Bukan harta banyak atau kedudukan tinggi. Bukan pulan mendapatkan istri yang cantik. Sang Budha Sidharta Gautama, seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu memperistrikan seorang wanita canti, konon wanita tercantik di kerajaan tersebut, toh akhirnya ditinggalkan untuk menggapai tujuan utama kelahiran.
Harta, Tahta/kekuasaan, dan wanita semuanya hanyalah bersifat sementara. Mendapatkan harta dunia bukanlah kebahagiaan sejati. Semuanya bersifat sementara, sesaat kita miliki, di lain saat akan berpindah tangan. Mendapatkan semuanya di dunia tidak akan membuat bahagia. Mungkin ada yang berargumentasi, lantas disebut apa ketika kita mendapatkan materi yang kita dambakan?
Hanyalah kepuasan sementara atau bisa juga disebut kelegaan, bukan kebahagiaan. Mau bukti?
Boleh dicoba, kita menginginkan hape terbaru, bahkan untuk nembeli pun kita harus kredit dan mencicil. Berapa lama kita akan merasa puas atau senang? Tidak lama tuan dan puan sekalian. Paling banter 1 minggu, selanjutnya biasa saja......
Saya dulu pernah baca berita tentang seorang remaja di China sampai rela menjual ginjalnya demi bisa embelli iPhone terbaru, yang didapatkan? Penderitaan yang berkepanjangan..... Tidak kah kita belajar dari beberapa kejadian yang sudah berulang kali?
Bandingkan bila kita bisa membantu seseorang yang dalam kesusahan, perasaan bahagia akan lebih panjang dirasakan. Setiap ketemu orang tersebut tersenyum akan membuat kita bahagia.....
Berkah Paling Berharga
Bila bukan 3 'TA', apakah yang paling berharga dalam kehidupan kita?
Bertemu dengan seorang Guru Sejati yang memberikan pemahaman bahwa hidup ini hanyalah penderitaan bila dan hanya bila mengejar harta, tahta, dan wanita. Semuanya hanyalah bersifat sementara.Â
Seorang Guru Sejati akan berbagi pengetahuan sejati tentang sesuatu yang bisa membahagiakan, pengetahuan bahwa di luar benda atau materi yang kita buru sepanjang hidup, masih ada Jiwa yang merana dan kehausan untuk balik ke Sumber Agung. Bukankah dalam setiap kepercayaan atau keyakinan telah disebutkan bahwa jiwa yang ada dalam tubuh kita merupakan  pemrcikan dari Sang Maha Sumber?
Masih kah ingkar?