Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rahasia Keberhasilan

10 September 2024   06:30 Diperbarui: 10 September 2024   06:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.cahayaislam.id

Rahasia keberhasilan adalah bekerja keras, tetapi hati tetap santai. Bekerja yang bagaikan 'kesetanan' tidak mungkin menggapai keberhasilan. Pikiran tetap tenang dan jernih. Dengan bermodalkan pikiran yang tenang, kita bisa melihat secara jernih. Santai tetapi cerdas dalam memilih pekerjaan. Sesungguhnya pekerjaan yang menyenangkan atau membuat hati senantiasa ceria akan memberikan hasil yang luar biasa.

Terkadang ada orang yang terlalu khawatir sehingga tampaknya bekerja keras, namun malahan kecewa. Pikiran kacau dan hati tidak tenang, kita mengundang kemelaratan yang ujungnya penderitaan Pikiran kacau da hati tidak tenang mengundang orang yang pikirannya kacau juga. Bila hati resah, yang akan datang juga mereka yang resah hatinya. Inilah disebut sebagai hukum tarik menarik. Mengapa?

Hukum alam yang menyatakan bahwa sesungguhnya setiap orang terhubung oleh vibrasi pikirannya. Pikiran adalah materi yang bergetar. Saya mendapatkan info bahwa tentang hal ini dari sini. Selain itu juga para bijak zaman dulu, Sang Buddha menyebutkan bahwa pikiran adalah dhatu,  adanya bukti bahwa getaran pikiran sejenis menarik pikiran sejenis juga. Terkadang kita tidak mengamati keadaan ini. Misalnya saat kita berjalan-jalan bertemu dengan sekelompok orang sedana membahas tentang makanan, bila ada sekelompok orang yang tidak begitu jauh juga membahas hal sama.

Gaya hidup orang yang bekerja saat ini juga tampaknya kerja keras, ini ditunjukkan atau dibuktikan generasi yang rajin kerja atau bahkan bisa disebut gila kerja sehingga sehingga malam pun digunakan kerja sampai pagi, seakan 24 jam tidak cukup. Suatu cara kerja yang akan merugikan kesehatan. Mereka tidak lagi memikirkan bahwa tubuh kita memiliki keterbatasan. Adalah mekanisme alam bahwa antara jam 23.00 sampai jam 03.00 organ dalam tubuh kita melakukannya detoksifikasi.

Yang lebih parah lagi, saat malam hari mereka makan serta minum agar tetap bugar. Belum lagi ditambah dengan kebiasaan merokok agar tetap bisa melek. Mungkin dalam waktu singkat mereka tampak berhasil, tetapi berapa besar kerugian kesehatan yang mesti ditanggung oleh kesehatan sebagai akibat kerusakan organ dalam tubuh kita. Dengan kata lain sesungguhnya mereka tidak kenal untuk menghargai tubuh kita. Inikah kebahagiaan atau keberhasilan yang hanya materi, namun akhirnya habis untuk membayar biaya pengobatan karena organ dalam tubuh yang tidak bisa kerja baik.

Pikiran yang tidak tenang juga bisa berakibat terjadinya kerusakan atau gangguan mental. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa saat ini penyakit gangguan mental telah menjadi momok. Pikiran gelisah atau cemas berakibat terhadap kesehatan tubuh kita. Khawatir terhadap hasil yang akan diperoleh akan berakibat pada gangguan mental. Ujungnya? ya tubuh kita yang menderita. Sangat erat keterkaitan antara gangguan atau ketidaknormalan kinerja pencernaan dengan pikiran atau jaringan syaraf pada otak kita.

Keberhasilan Hidup terkait dengan seni menenangkan diri. Dalam keadaan tenang terjadilah keselarasan antar elemen-elemen alam di luar. Inilah yang ngundang rezeki dan kesuksesan. Mengapa disebut seni menenangkan diri?

Ketenangan yang terjadi bukanlah terpaksa atau ditenang-tenangkan. Ketenangan semestinya terjadi dengan sendirinya. Ketenangan pikiran terkait erat dengan kesabaran. Ketika seseorang cepat terpancing emosinya membuktikan bahwa banyak pendaman energi dalam dirinya. Semakin penuh energi emosi dalam diri seseorang semakin cepat emosi kemarahan atau ketersinggungan meledak. Bagaikan energi negatif yang tertimbun tidak menumpuk serta siap meledak bila tersulut.

Tumpukan atau pendaman energi emosi ini tidak bisa ditekan. Misalnya kita merasa ingin marah karena ada teman yang mengganggu, namun karena dari orang di sekitar kita sering diminta sabar, maka kita memaafkan. Namun benar kah energi emosi yang tidak tersalurkan hilang karena memaafkan? Sama sekali tidak, hanya tersimpan sementara. Bagaikan saat kita menyapu kotoran, agar tampak bersih kita masukkan atau simpan di bawah karpet. Kotorang tetap ada ketika karpet emosi tersingkap. 

Oleh karena itu, untuk menggapai keberhasilan dalam hidup, kita mesti selaras dengan elemen-elemen alam sekitar kita. Keberhasilan kita tidak bisa sendiri, bekerjasama secara harmoni dan saling menguntungkan merupakan kunci keberhasilan hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun