Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Cerita Tentang Spanyol

27 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 27 Agustus 2024   06:33 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : anandashram

Bila sebagian orang ditanyakan tentang Spanyol, mereka berkomentar 'Enak ya tinggal di negara tersebut', tetapi kisah keadaan negara tersebut telah membuat saya bersyukur tetap berada di Indonesia.

Seorang teman yang tinggal menetap di Spanyol bercerita bahwa bila ia meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong karena bepergian, maka bisa saja orang masuk dan menempati rumahnya. Dan bila ia kembali dari bepergian, data dipastikan ia kehilangan rumah. Ia mesti mengurus ke pengadilan untuk mendapatkan rumahnya kembali bisa ditempatinya. Di pengadilan, ia mesti membuktikan bahwa ia sebagai pemilik sah, celakanya bila ia memiliki dua rumah, dengan terpaksa mesti melepaskan kepemilikannya terhadap rumah tersebut.

Rumah tersebut diberikan begitu saja kepada orang yang menjarah tanpa ada ganti rugi. Ini memang aturan pemerintah Spanyol. Sebagai pemilik sah, ia tidak bisa mengusir begitu saja keluarga yang menempati rumahnya tanpa ijin. Jadi bagaimana pun keadaan negeri kita, situasi atau keadaan seperti kejadian tersebut tiudak terjadi di negeri kita. Enak memang tinggal di sana?

Teman saya juga berkisah tentang seorang guru sekolah yang diberikan kesempatan berbagi pengalaman di suatu sekolah yang bernama One Earth School (OES) di Kuta, Bali selama sebulan. Sang guru berbagi pengalaman selama kuran lebi 1 bulan mengajar di OES. Ia sangat senang tinggal serta mengajar. Salah satunya bahwa ia sebagai guru sangat dihargai, ia sangat terharu dipanggil teacher selama mengajar. Sebutan tersebut membuatnya sadar bahwa sesunguhnya ia seorang guru yang memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan. Mengapa?

Di Spanyol, seorang anak berumur 3 tahun pun bisa memanggil nama seorang yang jauh lebih tua dengan namanya saja. Sama sekali tidak ada nilai luhur dengan memanggil 'bu guru atau teacher '. Dengan langsung memanggil nama begitu saja, kita telah menangggalkan rasa untuk menghargai kedudukannya. 

Mengingat hal ini, saya sangat bersyukur warisan budaya luhur negeri kita. Sopan santun seperti ini patut kita lestarikan agar kita bisa tetap meneruskan nilai kemanusiaan. Tanpa nilai-nilai kemanusiaan, kita bukan lagi manusia utuh. Kembali kata bijak leluhur kita : Urip Iku Urup. Kehadiran kita sebagai Cahaya kehidupan bagi orang lain. Dengan cara atau gaya hidup seperti ini sesungguhnya kita hidup secara beradab sebagai manusia yang saling menghargai.

Jangan sampai lupa bahwa kita pernah barjaya di masa Sriwijaya. Saat itu, yang disebut benua Europa pun belum mengenal nilai kemanusiaan. Pelayar Sriwijaya telah mengarungi lautan berdagang ke Madagaskar. Jelas kita jauh lebih berbudaya atau beradab dibandingkan negara Eropa. Yang dinamakan Sriwijaya tidak mengenal istilah menjajah, apalagi merampas hasil bumi. Perampasan hasil bumi terjadi ketika pedagang Belanda ke Nusantara.

Akan kah kita mengirim anak ke negara seperti ini?

Sangat sulit membentuk karakter seorang anak, namun amat sangat mudah membuat orang menjadi pintar secara intelektual. Pintar secara intelektual bisa mengakibatkan jadi orang yang suka mengakali orang lain demi keuntungannya sendiri. 

Janganlah disilaukan dengan budaya asing, bila kita membuka diri terhadap sejarah nusantara, kita semestinya berbangga jadi orang Indonesia. Kepintaran intelektual bukanlah jaminan kita menjadi manusia yang bisa menghargai sesama manusia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun