Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenali Stres, Kemudian Dikelola

5 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 5 Juli 2024   06:31 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah emosi bisa masuk atau direkam dalam memori kita karena pergaulan atau dari yang kita lihat, dengar, atau sentuhan dengan orang lain. Semuanya tersimpan tanpa disadari di dalam memori kita. Saya pernah mengulasnya dalam artikel sebelumnya tentang kemampuan air menyerap atau menyimpan segala hal yang pernah tersentuh. Kaitkan bahwa asal nasal kita adalah sperma dan sel telur. Keduanya merupakan cairan, sehingga tidak mengherankan bahwa manusia memiliki kemampuan menyerap segala emosi. Pikiran yang sebagian besar cairan memiliki kemampuan menyerap sangat besar.  

Pemahaman tentang kemampuan untuk menyimpan segala hal yang sangat mungkin tidak kita butuhkan mesti kita sadari. Agar cara berpikir kita bisa lebih jernih, maka segala sampah yang merugikan harus dibersihkan. Cara pembersihannya dengan latihan meditasi, bukan meditasi. Karena yang saya kenal dengan meditasi adalah hidup secara sadar. Dalam arti bahwa jangan sampai perbuatan kita menyakiti orang lain. 

Ingatlan pesan para suci : 'Perlakukan orang atau makhluk lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.' Dengan cara ini, pelatihan meditasi, kita baru bisa merasakan empati, bukan simpati.

Empati adalah bisa mengerti kebutuhan orang lain. Dengan memahami hal tersebut, kita baru bisa memberikan bantuan yang dibutuhkan orang tersebut.

Simpati kita terlarut daam emosi seseorang, bahayanya yang kita berikan bisa merugikan orang tersebut. Karena kita merasa kasihan, bukan kasih.  

https://www.kompasiana.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun