Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Berharap Bisa Ketemu di Alam Sana

13 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:45 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang saya maksudkan dengan ketemu adalah kesamaan dalam frekuensi berpikir. Badan bisa berjumpa, tetapi sangat mungkin pikiran tidak ketemu. Segala sesuatu yang dipikir memiliki frekuensi sendiri-sendiri. Dengan kata lain, setiap jenis pikiran mempunyai frekuensi yang beda. Misalnya, kita sedang duduk dengan seorang teman. Walaupun kita jumpa secara fisik, sesungguhnya dalam pikiran kita tidak ketemu, ini terjadi bila yang kita pikirkan atau yang sedang kita bahas atau bicarakan tidak sama.

Otak adalah alat pengatur dalam menyamakan frekuensi. Karena otak merupakan perangkat keras yang digunakan oleh pikiran.atau mind untuk berekspresi. Tanpa adanya otak, si pikiran yang juga bisa dianggap sebagai perangkat lunak atau software tidak bisa berkembang atau bertransformasi. 

Bila kita mati, otak sebagai perangkat keras juga ditinggalkan. Pada saat meninggal, bila pikiran kita hanya berisi tentang kenyamanan indrawi atau bagaimana cara untuk mengejar harta, saat mati perangkat lunak atau file pikiran sarat dengan kebendaan. Dengan kata lain, ia memiliki kualitas kebendaan, ini yang disebut bahwa otak berada paad frekuensi rendah. Ibarat energi, materi adalah energi dengan kepadatan tinggi. Para saintis telah memahami bahwa sesungguhnya materi dan energi satu adanya, yang beda kepadatannya.

Dalam perjumpaan kita dengan teman pun kita bisa daam dunia berbeda. Misalnya saya duduk bareng dengan seorang teman untuk minum kopi, saat kita tidak sedang berbincang tentang suatu hal yang sama, kita bisa hidup di alaam dunia masing-masing. Bahkan saat kita sedang berbincang ten tang satu hal yang sama pun, pikiran kita sedang di dunia keluarga atau kerabau kita masing-masing. Inilah yang saya anggap sebagai dunia paralel. Sekali lagi ini anggapan atau pengertian saya, bila anda memiliki anggapan berbeda, itu juga sah-sah saja.

Kembali tentang ketemu atau pertemuan........

Bisa kita bayangkan bahwa di dunia benda ini saja setiap orang bisa tidak ketemu. Setiap orang hanya sesaat bisa ketemu dengan cara membahas atau berbincang tentang satau hal yang sama. Bila kita beda topik, dapat saya pastikan bahwa kita tidak bertemu. Sekali lagi saya ingatkan bahwa otak adalah alat pengatur frekuensi atau materi/topik pembicaraan atau perbincangan sama. Di alam benda pun sulit ketemu, apalagi setelah kematian tubuh. Yang notabene tanpa perangkat keras atau otak.

Sifat dasar dari alam benda adalah dualitas, suka duka, panas dingin dan lainnya. Sfat saling bertentangan ini juga penyebab utama adanya kehidupan. Ingatlah bahwa api bisa terwujud bila terjadi gesekan. Demikian pula kehidupan ini bisa berlangsung karena adanya gesekan dua sifat yang bertentangan.

Nah bila di dunia banda ini saja sangat sulit ketemu, walaupun tubuh kita jumpa; apalagi di alam sana yang tidak ada lagi pengatur frekuensi atau otak.

Asumsi saya, setiap roh dapat dipastikan memiliki frekuensi yang berbeda-beda. Dengan perbedaan frekuensi ini, maka tidak ada pertemuan antar roh di alam sana. Dengan kata lain, adalah suatu ilusi berat bila kita ber harap sepasang kekasih bisa bertemu di alam sana; alam kematian..........

Ah....... ternyata yang disampaikan para nabi tentang : "Bila di sini/dunia benda kita buta, maka di alam sana pun kita tetap buta"; "Bila di alam benda kita tidak ketemu, maka di alam sana janganlah berharap ketemu.........."

https://www.researchgate.net/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun