Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Proyeksi Kelemahan Diri, saat Kita Mencari Kesalahan Orang Lain

30 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 30 Mei 2024   06:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.boosindonesia.com

Kutipan dari buku In the Footsteps of The Master  by Anand Krishna :

"Dengan memproyeksikan kelemahanmu pada orang lain dengan menyalahkan mereka atas kekeliruan yang kau buat, kau mencelakakan dirimu sendiri. Janganlah membiarkan kecendrungan seperti ini merengut akal sehatmu"

Bila kita cermati, Inilah suara yang menyebut dirinya NETIZEN. Pada umumnya yang mereka sampaikan hanyalah cacian yang tujuannya menjatuhkan orang lain. Tanpa sadar sesungguhnya mereka sedang memproyeksikan kelemahan sendiri. Dengan kata lain hanyalah membuktikan ketidakmampuan diri. Mengapa demikian?

Ketika saya pergi ke pasar untuk beltja sesuatu, kita mengeluarkan uang dari kantong kita sendiri. Jadi bila yang kita miliki hanya uang kertas, maka yang kita keluarkan untuk membeli barang atau benda yang kita inginkan juga uang kertas. Saya ingat yang disampaikan oleh Jesus saat mengalami satu peristiwa, sebagai berikut:

Dalam suatu perjalanan, beliau dicaci maki seseorang, beliau hanya tersenyum penuh kasih. Ada seorang pengikutnya bertanya : 'Mengapa Guru tidak membalasnya?'

Sang Guru pun menjawab dengan senyuman, : 'Dalam kantongku hanya kasih yang kumiliki, maka aku tidak bisa memberikan selain kasih.'

Bukan, kah Ibu Para Sufi , Rabiah Aldawiyyah pun menjawab yang sama ketika seseorang bertanya : 'Mengapa Rabiah tidak bisa membenci setan?'

Sang Sufi pun menjawab bahwa dalam hatinya tidak ada kata setan, karena seluruh hatinya telah diserahkan kepada Tuhan.

Belajar dari Jesus dan Rabiah Aldawiyyah, bersihkan hati sendiri dari semua kotoran jiwa, sehingga kita bisa bahagia. Inilah yang disebutkan sebagai RESPONSIF, bukan REAKTIF.

Saat kita mencari kesalahan orang lain karena kekeliruan yang kita buat sendiri, kita telah mencelakakan diri sendiri. Kita tidak berupaya memperbaiki diri sendiri dengan selalu melihat keluar diri. Adalah kelemahan diri kita sendiri ketika kita melakukannya kekeliruan, jadi upayakanlah kita melihat ke dalam diri sendiri. Ya, hanya dengan cara kita memperbaiki diri sendiri, kita bisa mengembangkan diri sendiri. Dunia boleh kacau, tetapi kita terus berupaya meningkatkan kebajikan diri sendiri.

Janganlah kita mencelakakan diri sendiri dengan mengikuti kebiasaan orang mencari kesalahan di luar diri. Mungkin ada yang bertanya : "Lantas bagaimana kita mengkritisi suatau kejadian di luar?"

Berikan solusi agar masalah di luar dapat diselesaikan dengan baik. Tentu solusinya juga memberikan kebaikan bagi semua orang, janganlah melemparkan sesuatu hal yang kita sendiri juga tidak menguasainya. Keadaan seperti ini membuat situasi tambah keruh. Bila diri sendiri belum waras, janganlah memperkeruh suasana.

Sama saja kita mencelakai diri sendiri dengan tanpa sadar. Bagaimana mungkin, kita bisa memperbaiki keadaan di luar bila dan bila kita sendiri hanya memiliki uang palsu/sampah dalam kantong kita? 

 www.boosindonesia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun