Sedikit orang yang bisa menyepi (aloneness), kebanyakan orang tanpa disadari dalam keadaan kesepian (loneliness). Mereka yang bisa dalam keadaan aloneness/ menyendiri atau menyepi karena telah menggaai adanya keindahan dalam diri sendiri. Dengan selalu berkunjung ke dalam diri, ia merasakan kedamaian dan keindahan. Karena itulah sifat Hyang Mahaindah dan Mahadamai. Dengan kebiasaan untuk mengakses Dia Hyang senantiasa hadir dalam dirinya, ia amat bisa selalu bersyukur.Â
Nah hal ini sangat tidak wajar atau biasa bagi mereka yang suka bepergian wisata untuk menenmukan keindahan alam. Mungkin mereka butuh adanya pemicu atau trigger agar dapat mengakses Hyang Mahaindah. Suatu cara yang tidak anen bahkan wajar bila masih membutuhkan adanya pemicu dari luar. Â Tidak salah, namun para suci yang telah menyatu dengan Hyang Mahadamai dan Mahaindah, tidak lagi membutuhkan pemicu dari luar diri. Janganlah kita menganggap bahwa mereka memiliki keistimewaan. Semua orang bisa melakoninya. Yang dibutuhkan kesadaran dan tekad untuk mbembersihkan kabut ilusi kepalsuan.
Sedangkan loneliness sangat berbahaya. Banyak hal yang dilakukan oleh mereka yang merasakan kesepian, mungkin dianggap mereka yang memiliki hobi mengumpulkan sesuatu dainggap biasa. Misalnya suka mengumpulkan atau koleksi rokok, korek api, atau wajan, atau lainnya, semuanya sebagai bukti bahwa adanya kesepian dalam diri, sehingga butuh ditemani. Mengapa saya anggap mereka kesepian?
Karena yang mereka kumpulkan atau koleksi semata hanya untuk kesenangannya sendiri. Ada kissah menarik tentang seorang wanita yang suka atau hobi mengumpulkan wajan. Pergi ke manapun, ia selalu mencari wajan di daerah atau tempat kunjungan. Saking hobinya mengumpulkan wajan, ia bertengkar dengan suaminya. Akhirnya si wanita minta cerai karena suaminya selalu protes. Maklum tempat hunian mereka suatu apartemen yang cukup sempit. Inilah ego si wanita, semata demi memenuhi keinginan pribadinya, ia mengorbankan suami yang telah menemani sekian puluh tahun.
Mungkin bisa terjadi pada diri kita. Misalnya, kita sangat takut ketinggalan berita atau khawatir terhadap kabar yang lagi jadi trending, bisa juga takut tidak bisa mencicipi jenis makanan yang sedang viral, ini juga bentuk kesepian. Karena ia butuh adanya pengakuan dari orang lain agar dianggap tidak ketinggalan terhadap sesuatu. Mereka ini sesungguhnya sedang kekurangan energi, energy deficiency. Dengan kata lain sesungguhnya mereka tidak bisa hidup menyendiri. Mereka butuh bantuan energi dengan cara bisa bergaul.
Mungkin hal seperti ini dianggap biasa dalam lingkungan kita. Karena memang lingkungan kita juga belum memahami cara untuk mengakses Keilahian dalam diri. Bukan suatu yang istimewa untuk bisa mengakses atau menyatukan diri palsu dengan Sang Diri Sejati. Mungkin tidak juga menyatukan dengan Sang Diri Sejati, karena memang tidak ada perpisahan. Yang dibutuhkan adalah menyadarinya. Sadar bahwa selama ini kita telah begitu terpesona dengan keindahan benda atau lingkungan di luar diri sehingga lalai atau abai bahwa Dia Hyang Mahakuat atau Hyang Maha Sumber juga ada dalam diri kita, mengapa mesti kesepian?
Masih banyak lagi hal yang tampaknva sepele, tetapi merupakan bukti nyata bahwa kita kesepian. Terlalu tergantung pada hape atau medsos juga sama, selama kita tidak bisa menggunakan medsos untuk berbagai sesuatu yang bermanfaat bagi sesama makhluk.
Singkat kata : aloneness tidak lagi butuh orang lain atau menggunakan benda semata untuk memenuh kebutuhannya, bukan keinginanya, mereka yang kesepian butuh sesuatu. Tanpa adanya benda tersebut, ia tidak bisa hidup dengan damai. Ketergantungan terhadap sesuatu inilah bukti bahwa dirinya kesepian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H