Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bermanifestasilah sebagai Tuhan

2 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 2 Agustus 2024   06:40 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.antaranews.com/

Aneh memang Tuhan Yang Maha Membingungkan. Dia menjadikan diriNya sebagai segala sesuatu di alam yang terlihat, dirasakan serta kita nikmati, namun Dia juga yang berada menyatu tak terpisahkan dengan kita mesti mewujud nyata dalam tindakan melalui manusia untuk melayani diriNya yang juga menghidupi tanaman. Sungguh maha membingungkan........

Tetapi itulah mau atau kehendak Dia juga...........

Selama ini, mungkin saya dulu juga beranggapan bahwa Tuhan berada jauh di sono, tetapi semakin memahami bahwa sesungguhnya bila Dia tidak menjadikan diri-Nya sendiri, berarti ada keterpisahan. Suatu hal yang sama sekali TIDAK MUNGKIN.

Berikut ulasannya:

Ketika saya menciptakan atau membuat barang dari tanah liat atau lempung berarti ada saya dan tanah lempung. Ketika barang dari tanah lempung terwujud masih ada barang dan si pembuat karena si pembuat bisa melihat dan meraba atau memegang. Dua benda atau individu yang terpisahkan. 

Tidak demikian dengan Dia, karena antara Dia yang menjadikanatau memanifestasikan diri-Nya sebagai segala sesuatu  sehingga tidak ada benda ciptaan juga Hyang Mencipta. Bila kita beranggapan bahwa antara manusia dan Sang Pencipta terpisahkan berarti ada 2 (dua) individu terpisahkan, tidak masuk akal. Dengan pemahaman bahwa manusia dan Dia merupakan dua individu yang terpisah. So, satu-satunya kemungkinan adalah Dia dan manusia/segala sesuatu tunggal adanya. Inilah sebabnya hanya ada Di dan Dia di segala tempat dan wujud. Bukan kah ini yang sering kita sebut bahwa wajah Dia di barat, timur, dan segala penjuru?

Dan saat itu hal tersebut kita sadari, maka tidak ada lagi hubungan horizontal dan vertikal. Dia menjadikan diriNya dalam segala sesuatu. Dengan landasan kesadaran ini, maka kita akan melakukan segala sesuatu dengan sifat Dia juga : KASIH. KASIH ini juga perwujudan nyata Dia, kita hanyalah alatNya untuk berbuat atau bertindak. Hanya dengan tindakan nyata pelayanan, maka bumi yang menghidupi manusia bisa kita pelihara atau tetap bermanfaat bagi kehidupan segala sesuatu di atas bumi.

Demi melanggengkan kekuasaan, masih ada manusia yang membedakan bahwa hubungan horizontal (antar sesama) beda dengan hubungan manusia dengan Dia. Inilah sebabnya kita jadi munafik dengan tindakan bahwa perlakuan dengan sesama beda dengan saat beribadah. Penyakit yang terjadi berupa saat berdoa lebih utama dari tindakan atau perilaku kita terhadap sesama makhluk. 

Kemunafikan ini terus berlangsung dari zaman dahulu sampai sekarang. Ingin mendapatkan pujian dari Tuhan, kita berdoa dengan tekun dan tampak begitu patuh, namun saat bergaul dengan sesama, segala kepatuhan dihilangkan diganti dengan topeng kebengisan terhadap sesama. Pembunuhan serta pembantaian atau ucapan yang menyakiti perasaan sesama terlontar tanpa disadar demi pujian, bahkan dalam anggpan kita merupakan perbuatan membela yang kita sembah. Bingung, kan?

Namun itulah kenyataan sehari-hari, oleh karena itu, satu-satunya tindakan yang mesti kita lakukan adalah bagaimana agar kita tidak melakukannya. Ini caranya : "Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan"; 'Jangan mencubit bila tidak mau dicubit'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun