Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Benarkah Hidup Sulit?

3 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 3 Oktober 2024   06:36 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Koleksi Pribadi

Sama sekali tidak bila saja bisa mengembangkan seni untuk bersyukur. Saya hidup di Yogyakarta dan Solo, sering kali mendengarkan istilah : "UNTUNGNYA..............." Sebagai contoh ; suatu ketika saya naik motor, kemudian karena kurang hati-hati, akhirnya terpeleset dan kemudian jatuh. Tentu babak belur, orangtua saya bilang : "UNTUNGNYA dari belakang tidak ada motor lain yang besar kemungkinan akan menabrakmu" Setelah mendengarkan hal ini, saya bisa bersyukur. Walaupun jatuh dan tentu sakit, namun masih bisa bersyukur sehingga yang tadinya merasa kesakitan, agak sedikit berkurang.

Tampaknya sepele, tetapi setelah saya belajar meditasi di Anand Ashram, ternyata begitu bermakna ungkapan yang sering dikatakan orang Jawa. Dengan membayangkan betapa yang kita alami masih lebih ringan atau tidak begitu parah dibandingkan dengan kecelakaan atau penderitaan lebih berat, kita bisa bersyukur.

Dengan ungkapan syukur tersebut, pikiran dan mungkin rasa sakit yang diderita sedikit berkurang. Bisa dibayangkan bila kita terus mengeluh, dan mengeluh. Bahkan sering kali kita mencari kambing hitam dengan cara mencari kesalahan jalan atau orang lain, kita tidak bisa introspeksi diri. 

Kesadaran agar kita introspeksi diri akan membuat kita bisa menerima kenyataan bahwa memang diri saya yang kurang hati-hati. Penerimaan bahwa peristiwa jatuh disebabkan oleh kesalahan saya sendiri, maka lain kali bila melewati jalan tersebut bisa lebih waspada dan hati-hati. Adanya penerimaan bahwa kesalahan sebagai akibat keteledoran kita, maka pikiran serta perasaan tidak lagi sedih. 

Saya dulu ketika masih muda, dari kota kecil pineau ke kota besar Jakarta, sering menggunakan angkutan umum. Keadaan angkutan umum saat itu, tahun 1980 an belum sebaik sekarang. Jalan yang dilewati angkutan pada tahun tersebut, belum mulus seperti sekarang. Karena padat, maka terpaksa berdiri. terkadang kesel juga, tetapi ketika perasaan tersebut muncul, saya tetap berupaya bersyukur. Rasa syukur muncul dengan saya bersyukur bahwa karena tubuh sehat, maka bisa ke kantor. Dalam hati mengucapkan " Untungnya bisa dapat angkutan lebih cepat"; "Untungnya tubuh sehat sehingga bisa berdiri dengan baik"

Demikian juga saat menerima rejeki, walaupun sedikit, toh masih banyak orang lain yang belum bisa merasakan uang yang saya telah terima.

Sungguh sakti mantra "UNTUNGNYA.........." Hidup bisa lebih ringan serta mudah. Semakin banyak menyalahkan keadaan, pikiran dan cara pandang kita menjadi semakin suram. Akibatnya tidak jauh dari kenyataan, karena badan bisa menjadi sakit. Selain itu perasaan cemas dan was-was juga menghinggapi pikiran kita. 

Buatlah hidup menjadi lebih mudah dengan cara mengembangkan seni bersyukur. Seberapapun penderitaan yang kita alami, namun bila kita jeli, ternyata masih banyak yang lebih menderita daripada yang kita alami. Bukankah keadaan ini selalu berubah, sehingga tidak mungkin kita menderita terus menerus. Ingatlah perputaran roda, sekali di atas, lain kali berada di bawah.

Bacalah ayat Tuhan di mana-mana. Ada dua ayat yang senantiasa mesti kita ingat:

  • Hukum sebab-akibat, yang kita alami merupakan akibat perbuatan kita. Tidak ada sesuatu yang kebetulan; ada sebab, ada akibat
  • Hukum Perubahan : 'Tidak ada yang tetap, saat ini menderita, maka dapat dipastikan ada waktu kita mengalami kebahagiaan'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun