyumbang PM10 terbesar di dunia. Pertumbuhan sektor manufaktur di Delhi menyebabkan peningkatan aktivitas pembakaran, industri, dan emisi kendaraan bermotor, yang menjadi pemicu utama tingginya level PM10 di kota ini. Selain itu, kondisi iklim India yang tropis dan cenderung kering juga berkontribusi pada tingginya konsentrasi PM10.
Jika kondisi ini berlanjut, Delhi akan menghadapi krisis udara bersih. Bahaya yang ditimbulkan oleh PM10 sangat serius, seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, kerusakan jaringan, kanker, hingga kematian. Menurut Profesor Biologi Boston College dan direktur Observatorium Global untuk Polusi dan Kesehatan, Philip J. Landrigan, MD, setidaknya 1,67 juta kematian dini setiap tahun disebabkan oleh polusi udara.
Pemerintah Kota Delhi menyarankan warga untuk tetap berada di dalam rumah, mengurangi aktivitas yang menghasilkan asap, dan selalu menggunakan masker saat berada di luar ruangan untuk mengurangi dampak negatif dari PM10 dan polutan lainnya. Kita juga dapat mengurangi produksi PM10 di udara bebas dengan upaya-upaya berikut :
1. Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dan menggantinya dengan kendaraan yang ramah lingkungan
Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dapat dilakukan dengan mendorong penggunaan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki, serta dapat menggunakan kendaraan berbahan bakar listrik atau hybrid yang menghasilkan emisi lebih rendah.
2. Mengontrol penggunaan energi listrik
Mengontrol penggunaan energi listrik dapat dilakukan dengan penggunaan peralatan listrik yang efisien dan hemat energi, serta mematikan peralatan listrik ketika tidak digunakan. Selain itu, mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya atau angin dapat membantu mengurangi emisi polutan.
3. Mengurangi penggunaan bahan yang sulit terurai