Mohon tunggu...
Maria Kristiana
Maria Kristiana Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Indonesia

Please kindly like, comment, and share. Thank you

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal Biota Laut: Penyu Belimbing, Si Penyu Raksasa

8 November 2020   13:14 Diperbarui: 8 November 2020   13:26 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Sumber : https://sites.psu.edu/

Sebagian besar orang pastinya sudah tidak asing lagi dengan salah satu biota laut yang disebut sebagai penyu raksasa ini. Ya, Dermochelys coriacea atau yang lebih sering disebut penyu belimbing adalah salah satu spesies penyu dengan kemampuan menjelajah/ migrasi yang cukup baik loh. 

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan spesies penyu terbesar di dunia dan termasuk dalam kelompok reptil terbesar keempat setelah tiga spesies buaya lainnya.  Spesies penyu belimbing pertama kali dinamai oleh Domenico Agostino Vandelli pada tahun 1761 sebagai Testudo coriacea. 

Namun, pada tahun 1816 seorang ahli zoologi yang berasal dari Perancis bernama Henri Blainville menciptakan istilah Dermochelys yang kemudian istilah tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan kembali penyu belimbing sebagai Dermochelys coriacea . 

Penyu belimbing mudah dikenali oleh orang karena ukurannya yang besar dan bagian karapasnya yang unik berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing. Selain itu, karapasnya tidak ditutupi oleh struktur yang keras seperti tulang tetapi karapas pada penyu belimbing ditutupi oleh kulit yang kasar /leathery skin.

Deskripsi Morfologi dan Fisiologi

Secara morfologi, penyu belimbing (Dermochelys coriacea) memiliki bentuk kepala yang kecil dan berbentuk bulat. Panjang penyu belimbing  dewasa dapat mencapai 2,13 m dengan berat tubuh 250---700 kg. Biasanya ukuran tubuh penyu belimbing betina relatif lebih besar daripada penyu jantan. 

Penyu belimbing memiliki desain tubuh yang hidrodinamik dibandingkan penyu lain karena berbentuk seperti tetesan air mata, dan untuk pergerakkannya di air penyu tersebut memiliki sepasang sirip berukuran besar tanpa sisik dan kaki depan yang pipih untuk berenang. 

Ciri morfologi yang membedakan penyu belimbing dari penyu lainnya yaitu: penyu belimbing tidak memiliki karapas bertulang/ karapas yang keras dan memiliki tujuh tonjolan berbeda di bagian punggungnya yang muncul dari tepi tengkorak hingga ke tepi ekor penyu.  

Sebagai prinsip dari countershading untuk mempertahankan diri dari predator, bagian bawah/plastron penyu belimbing berwarna cerah sedangkan bagian punggung /karapasnya berwarna gelap, yaitu abu-abu kehitaman. 

Sedangkan saat fase tukik (bayi penyu), memiliki bercak putih pada karapasnya.  Penyu belimbing memiliki rahang yang rapuh dan rahang tersebut dapat retak jika memakan organisme selain ubur-ubur.

Secara fisiologi, penyu belimbing memiliki kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya yang tinggi dari panas yang dihasilkan secara metabolik (thermoregulation) pada kondisi perairan yang dingin. 

Penyu belimbing dapat meningkatkan laju metaboliknya melalui perubahan permeabilitas membran untuk ion. Penyu belimbing memiliki jaringan pembuluh darah yang bekerja sebagai sistem penukar panas/counter-current, lapisan minyak dan jaringan lemak yang tebal di kulitnya sehingga mampu menjaga suhu tubuh penyu jauh lebih tinggi daripada lingkungan sekitarnya.

Reproduksi

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) menganut sistem kawin poligini, artinya penyu jantan akan mating / kawin dengan banyak penyu betina untuk menghasilkan banyak keturunan.  

Proses mating terjadi di perairan tepatnya di lepas pantai tempat bersarang yang diinginkan betina, biasanya di perairan tropis atau subtropis. Penyu belimbing jantan akan bermigrasi di lepas pantai umum tempat penyu betina bersarang sebelum musim bersarang (nesting) dimulai. 

Di sana penyu jantan akan mencoba kawin dengan sebanyak mungkin penyu betina. Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa penyu jantan akan kembali ke pantai bersarang yang sama jika penyu tersebut berhasil mating di musim sebelumnya.

Breeding season/musim kawin pada penyu belimbing terjadi antara bulan April hingga November.  Setelah penyu jantan dan betina mating, penyu betina kemudian berenang ke daratan pada malam hari untuk bersarang dan akan menghasilkan biasanya sekitar 50---170 telur dengan rata-rata jumlah telur sebanyak 105 telur dalam satu genggaman (clutch). 

Namun, sebagian besar telur tersebut tidak menghasilkan yolk (yolkless) untuk bertahan hidup yang mengakibatkan telur tersebut tidak akan berkembang ke fase selanjutnya. 

Penyu betina akan bertelur dan kemudian menutupi sarang dengan pasir untuk mencegah dari serangan predator serta  menjaga suhu dan kelembaban di daerah sekitar telur. 

Setelah penyu betina menyelesaikan proses ini, penyu betina akan kembali ke laut sementara penyu belimbing jantan tidak berenang ke pantai dan tidak ikut terlibat dalam proses bersarang ini. 

Satu-satunya parental investment (keterlibatan induk penyu) pada penyu belimbing terjadi pada fase sebelum telur menetas yaitu saat penyu betina bertelur, penyu betina akan melindungi telur dengan meletakkannya dalam sarang yang telah dibuat dan menutup sarang tersebut dengan pasir. 

Selanjutnya tidak ada parental care setelah telur menetas dan tukik kembali ke laut untuk menjalankan proses pertumbuhan dan perkembangannya tanpa asuhan induk betina.

Perilaku

Penyu belimbing  (Dermochelys coriacea) mayoritas hidup sebagai soliter, yaitu hidup sendiri atau berpasangan dan tidak dengan kelompoknya. Mereka bermigrasi  dengan jarak yang sangat jauh antara tempat bersarang dan tempat  mereka mencari makan. Masa migrasi penyu belimbing ini berkisar 2---3  tahun dengan waktu istirahat antara 9---10 hari. 

Penyu belimbing akan berusaha menemukan lokasi dengan konsentrasi/ jumlah ubur-ubur  yang tinggi, atau di dekat permukaan dan bahkan menyelam untuk menemukan jumlah mangsa tertinggi.

Dilihat dari perilaku makannya, penyu belimbing termasuk reptil karnivora yang makanan utamanya adalah hewan gelatinous invertebrate, yaitu ubur-ubur. Selain itu, penyu belimbing dapat memakan krustasea kecil, ikan, cacing air, zooplankton, kelompok cephalopoda, dan lain-lain. 

Penyu belimbing tidak memiliki otot serta rahang yang kuat untuk memakan mangsa yang bercangkang keras, sebaliknya  rahang tajam yang dimiliki penyu belimbing digunakan untuk menggigit mangsa yang lunak dan penyu belimbing memiliki struktur duri di bagian kerongkongannya yang berfungsi untuk mencegah mangsa keluar ketika sudah ditelan. 

Selain dari perilaku makannya, penyu belimbing memiliki keunikan dalam hal menyelam. Penyu belimbing merupakan salah satu satwa di muka Bumi dengan memiliki kemampuan menyelam yang luar biasa. Mereka mampu menukik ke kedalaman laut hingga mencapai 1500 meter untuk mencari ubur-ubur, makanan kesukaannya .

Dilihat dari perilaku penyu betina, penyu betina yang bersarang menutupi pasir di atas telurnya, dengan tujuan untuk mengaburkan aroma telur dan membuat telur lebih sulit untuk ditemukan oleh predator kecil di sekitar tempat penyu bersarang. Tukik yang sudah menetas menunggu sampai malam tiba untuk menuju laut agar terhindar dari adanya predator.  

Dalam perjalanan hidupnya, hanya sedikit tukik penyu belimbing yang bisa bertahan hingga fase dewasa karena banyaknya bahaya/ ancaman  di laut bagi tukik yang baru menetas.

Penyu betina menutupi telur dengan pasirSumber: https://www.chiangraitimes.com/
Penyu betina menutupi telur dengan pasirSumber: https://www.chiangraitimes.com/

Ekologi 

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan spesies penyu terbesar yang ada dan setiap individu penyu ini diketahui melintasi cekungan laut, umumnya penyu belimbing bersarang di pantai tropis dan juga ditemukan mencari makan di perairan beriklim. 

Area bersarang dan mencari makan tersebut bisa ribuan kilometer jauhnya satu dengan yang lainnya, dan penyu belimbing melakukan migrasi besar, kemungkinan menggunakan petunjuk navigasi seperti medan dan arus geomagnetik untuk menemukan jalan menuju pantai tempat bersarang dan tempat mencari makan tertentu.  

Untuk mendeteksi arah gelombang saat berenang di bawah air pada malam hari penyu tidak mendeteksi gelombang secara visual, namun penyu berorientasi pada gelombang tanpa adanya cahaya tampak. 

Salah satu cara penyu dapat mendeteksi ketidaktahuan arah gelombang adalah dengan merasakan gerakan orbital yang terkait dengan perambatan gelombang air laut.

Persebaran

https://www.tullowoil.com/
https://www.tullowoil.com/
Penyu belimbing paling sering ditemukan di perairan tropis, tersebar di seluruh dunia di lautan beriklim sedang, dan bahkan di tepi perairan subarktik. Penyu belimbing melakukan perjalanan lebih jauh ke utara daripada penyu laut lainnya. 

Sehingga penyu belimbing dapat ditemukan di seluruh dunia dengan jangkauan utara dan selatan terbesar dari semua spesies penyu laut. Dengan bentuk tubuh yang ramping dilengkapi dengan sirip depan yang kuat, penyu belimbing dapat berenang ribuan mil di lautan terbuka dan dapat melawan arus yang deras. 

Di Indonesia, penyu belimbing (Dermochelys coriacea), dapat ditemukan di banyak pantai peneluran di Indonesia, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Dewasa ini, agregasi bertelur terbesar dari penyu belimbing hanya ditemukan di pantai Jamusba medi dan Warmon, Papua.

Manfaat

Manfaat penyu belimbing (Dermochelys coriacea),  dapat dilihat pada dua aspek yaitu : manfaat bagi ekosistem dan manfaat bagi manusia. Manfaat penyu belimbing bagi ekosistem di antaranya: membantu mengatur jumlah populasi ubur-ubur di perairan, nutrien yang terkandung pada telur penyu yang terbenam di pantai membantu menyuburkan vegetasi tumbuhan yang berada di pesisir pantai dan telur penyu belimbing dan ataupun tukik mungkin merupakan sumber makanan penting bagi populasi predator telur di dekat pantai tempat mereka bersarang. 

Manfaat penyu belimbing bagi manusia, yaitu : dapat diambil telur dan dagingnya untuk dikonsumsi di beberapa wilayah dan minyak yang dihasilkan dari tubuh penyu belimbing dewasa dapat diektsraksi untuk keperluan pengobatan.  Selain itu, penyu belimbing memakan ubur-ubur yang menjadi 'hama' bagi perenang dan nelayan, terutama untuk budidaya ikan laut.

Ancaman

Menurunnya populasi penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dapat disebabkan karena adanya beberapa ancaman yang mempengaruhi siklus hidup penyu belimbing. 

Ancaman yang dihadapi oleh penyu belimbing, di antaranya: kerusakan habitat peneluran karena adanya pembangunan yang tidak terkendali menyebabkan rusaknya pantai-pantai yang penting bagi penyu untuk bertelur dan berkurangnya tempa peneluran penyu.

Ancaman lainnya yaitu pemanfaatan penyu belimbing dan pengambilan telur serta dagingnya yang berlebihan untuk obat dan makanan menyebabkan populasi penyu menurun dengan sangat cepat. 

Ancaman selanjutnya yaitu, adanya penangkapan penyu dan telur penyu untuk diperdagangkan. Ancaman yang terakhir, yaitu adanya penangkapan penyu belimbing secara tidak langsung oleh nelayan menggunakan pukat udang alat tangkap ikan tuna dan ancaman yang disebabkan oleh alam yaitu perubahan iklim. 

Beberapa dampak dari perubahan iklim, yaitu : cuaca ekstrem dan perubahan pola arus dapat merusak habitat peneluran, peningkatan suhu di daerah sarang penyu menyebabkan komposisi kelamin penyu yang ditetaskan, dan kenaikan muka air laut dapat sarang penyu terendam air laut dan merusak telur penyu.

Penyu Belimbing tidak sengaja tertangkap nelayanSumber : https://www.mongabay.co.id/
Penyu Belimbing tidak sengaja tertangkap nelayanSumber : https://www.mongabay.co.id/

Status konservasi

Banyaknya ancaman bagi penyu belimbing (Dermochelys coriacea)  yang menyebabkan menurunnya populasi pada penyu, akhirnya berdampak pada status konservasi dari spesies penyu ini. Berdasarkan data IUCN (International Union for Conservation of Nature) tahun 2009, penyu belimbing dikategorikan sebagai spesies berstatus Critically Endangered / sangat terancam punah. 

Selain dari ancaman yang disebabkan oleh faktor antropogenik, faktor alam seperti perubahan iklim dapat menjadi tekanan bagi penyu belimbing untuk tetap bertahan hidup walaupun penyu memiliki kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim. Untuk itu diperlukan upaya konservasi dan perlindungan yang ketat untuk spesies penyu terbesar di dunia ini.  

Upaya yang dapat dilakukan sebagai langkah konservasi bagi penyu belimbing, yaitu: melindungi habitat peneluran, tidak memanfaatkan daging atau pun telur dan rangka tubuhnya untuk kebutuhan ekonomi secara berlebihan dan mencegah terjadinya penangkapan penyu secara tidak disengaja.

Daftar Acuan

ADW=(Animal Diversity Web). 2015. Dermochelys coriace. 1 hlm, diakses 25 Oktober 2020, pk. 22.21 WIB.

Alderton, D. 1988. Turtles & Tortoises of the World. New York, NY: Facts on File, Inc.

Barbour, R., & C. Ernst. 1972. Turtles of the United States. Lexington, Kentucky. University Press of Kentucky: 347 hlm.

Colman, L.P. 2019. Ecology and conservation of leatherback sea turtle in Brazil. Testudo 9(1): 52---63,

Eckert, S.A., M.C. James & R.A. Myres. 2005. Migratory and reproductive movements of male leatherback turtles (Dermochelys coriacea). Marine Biology 147: 845---853.

ITIS=(Integrated Taxonomic Information System). 2014. Dermochelys coriace. 1 hlm, diakses 25 Oktober 2020, pk. 21.25 WIB.

IUCN=( International Union for Conservation of Nature). 2009. Leatherback turtle and climate change. 4 hlm, diakses 26 Oktober 21.38 WIB.

Jorgensen, S.E & B.D. Fath. 2008. Encyclopedia of Ecology. 1st Ed. Elsevier Science: 3120 hlm.  

KKP=(Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2015. Rencana aksi nasional (RAN) konservasi penyu. 73 hlm, diakses 26 Oktober 2020, pk. 21.24 WIB.

Lohmann, K.J & C.M.F Lohmann. 1996. Orientation and open-sea navigation in sea turtle. The Journal of Experimental Biology 199: 73---81.

See Turtle. 2018. Why are sea turtle important?. 1 hlm, diakses 26 Oktober 2020, pk. 21.08 WIB.

Sites at Pann State. 2019. Leatherback sea turtle (Dermochelys Coriacea). 1 hlm, diakses 26 Oktober 2020, pk. 10.50 WIB.

Spotila, J. 2004. Sea Turtles : A Complete Guide to Their Biology, Behavior, and Conservation. Baltimore and London. The John's Hopkins University Press: 225 hlm.

TPWD=(Texas Parks & Wildlife). 2001. Leatherback Sea Turtle (Dermochelys coriacea). 1 hlm, diakses 25 Oktober 2020, pk. 21.44 WIB.

WWF=(World Wildlife Fund for Nature). 2009. Panduan melakukan pemantauan populasi penyu di pantai peneluran di Indonesia. 31 hlm, diakses 26 Oktober 2020, pk. 20.58 WIB.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun