Sama sekali tidak mungkin bisa ketemu Tuhan setelah kematian tubuh. Hanya pada saat hidup kita bisa berhadapan dengan Tuhan. Adalah suatu kekeliruan besar masih beranggapan setelah kematian tubuh, roh bisa ketemu Tuhan.
Karena kita semua berada di dalam Tuhan, bagaimana kita bisa berhadapan? Sangat sederhana perumpamaannya. Misalnya, diri kita ditutup wajahnya kemudian dibawa ke dalam satu ruangan atau rumah, kemudian penutupnya dibuka, jelas kita tidak bisa melihat bentuk luar rumah tersebut. Demikian pula kita semua, yang bisa kita lihat wajah-Nya yang bermanifestasi dalam berbagai bentuk di muka bumi.
Masih ingatkah yang disampaikan oleh seorang nabi yang kita cintai? Aku melihat wajah -Mu di barat, timur, atas, bawah serta di segala penjuru. Betapa betulnya yang disampaikan beliau, karena beliau bisa melihat Tuhan yang bermanifestasi dalam segala bentuk di alam ini. Sepertinya tidak satu pun yang beliau sampaikan bahwa pada saat setelah kematian tubuh bisa berhadapan dengan Dia. Yang disampaikan adalah bahwa setiap anggota tubuh mesti bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Dengan kata lain, kita mesti bertanggung jawab atas segala perbuatan kita sendiri, tidak ada seorang pun yang bisa menanggung akibat perbuatan kita.
Baik dibalas baik, buruk dibalas buruk. Tidak ada yang disebut kesimbangan, atau perbuatan buruk bisa ditutupi oleh perbuatan baik. Hanya pikiran kita yang picik mau enaknya dengan cara melakukannya perbuatan baik untuk menambal perbuatan buruk kita. Inilah pikiran manusia yang ingin enaknya sendiri, namun alam amat sangat cerdas.
Dengan pemahaman inilah kita bergaul serta berbuat dalam kehidupan ini. Lihatlah di balik yang terlihat, Dia Hyang Maha Hiduplah yang berkarya. Dahulu leluhur kita melayani alam dengan cara ini sehingga mereka bisa hidup harmonis dengan alam. Kepercayaan yang kita anggap menyembah berhala, kita sebut Animisme.
Padahal karena ketidaktahuan dan tidak bisa melihat wajah-Nya di mana-mana/segala sudut. Animisme berarti hidup, jadi bisa dikatakan bahwa penganut animisme adalah mereka yang mempecayai bahwa segala sesuatu adalah hidup termasuk yang dikatakan benda mati. Bukankah yang disebut benda mati hanya yang tampaknya tidak bergerak, namun bila kita lebih dalami, ternyata di dałam yang tampaknya mati juga berasal dari energi. Para saintis saat ini meyakini bahwa energi dan materi tidak berbeda, hanya beda kepadatannya.
Kita semua tidak bisa hidup tanpa bergantung pada alam. Beberapa bulan saja hujan tidak turun, banyak orang bingung mencari air. Dengan kata lain sesungguhnya air amat kita butuhkan. Bila kita melestarikan pohon-pohon dengan cara melayani mereka agar tatam hidup, bukankah kita menyembah pohon?
Dalam tradisi peradaban Hindu, dewa Indra adalah dewa hujan, berarti dewa juga bisa diartikan kekuatan alam. Jadi salahkah kita memohon agar hujan turun dengan menyembah dewa Indra? Besar kemungkinan Hyang Maha Hidup juga memberikan tugas pada Indra. Ibarat seorang presiden dibantu menterinya untuk menjalakan pemerintahan, yaitu alam ini.
Dengan kata lain sesungguhnya saat kita mengapresiasi setiap makhluk atau benda, kita melihat bahwa ada Tuhan yang juga ada dalam diri kita. Inilah sebabnya sesungguhnya kita semua hidup di dalam-Nya. Bagaimana bisa kita menganggap diri lebih hebat dari lainnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H