Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Betulkah Kita Mampu Mendengarkan Batin/Hati Nurani?

18 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 18 Juni 2024   06:38 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://bedug.net/

Setelah membaca kutipan berikut dari buku Pustaka Suci Hindu tulisan Bapak Anand Krishna, saya merenungkan kembali pemahaman sayaa tentang suara batin atau hati nurani. Ternyata pengertian saya selama ini salah. Betapa menyedihkan pemahaman saya tentang suara batin. Yang saya anggap suara batin/hati nurani sebetulnya hanyalah emosi atau perasaan saya sendiri. Mengapa?

Karena selama ini kenyataannya adalah demi kepentingan saya sendiri. Misalnya, ada suatu peristiwa, saya langsung mengambil keputusan langsung; inilah reaktif, bukan keputusan atas dasar responsif. Dipertimbangkan dahulu. Dengan apakah kita mempertimbangkannya?

Sebelum melanjutkan, berikut kutipannya : 

"Pengalaman terkaya dalam hidup kita bukanlah ketika kita mengejar pengakuan dari orang lain, tetapi ketika kita mendengarkan suara batin kita sendiri - dan berbuat sesuatu yang betul-betul berarti, berbuat dengan baik, dan berbuat sebagai pelayanan bagi suatu tujuan yang mulia, dan melebihi diri" (Daniel H Pink, 2009)

Dengan cara berpikir kritis. Pikiran kritis dengan cara menggunakan neocortex. Pertimbangan yang menggunakan neocortex selalu didasari atas sifat pelayanan yang melampaui diri. Selama ini yang dimaksudkan dengan 'diri' adalah ego. Ego kita yang selalu menuntut untuk memenuhi kenyamanan indrawi kita. Hanya demi kesenangan golongan, kelompok serta pribadi kita.

Tujuan yang mulia, menurut pemahaman, adalah sesuatu yang di atas atau melampaui kepentingan diri sendiri. Sesuatu yang ditujukan untuk kebaikan banyak orang. Biasanya selaras dengan sifat alam semesta.


Singkat kata, bila kita anggap suara batin hanya demi keuntungan diri sendiri, maka ini bukan suara batin. Mengapa saya katakan demikian?

Semua pesan para suci sangat jelas : 'Dia Hyang Maha Besar tak terbatas meliputi alam semesta, namun juga bersinggasana dalam nurani setiap insan manusia.'

Dengan pemahaman di atas, bila kita sudah mampu mendengarkan suara batin, maka tindakan kita mestilah dilandasi kasih. Sedangkan sifat kasih adalah mendahulukan kepentingan umum. Mungkin yang manjadi pertanyaan : "Bagaimana caranya agar kita bisa mendengarkan suara BATIN?"

Baranya sangat mudah, namun berani atau tidak kita melakoninya. Meditasi........

' Meditasi Membuat Kita Sadar akan jati diri. Sadar akan persatuan antara kita dan alam sekitar kita; persatuan antar manusia; antar manusia dan makhluk-makhluk lainnya; dan, persatuan antara benda yang kita anggap mati dan benda hidup.' ( Pustaka Suci Hindu)

Upaya yang mesti dilakukan adalah dengan cara mensucikan atau membersihkan pikiran kita yang penuh dengan sampah. Sampah irihati, kemarahan, keserakahan, dan lain sebagainya. Sampah-sampah emosi ini setiap hari kita serap dari luar atau lingkungan serta pergaulan. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, segala sesuatu tanpa sadar kita serap. Tidak aneh, karena seluruh tubuh kita berasal dari cairan. Ingatlah asal kita saat pertama, dari air mani. Penyatuan sel telur dan sperma dari ayah, keduanya cairan. Kemudian membentuk jadi tulang dan sebagainya. Jadi sifat dasarnya adalah cairan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun