Saya dahulu tidak begitu memberikan perhatian pada kalimat di atas. Tetapi dari seorang teman yang satu perjalanan spiritual membuat saya sadar bahwa ada suatu yang aneh pada kalimat di atas?
Kata kerja 'MENJADI-KAN' beda dengan kata 'MENJADI'
Ketika Tuhan menjadi-KAN berarti ada dua, subyek dan obyek. Tuhan sebagai subyek dan alam semesta sebagai obyek. Suatu hal yang tidak mungkin. Karena dalam satu kepercayaan disebutkan bahwa Tuhan Tunggal adanya. Aneh sekali bila ada yang membuat dan yang dibuat?
Bila Tuhan Tunggal adanya, maka segala hal di luar Tuhan tidak lagi eksis atau ada.Â
Mari kita tarik ke bawah bila masih bingung. Ketika saya membuat kue atau roti atau pun kursi, japat dipastikan ada subyek sebagai pembuat dan obyek yang dibuat. Masuk akal. Karena memang antara subyek (yang membuat) dan obyek (barang yang dibuat) beda. Bukan kah pemahaman ini tepat bila si Fulan menjadi-kan gelas atau roti.
Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai pencipta alam semesta, kita menempatkan Pencipta dan ciptaan-Nya di tempat yang berbeda, sama sekali tidak masuk akal!!!!!! Karena Tuhan Hyang Maha Tunggal, tiada lain kecuali Tuhan. Tuhan meliputi segalanya, juga Tuhan dalam ciptaan-Nya.
Ya, until lebih memudahakan, ibarat ikan yang hidup dalam air. Air berada di luar ikan, bagi kita yang melihat. Ada keterpisahan antara ikan dan air. Namun bagi si ikan?
Mungkinkah sang ikan bisa hidup di luar air?
Air di luar ikan juga dalam ikan. Tanpa air, ikan tidak hidup; tidak eksis. Demikian juga alam semesta. Jadi yang mungkin bisa terjadi:
'TUHAN MENJADIKAN DIRINYA SEBAGAI ALAM SEMESTA' Dia eksis dalam setiap manifestasinya. Dengan menyadari hal ini, kita tidak lagi semena-mena terhadap segala makhluk.......
Dengan kalimat lain : 'Tuhan bermanifestasi sebagai alam seisinya'