Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesehatan Mental Sangat Dipengaruhi Lingkungan

23 September 2024   06:30 Diperbarui: 23 September 2024   06:42 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Freepik/LaibaKhan 

Dalam kehidupan kita saat ini begitu parahnya. Kita melihat tayangan berita layar kaca saat ini tentang kekerasan di rumah tanga, bahkan seorang bapak bisa melakukannya pembunuhan terhadap anaknya karena alasan kecemburuan terhadap istrinya. Begitu mudah tindak kekerasan terhadap orang terdekat. Singkat kata, terbukti bahwa banyak orang yang telah mengalami gangguan mental.

Tidak mengherankan fenomena gangguan mental semakin parah, karena lingkungan udara yang tekah tercemar. Pencemaran bukan saja secara fisik, tetapi tanpa disadari pikiran kita yang buruk telah berkontribusi terhadap kekerasan yang dilakukan oleh manusia. Pikiran adalah materi yang begitu cepat menyebar. 

Mungkin banyak orang yang menganggap hal tersebut merupakan sesuatu yang mustahil. Mari kita renungkan bagaimana kerja hukum tarik menarik yang merupakan hukum alam tak terbantahkan membuktikan bahwa buruk menarik buruk, baik menarik baik. Jadi, ketika seseorang senang konsumsi makanan yang berkualitas rendah bagi kesehatan pikirannya, maka level pikiran juga rendah. 

Jenis makanan berkualitas rendah bisa terjadi bukan saja dari jenis makanan, tetapi juga dari pancaran si pemasak. Bila yang memasak melakukannya demi keuntungan sebanyak-banyaknya. Energi pikiran ini mempengaruhi kualitas makanan. Inilah sebabnya para leluhur kita sangat menganjurkan pada saat memasak diperdengarkan lagu pujian atau mantra sehingga sang juru masak melakukannya dengan penuh kasih. Hal ini sangat mustahil didapatkan di restoran, oleh sebab itu sebaiknya makanlah di rumah.

Selain cara memasak, bahan yang dimasak juga sangat berdampak pada kesehatan mental atau pikiran. Sayangnya anjuran untuk memilih jenis makanan yang baik bagi kesehatan mental pun dianggap mengajak untuk mengikuti aliran tertentu. Sunggih sistematis cara pembodohan yang dilakukan oleh lingkungan kita. Sehingga tidak mengherankan bila kualitas lingkungan udara semakin keruh oleh pikiran yang berkualitas rendah. Dengan demikian, gumpalan pikiran ini semakin menguat hari demi hari. 

Tendensius atau apriori pikiran yang rendah sangat dikondisikan oleh masyarakat sekitar, mereka ini merupakan golongan mayoritas yang menggunakan kekerasan tanpa disadarinya. Cara penilaian terhadap sesuatu tampaknya bermoral, tetapi tidak mengandung nilai kemanusiaan atau kebajikan bagi banyak orang. Mereka melakukan penilaian atas dasar cara pandang sempit demi menyenangkan sekelompok orang atau demi keuntungan materi. mereka bekerja atas dasar sistem yang tidak berkembang. Inilah cara Berja intelektual, belum menggunakan neocortex atau pikiran kritis.

Inilah sebabnya para bijak zaman dahulu mengingatkan bahwa perbuatan kita didasarkan oleh sifat alami dirinya sendiri. Perhatikan para bijak, mereka memberikan cara baik semata karena sifat alami pikiran mereka baik. 

Saya tidak tahu, kapan hal seperti di atas akan berakhir, namun yang saya tahu adalah bagaimana saya bisa menghindarikan diri dari sistem yang sudah salah. Hindari pergaulan dengan orang atau masyarakat yang memiliki sifat alami buruk dalam dirinya. Ada lingkungan yang dihuni oleh orang-orang yang oleh masyarakat dianggap aneh, karena memang kumpulan ini telah memahami tujuan kelahiran atau kehadiran mereka di bumi ini. Mereka memang golongan yang sangat minoritas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun